Rancangan Penyuluhan Tentang Jarak Tanam Pada Tanaman Jagung

 


Rancangan Penyuluhan Tentang Jarak Tanam Pada Tanaman Jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima”

Ratnah, Luki Amar dan Ma’ruf

 

Polbangtan Malang

Juli 2023

 

Ringkasan

 

Kecamatan Soromandi sebagai salah satu sentra pengembangan jagung di Kabupaten Bima telah memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan petani. Tanaman jagung merupakan komoditas unggulan kecamatan Soromandi dengan luas tanam setiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2020 Luas tanam jagung di Kecamatan Soromandi mencapai 8691 ha sedangkan dengan produktivitas rata-rata 6.9 ton/.

Teknologi jarak tanam yang diterapkan oleh petani di Kecamatan Soromandi selama ini cenderung menggunakan jarak tanam yang tidak teratur sehingga berdampak pada tingginya kebutuhan benih sekitar 40 kg /ha dan kualitas produksi jagung yang dihasilkan tidak seragam menyebabkan pada rendahnya produktivitas serta rendahnya pendapatan petani.

Guna memecahkan masalah tersebut dalam meningkatkan Pengetahuan sikap petani   maka perlu adanya penyuluhan tentang Rancangan Penyuluhan Tentang Jarak Tanam Pada Tanaman Jagung di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima”

Tujuan kajian adalah a)Untuk mengetahui cara menyusun Rencana Penyuluhan jarak Tanam pada tanaman Jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, b) Untuk mengetahui cara melaksanakan Penyuluhan tentang Jarak Tanam  pada tanaman Jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, 3)Untuk Mengetahui cara Evaluasi Pengetahuan Petani terhadap Jarak Tanam pada tanaman Jagung  di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

Perencanaan penyuluhan meliputi penetapan waktu dan tempat yang sesuai yaitu tanggal 14 Januari sampai dengan 10 Mei 2023, Materi penyuluhan yang ditetapkan yaitu jarak tanam jagung.  Tujuan penyuluhan adalah agar 65% petani mau jarak tanam pada tanaman jagung. Sasaran penyuluhan dalam rancangan penyuluhan adalah petani yang tergabung dalam kelompoktani Sama Rasa sebanyak 22 orang, Metode penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan kombinasi metode ceramah, dan demonstrasi, Media penyuluhan adalah media brosur dan peta singkap serta media sesungguhnya.

Pelaksanaan Penyuluhan pertanian meliputi  Persiapan penyuluhan diawali menyiapkan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) pembuatan media penyuluhan, berkoordinasi dengan petugas lapang, dan aparat desa setempat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan dilaksanakan meliputi: waktu, tempat, saran prasarana dan penyiapan peserta. Penyuluhan pertanian dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan menerapkan kombinasi metode Ceramah, Demonstrasi plot dan temu lapang

Evaluasi penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan penyuluhan. Hasil evaluasi tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis penanaman jagung temasuk Pengetahuan rendah dimana sebanyak 13 orang ( 41%) responden memiliki pengetahuan rendah dan pengetahuan sedang sebanyak 9 orang (4i %). Dan setelah dilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis penanaman jagung temasuk Pengetahuan tinggi dimana sebanyak 16 orang petani atau 70 % dengan skor 393 sedangkan tingkat pengetahuan sedang hanya 30% orang. Dan terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 50%

 

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Budidaya jagung merupakan usahatani tanaman pangan kedua setelah usahatani Padi dan pemerintah telah bertekad untuk mencapai swasembada jagung. Komoditas jagung pada saat ini merupakan komoditas andalan. Oleh karenanya upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas terus digalakkan baik melalui peningkatan mutu intensifikasi maupun luas areal intensifikasi antara lain dengan penerapan teknologi peningkatan produksi jagung.

Usaha peningkatan produktivitas jagung di Kecamatan Soromandi perlu dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan varietas unggul, pemupukan, dan pengaturan jarak tanam yang baik. Varietas sangat perlu di perhatikan untuk menunjang peningkatan produksi tanaman jagung. Selain varietas upaya lain yang dapaat diterapkan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung di antaranya memperluas areal penanaman. Bila berhasil menambah areal baru sampai ratusan ribu hektar per tahun maka akan terjadi lonjakan produksi jagung secara nyata dalam tingkat nasional.

Kecamatan Soromandi sebagai salah satu sentra pengembangan jagung di Kabupaten Bima telah memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan petani. Tanaman jagung merupakan komoditas unggulan kecamatan Soromandi dengan luas tanam setiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2020 Luas tanam jagung di Kecamatan Soromandi mencapai 8691 ha sedangkan dengan produktivitas rata-rata 6.9 ton/ha (BPP Kec.Soromandi 2021). Berdasarkan data produktivitas tersebut menunjukkan bahwa produktivitas komoditas jagung dikecamatan Soromandi masih sangat rendah dibanding hasil kajian BPTP NTB Tahun 2017 dengan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu mencapai 9,1 ton /ha.

Memperhatikan data tersebut menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan produksi jagung di Kecamatan Soromandi dibanding hasil kajian BPTP NTB, hal ini disebabkan petani di Kecamatan Soromandi belum menerapkan teknologi budidaya yang baik dan benar seperti pergantian varietas unggul, teknologi jarak tanam. Pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (BPP Kec.Soromandi,2022).

Teknologi jarak tanam yang diterapkan oleh petani di Kecamatan Soromandi selama ini cenderung menggunakan jarak tanam yang tidak teratur sehingga berdampak pada tingginya kebutuhan benih sekitar 40 kg /ha dan kualitas produksi jagung yang dihasilkan tidak seragam menyebabkan pada rendahnya produktivitas serta rendahnya pendapatan petani.

Program peningkatan produksi pangan dan pendapatan petani akan
berhasil apabila ditunjang oleh penerapan teknologi yang tepat, seperti
penggunaan varietas unggul baru (VUB) yang beradaptasi dan baik
berpotensi hasil tinggi yang disenangi oleh petani/ konsumen,
penggunaan benih bermutu, populasi tanaman optimum, pengelolaan
hara spesifik/pupuk kandang/kompos, pengairan yang cukup, dan
penerapan konsep PHT (BPTP NTB 2010).

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Soromandi dalam rangka percepatan Diseminasi Informasi penggunaan benih varitas unggul pada tanaman jagung  telah melakukan kegiatan penyuluhan tentang teknologi budidaya jagung namun belum mampu merubah prilaku (pengetahuan, keterampilan dan Sikap) sehingga berdampak pada tingkat adopsi inovasi teknologi yang masih rendah. Sehingga perlu dilakukan pengembangan metode penyuluhan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan sasaran. 

Guna memecahkan masalah tersebut dalam meningkatkan Pengetahuan sikap petani   maka perlu adanya penyuluhan tentang Rancangan Penyuluhan Tentang Jarak Tanam Pada Tanaman Jagung di Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima”

1.2  Rumusan Masalah

a.       Bagaimana menyusun Rencana Penyuluhan jarak Tanam jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

b.      Bagaimana pelaksanaan penyuluhan tentang jarak tanam pada tanaman Jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

c.       Bagaimana Evaluasi Pengetahuan Petani terhadap Jarak Tanam  pada tanaman Jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

1.3 Tujuan

a.       Untuk mengetahui cara menyusun Rencana Penyuluhan jarak Tanam pada tanaman Jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

b.      Untuk mengetahui cara melaksanakan Penyuluhan tentang Jarak Tanam  pada tanaman Jagung di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

c.       Untuk Mengetahui cara Evaluasi Pengetahuan Petani terhadap Jarak Tanam pada tanaman Jagung  di  Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima

1.4. Manfaat

  1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk menerapkan teknologi anjuran
  2. Membantu BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan
  3. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Ratnah dan Yanti 2017 di Desa Sintung Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur yang berjudul Penerapan Teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) dalam Peningkatan Produksi Jagung di daerah Propinsi NTB. Dengan teknologi benih hibrida Bima Uri 20, Pemupukan berdasarkan PUTS dengan dosis 200kg NPK Phonska dan 200 kg Urea, Jarak tanam 70 x 20 cm dan umur panen 110 hari meningkatkan produksi mencapai 9.1 ton dibanding perlakukan petani hanya mencapai 6,9 Ton.

Hasil Kaji terap Sri Yanto dan Ma’ruf 2022, Laporan kaji terap uji varietas tanaman jagung di Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima pada bulan april 2022 s/d September 2022, dengan penerapan jarak tanam sistem jajar legowo 70cm x 40cm x 20cm , jumlah populasi 83.333 pohon jagung, Pemupukan Urea 200 kg dan NPK Phonska 150 Kg pupuk organik kompos 1000 kg dengan umur panen mencapai 115 hari dengan produksi masing-masing varietas Pioner 35 mencapai 8,12 Ton, Bisi 18 mencapai 8,28 Ton, ADV Jos mencapai 10,62 Ton, NK 6501 mencapai 9,68 Ton.

Penelitian system tanam jajar legowo pada jagung Badan Litbang Pertanian, Hasil pengujian varietas jagung hibrida Bima-19 URI dan P-27 pada musim tanam MK 2 2014 (setelah padi) di Kabupaten Grobogan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara jarak tanam legowo 2:1 25 cm x (40 cm – 70 cm) 1 tanaman/lubang (populasi 72.727 tanaman/ha) dan tegel 40 cm x 70 cm 2 tanaman/lubang (populasi 71.429 tanaman/ha), dengan rerata akumulatif hasil biji kedua varietas berturut-turut 9,11 t/ha dan 8,99 t/ha pada kedua jarak tanam tersebut.

Dari hasil pengujian yang dilakukan, direkomendasikan bahwa pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 cm x (40 cm – 70 cm) 1 tanaman/lubang belum terbukti secara nyata meningkatkan hasil dibanding jarak tanam tegel 40 cm x 70 cm 2 tanaman/lubang. Meskipun secara jumlah populasi tanaman lebih banyak dibanding jarak tanam di atas, namun rapatnya jarak antar legowo kemungkinan merupakan faktor yang menyebabkan efek tanaman pinggir (yang menguntungkan pertumbuhan tanaman) kurang terlihat perannya dalam meningkatkan hasil.

Uji lapang selanjutnya masih dengan varietas Bima-19 URI dan P-27, pada musim tanam MK 2 2015 (setelah padi) di Kabupaten Demak. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa legowo 2:1 jagung dengan jarak tanam 25 x (50 – 100) cm 1 tanaman/lubang (populasi 66.000 tanaman/ha) signifikan memberikan produktivitas lebih tinggi dibanding legowo 4:1 jarak tanam 25 x (50 – 100) cm 1 tanaman/lubang, namun tidak berbeda nyata dengan produktivitas yang diperoleh dari jarak tanam tegel 40 x 70 cm dengan 2 tanaman/lubang (populasi 71.429 tanaman/ha).

Produktivitas yang diperoleh berturut-turut untuk tegel, legowo 2:1, dan legowo 4:1 adalah 10,05 t/ha; 10,91 t/ha; dan 9,06 t/ha. Memperhatikan hasil ini, legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x (500 – 100) cm 1 tanaman/lubang direkomendasikan diperbaiki untuk memberikan jumlah populasi tanaman yang lebih tinggi dan dengan efek tanaman pinggir yang lebih nyata untuk menghasilkan produktivitas yang signifikan lebih tinggi. Sebagai alternatif yang bisa disarankan adalah legowo 2:1 dengan total jumlah populasi antara 66.000 – 72.727 tanaman/ha. (Kementan, 2016)

2.2 Landasan Teori Teknis

2.2.1  Budidaya Jagung

1. Syarat Tumbuh

Tanaman jagung dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan. Suhu optimal antara 21-34 °C, pH. Tanah antara 5,6-7,5 dengan ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl. Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100- 140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya.

Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Aceh miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan.

2. Varietas Unggul

Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas jagung. Memilih varietas hendaknya melihat deskripsi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya terhadap hama atau penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang. Beberapa varietas unggul jagung yang dapat dijadikan sebagai pilihan

Gunakan benih bersertifikat dengan vigor tinggi. Sebelum ditanam hendaknya dilakukan pengujian daya kecambah benih. Benih yang baik adalah yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 90%. Hal ini penting karena dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman yang tidak tumbuh.

Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol tidak penuh akibat penyerbukan 4 tidak sempurna, sehingga tidak akan mampu meningkatkan hasil. Beberapa varietas unggul jagung Komposit dan Hibrida. Hibrida BISI 18, Pioner 35, NK, DK, Bima, ADV.

 Benih yang bermutu, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Penggunaan benih bermutu akan lebih menghemat jumlah benih yang ditanam. Populasi tanaman yang dianjurkan dapat terpenuhi (sekitar 66.600 tanaman/ha).

Persiapan benih jagung dapat dilakukan dengan membuat sendiri maupun dibeli dari penjual benih. Bila benih jagung dibuat sendri sebelum ditanam, hendaknya diberi perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil (umumnya berwarna merah) sebanyak 2 gr (bahan produk) per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air. Larutan tersebut dicamur dengan benih secara merata, sesaat sebelum tanam.

Perlakuan benih ini dimaksudkan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit utama pada jagung.Benih jagung yang dibeli dari penjual benih pada umumnya sebelum dikemasan biasanya sudah diperlakukan dengan metalaksil (warna merah) sehingga tidak perlu lagi diberi perlakuan benih. 3, Penyiapan Lahan

Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan gembur. Namun bila tanah berkadar Hat tinggi sebaiknya dilakukan pengolahan tanah sempurna (intensify. Pada lahan yang ditanami jagung dua kali setahun, penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah sempurna dan pada musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dapat dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam.

Setelah ditentukan penetapan pengolahan tanah kemudian dilakukan 6 penataan lahan, pembuatan saluran/draenase. Selanjutnya bila pH tanah kurang dari 5, sebaiknya ditambah kapur (dosis 300 kg/ha)

4. Penanaman

Penanaman pada perlakuan TOT bisa dilakukan langsung dicangkul/koak tempat menugal benih sesuai dengan jarak tanam lalu beri pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+ 50 gr) tiap cangkulan/koakan. Penanaman pada lahan OTS cukup ditugal untuk dibuat lubang tanam benih sesuai dengan jarak tanam, selanjutnya diberikan pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+ 50 gr). Pemberian pupuk kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga pupuk kandang ini diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang baru ditanam.

Jarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm x 20 cm dengan 1benih per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang tanam). Dengan jarak tanam seperti ini populasi mencapai 66.000-71.000 tanaman/ha.

6.Pemupukan

Berdasarkan hasil penelitian, takaran pupuk untuk tanaman jagung di Lampung berdasarkan target hasil adalah 350-400 kg urea/ha, 100-150 kg SP-36/ha, dan 100-150 kg KCl/ha. Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari batang tanaman dan ditutup dengan tanah. Waktu pemupukan bila menggunakan pupuk tunggal urea, SP-36 dan KCI. Waktu Pemupukan 7 Hari sesudah tanam (hst) Urea 100kg/ha,  SP-36 150kg/ha) KCI 100kg/ha umur 28-30 hst 150 urea dan umur 45-50 hst.  

Takaran pupuk dan waktu pemberiannya pada tanaman jagung bila menggunakan pupuk NPK 15:15:15 (Phonska). Sebelum pemupukan, dilakukan pembacaan BWD dengan cara menempelkan daun jagung teratas yang sudah sempurna terbuka. Waktu pembacaan sebaiknya sore hari agar tidak terpengaruh dengan cahaya matahari. Cara 8 pembacaan seperti pada gambar 1. Berikan N (urea) berdasar kan skala BWD pada fase V10-12 (umur 44 hst Sebelum pemupukan ketiga) • Bila pembacaan skala BWD = 4,5, segera berikan urea 150 kg/ha • Bila skala BWD > 4,5, berikan N (urea) sebanyak 100 kg/ha Gambar 1. Cara penggunaan BWD Gambar 2. Tanaman yang dipupuk urea berdasarkan BWD  

7. Penyiangan

Penyiangan sebaiknya dilakukan dua minggu sekali selama masa pertumbuhan tanaman jagung, yaitu pertama pada umur 15 hst hingga pada umur 6 minggu hst . Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan (mencangkul tanah diantara, barisan lalu ditimbunkan kebagian barisan tanaman sehingga membentuk guludan yang memanjang).

9. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai, jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1 kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil) 2 gr yang dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium) dapat disemprot dengan Fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr / tank isi 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Ini dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga dilakukan dengan cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol sudah terisi sempurna dan biji sudah keras. Hama yang umum mengganggu pertanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol. Lalat bibit umumnya mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman, oleh karena itu pengendaliannya dilakukan mulai saat tanam menggunakan insektisida carbofuran utamanya 10 pada daerah-daerah endemik serangan lalat bibit. Untuk hama penggerek batang, jika mulai nampak ada gejala serangan dapat dilakukan dengan pemberian carbofuran (3-4 butir carbofuran/tanaman) melalui pucuk tanaman pada tanaman yang mulai terserang. Hama penggerek batang dikendalikan dengan memberikan insektisida caebofuran sebanyak 3-4 butir dengan ditugal bersamaan pemupukan atau disemprot dengan insektisida cair fastac atau regent dengan dosis sesuai yang tertera pada kemasan.

10, Pengairan

Setelah benih ditanam, penyiraman dilakukan secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu penyiraman yang lebih intensif. Bila musim kemarau pengairan perlu dilakukan pengaturan antara lain umur pertumbuhan, 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur tersebut tanaman jagung sangat riskan dengan kekurangan air.

11. Panen dan Pasca Panen

Panen dan Pasca Panen Pemanenan jagung dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 100 hst tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Jagung yang telah siap panen atau sering disebut masak fisiolologis ditandai dengan daun jagung/klobot telah kering, berwarna kekuning-kuningan, dan ada tanda hitam di bagian pangkal tempat melekatnya biji pada tongkol. Panen yang dilakukan sebelum atau setelah lewat masak fisiologis akan berpengaruh terhadap kualitas kimia biji jagung karena dapat menyebabkan kadar protein menurun, namun kadar karbohidratnya cenderung meningkat. Setelah panen dipisahkan antara jagung yang layak jual dengan jagung yang busuk, muda dan berjamur selanjutnya dilakukan proses pengeringan.

Permasalahan akan timbul bila waktu panen yang berlangsung pada saat curah hujan masih tinggi, sehingga kadar air biji cukup tinggi, karena penundaan pengeringan akan menyebabkan penurunan kualitas hasil biji jagung. Cara pengeringan selain dengan penjemuran langsung di ladang, juga dapat dilakukan dalam bentuk tongkol terkupas yang dikeringkan di lantai jemur dengan pemanasan matahari langsung, dan bila turun hujan ditutupi dengan terpal plastik. Cara pengeringan jagung demikian memiliki kelemahan karena mudah ditumbuhi jamur, serangan hama kumbang bubuk, dan kotoran. Selain itu nilai kadar air biji jagung biasanya masih tinggi ( >17%).

Penundaan panen selama 7 hari setelah masak fisiologis dapat membantu proses penurunan kadar air dari 33% menjadi 27%. Namun penundaan pengeringan dengan cara menumpuk tongkol jagung yang telah dipanen di atas terpal selama 3 –5 hari, meskipun mampu menurunkan kadar air akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya serangan cendawan sampai mencapai 56-68%, sedangkan tanpa penundaan pengeringan, serangan cendawan dapat ditekan menjadi hanya berkisar antara 9-18%. Penyebab lain terjadinya kerusakan pada biji jagung adalah karena adanya luka pada saat pemipilan, dan ini terjadi jika saat pemipilan kadar air biji masih tinggi (>20%). Biji yang terluka pada kondisi kadar airnya masih tinggi menyebabkan mudah terinfeksi oleh cendawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemipilan jagung pada kadar air 15-20% dapat menimbulkan infeksi cendawan maksimal mencapai 5%. Dengan menggunakan alat dan mesin pemipil pada kadar air biji jagung 35%, infeksi cendawan mencapai 10-15%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar air biji dan semakin lama disimpan, peluang terinfeksi cendawan akan lebih besar. Demikian halnya dengan tingkat serangan hama kumbang bubuk. Persyaratan kualitas dan kuantitas jagung

Umumnya produk hasil pertanian bersifat bulky (segar dan mudah rusak). Kerusakan hasil pertanian dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Kerusakan tersebut mengakibatkan penurunan mutu maupun susut berat karena rusak, memar, cacat dan lain-lain. Kelemahan lain dari hasil pertanian ini adalah biasanya bersifat musiman, sehingga tidak dapat tersedia sepanjang tahun.

Penanganan pasca panen merupakan salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut. Sebagai contoh banyak produk jagung di tingkat petani yang tidak terserap oleh industri yang disebabkan oleh beberapa hal seperti : kadar air tinggi, rusaknya butiran jagung, warna butir tidak seragam, adanya butiran yang pecah serta kotoran lain yang menyebabkan rendahnya kualitas jagung yang dihasilkan.

Penanganan pasca panen secara garis besar dapat meningkatkan daya gunanya sehingga lebih bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mempertahankan kesegaran atau mengawetkannya dalam bentuk asli maupun olahan sehingga dapat tersedia sepanjang waktu sampai ke tangan konsumen dalam kondisi yang balk.

Persyaratan mutu jagung untuk perdagangan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif meliputi :

 1. Produk harus terbebas dari hama dan penyakit.

2. Produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya (berupa asam).

3. Produk harus terbebas dari bahan dan sisasisa pupuk maupun pestisida.

4.  Pengendalian Mutu Pengendalian mutu merupakan usaha mempertahankan mutu selama proses produksi sampai produk berada di tangan konsumen pada batas yang dapat diterima dengan biaya seminimal mungkin. Pengendalian mutu jagung pada saat pasca panen dilakukan mulai pemanenan, pengeringan awal, pemipilan, pengeringan akhir, pengemasan dan penyimpanan.

            Pengeringan merupakan usaha untuk menurunkan kadar air sampai batas tertentu tujuannya agar reaksi biologis terhenti dan mikrorganisme serta serangga ticlak bisa hidup di dalamnya. Pengeringan jagung dapat dibedakan menjadi dua tahapan yaitu: • Pengeringan dalam bentuk gelondong. Pada pengeringan jagung gelondong dilakukan sampai kadar air mencapai 18% untuk memudahkan pemipilan. • Pengeringan butiran setelah jagung dipipil. Pemipilan merupakan kegiatan memisahkan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan dapat dilakukan dengan cara tradisional atau dengan cara yang lebih modern. Secara tradisional pemipilan jagung dapat dilakukan dengan tangan maupun alat bantu lain yang sederhana seperti kayu, pisau dan lain-lain sedangkan yang lebih modern menggunakan mesin pemipil yang disebut Corn shelter yang dijalankan dengan motor.

Butiran jagung hasil pipilan masih terlalu bawah untuk dijual ataupun disimpan, untuk itu diperlukan satu tahapan proses yaitu pengeringan akhir. Umumnya petani melakukan pengeringan biji jagung dengan penjemuran di bawah sinar matahari langsung, sedangkan pengusaha jagung (pabrikan) biasanya menggunakan mesin pengering tipe Batch Dryer dengan kondisi temperatur udara pengering antara 50-60°C dengan kelembaban relatif 40%.

Penyimpanan Jagung Umumnya petani menyimpan jagung pipilan dalam karung goni atau plastik, kemudian disimpan di dalam rumah (di lantai atau di atas loteng). Penyimpanan cara demikian menyebabkan jagung hanya dapat bertahan selama kurang lebih 2 bulan karena dapat terserang oleh hama gudang Dolesses viridis, Sitophillus zeamais, dan Cryptoleptes presillus.

Besarnya kehilangan dan kerusakan jagung setelah pemanenan sampai penyimpanan berkisar 8,6 - 20,2% yang disebabkan oleh serangan serangga, jamur, tikus, kondisi awal penyimpanan, cara dan alat penyimpanan serta faktor lingkungan. Penyimpanan jagung untuk benih harus menggunakan wadah yang tertutup rapat sehingga kedap udara dan tidak terjadi kontak dengan udara yang menyebabkan biji jagung menjadi rusak dan menurun daya tumbuhnya.

Penyimpanan jagung untuk benih dapat menggunakan wadah logam yang dilengkapi dengan absorban/penyerap (biasanya digunakan abu sekam) yang berguna untuk mengurangi kelembaban di dalam wadah penyimpanan. Bila tidak menggunakan wadah yang dilengkapi dengan absorban penyimpanan jagung untuk benih juga dapat dilakukan di dalam wadah logam yang tutupnya dilapisi dengan paraffin, sehingga benar-benar kedap udara.

Penyimpanan jagung pipilan untuk konsumsi (pangan maupun pakan), dapat dalam karung yang disusun secara teratur atau dapat pula disimpan dalam bentuk curah dengan sistem silo. Penyimpanan ini dapat berfungsi sebagai pengendali harga pada saat harga di pasar jatuh karena kelebihan stok. Setelah harga jual membaik, barulah jagung yang disimpan dilepas ke pasaran.

2.2.2 Jarak Tanam Jagung

Jajar legowo adalah suatu cara tanam yg didesain untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui peningkatan populasi tanaman dan pemanfaatan efek tanaman pinggir; dimana penanaman dilakukan dengan merapatkan jarak tanaman dalam baris dan merenggangkan jarak tanaman antar legowo.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melakukan pengujian penanaman jajar legowo pada jagung. Berbeda dengan padi, penerapan sistem legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada peningkatan penerimaan intensitas cahaya matahari untuk optimalisasi fotosintesis dan asimilasi serta memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.

Pemanfaatan sistem legowo ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung. Dengan peningkatan IP maka hasil panen dapat meningkat dan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.

Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha. Untuk itu, jarak tanam biasa yang diterapkan adalah 75 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau 70 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). Pada wilayah yang mempunyai masalah tenaga kerja, dapat diterapkan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang) atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang).

Jika penanaman dilakukan dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang diterapkan adalah 25 cm x (50 cm – 100 cm) 1 tanaman/lubang atau 50 cm x (50 cm – 100 cm) 2 tanaman/lubang (populasi 66.000 tanaman/ha).

Hasil pengujian varietas jagung hibrida Bima-19 URI dan P-27 pada musim tanam MK 2 2014 (setelah padi) di Kabupaten Grobogan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara jarak tanam legowo 2:1 25 cm x (40 cm – 70 cm) 1 tanaman/lubang (populasi 72.727 tanaman/ha) dan tegel 40 cm x 70 cm 2 tanaman/lubang (populasi 71.429 tanaman/ha), dengan rerata akumulatif hasil biji kedua varietas berturut-turut 9,11 t/ha dan 8,99 t/ha pada kedua jarak tanam tersebut.

Dari hasil pengujian yang dilakukan, direkomendasikan bahwa pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 cm x (40 cm – 70 cm) 1 tanaman/lubang belum terbukti secara nyata meningkatkan hasil dibanding jarak tanam tegel 40 cm x 70 cm 2 tanaman/lubang. Meskipun secara jumlah populasi tanaman lebih banyak dibanding jarak tanam di atas, namun rapatnya jarak antar legowo kemungkinan merupakan faktor yang menyebabkan efek tanaman pinggir (yang menguntungkan pertumbuhan tanaman) kurang terlihat perannya dalam meningkatkan hasil.

Uji lapang selanjutnya masih dengan varietas Bima-19 URI dan P-27, pada musim tanam MK 2 2015 (setelah padi) di Kabupaten Demak. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa legowo 2:1 jagung dengan jarak tanam 25 x (50 – 100) cm 1 tanaman/lubang (populasi 66.000 tanaman/ha) signifikan memberikan produktivitas lebih tinggi dibanding legowo 4:1 jarak tanam 25 x (50 – 100) cm 1 tanaman/lubang, namun tidak berbeda nyata dengan produktivitas yang diperoleh dari jarak tanam tegel 40 x 70 cm dengan 2 tanaman/lubang (populasi 71.429 tanaman/ha).

Produktivitas yang diperoleh berturut-turut untuk tegel, legowo 2:1, dan legowo 4:1 adalah 10,05 t/ha; 10,91 t/ha; dan 9,06 t/ha. Memperhatikan hasil ini, legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x (500 – 100) cm 1 tanaman/lubang direkomendasikan diperbaiki untuk memberikan jumlah populasi tanaman yang lebih tinggi dan dengan efek tanaman pinggir yang lebih nyata untuk menghasilkan produktivitas yang signifikan lebih tinggi. Sebagai alternatif yang bisa disarankan adalah legowo 2:1 dengan total jumlah populasi antara 66.000 – 72.727 tanaman/ha. (Kementan, 2016)

 2.3 Landasan Teori Penyuluhan

2.2.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian.

Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sistem penyuluhan pertanian selanjutnya disebut sistem penyuluhan yang  mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha (UU SP3K, 2006).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan kelayan beserta keluarganya dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kesejahteraanya.  Dalam proses penyuluhan terdapat beberapa unsur antara lain: penyuluh, materi penyuluhan, media penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan dan tujuan penyuluhan.

2.2.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian

Tujuan pengaturan sistem penyuluhan menurut UU SP3K 2006 Pasal 3 menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial yang meliputi : (1).  Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern, (2).  Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,  penumbuhan motivasi, potensi, peluang, peningkatan kesadaran, (3).  Memberikan  kepastian hukum untuk terselenggaranya penyuluhan yang kondusif, (4).  Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum, (5). Mengembangkan sumber daya manusia.

2.2.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian

 Sasaran penyuluhan pertanian adalah petani  sasaran agar pengetahuan, keterampilan dan sikapnya meningkat, sehingga bersedia memanfaatkan peluang  -peluang yang ada. Sasaran penyuluhan meliputi sasaran utama atau sasaran pokok yaitu petani nelayan dan keluarganya. Sasaran penentu keberhasilan penyuluhan adalah pejabat pemerintah dan peneliti, lembaga pendidikan, penyalur, pengencer, pengusaha, media komunikasi masa dan biro jasa. Sasaran pendukung adalah segenap lapisan masyarakat seperti organisasi sosial, organisasi politik, organisasi profesi,  para  seniman, pemuka agama dan tokoh masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang SP3K  Bab III Pasal 5 sasaran penyuluhan pertanian adalah : (1).  Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara,  (2).  Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, (3).  Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

2.2.4 Materi Penyuluhan Pertanian

Adapun penyuluhan yang disampaikan harus bersifat inovatif, baru dapat mendorong atau  merespon terjadinya perubahan-perubahan kearah pembaharuan segala aspek kehidupan masyarakat tani. Dalam UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2 menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan.

2.2.5 Metode Penyuluhan Pertanian

A. Pengertian Metode Penyuluhan Pertanian

Undang-undang nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian dan kehutanan (SP3K) dalam pasal 26 mengamanatkan bahwa penyuluhan dilakukan dengan pendekatan partisipatif melalui metode penyuluhan yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.

Metode Penyuluhan merupakan cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. (Permentan Nomor 52 Tahun 2009)

B. Tujuan Metode dan Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian

Tujuan metode penyuluhan pertanian adalah :

a)      Mempercepat dan mempermudah penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

b)      Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan penyuluhan pertanian

c)      Mempercepat proses adopsi iovasi teknologi pertanian

Sedangkan tujuan pemilihan metode penyuluhan pertanian adalah untuk

a)      Menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang tepat dalam kegiatan penyuluhan

b)      Meningkatkan efektivitas  kegiatan penyuluhan pertanian agar tercapai tujuan penyuluhan pertanian efisien dan efektif.

C. Prinsip Metode Penyuluhan Pertanian

Prinsip Metode Penyuluhan Pertanian adalah :

1.    Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat utk menerapkan sesuatu.

2.    Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik.

3.    Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya.

Prinsip dalam metode penyuluhan pertanian meliputi:

a.  Upaya Pengembangan berpikir kreatif :

Prinsip ini dimaksudkan melalui penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani yang mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitasnya.

b. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran :

Prinsip ini mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.

c.    Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya :

Prinsip ini mengingatkan penyuluh bahwa keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.

d.   Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran :

Keakraban hubungan penyuluh dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.

e.    Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.

D. Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian.

Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indra peneriamaan.

a.    Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi : 1) komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contoh: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP,kursus tani, demonstrasi karyawisata, pameran; 2) komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk cetakan,poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.

b.    Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai digolongkan menjadi :
1) pendekatan perorangan, contoh : kunjungan rumah, kunjungan usaha tani, surat-menyurat, hubungan telepon; 2) pendekatan kelompok, contoh  diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu Lapangan, kursus tani;3) pendekatan massal, contoh : pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV,pemasangan poster, pemasangan spanduk, penyebaran bahan bacaan (folder,leaflet, brosur).

c.    Berdasarkan indera penerima digolongan menjadi :1) yang diterima indera penglihatan, contoh : poster, film, pemutaran slide;  2) yang diterima indera pendengaran, contoh : siaran TV/radio, pidato, ceramah, hubungan telepon; 3) yang diterima beberap indera, contoh : demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV, pameran.

E.  Jenis-jenis Metode Penyuluhan Pertanian

Jenis-jenis metode penyuluhan pertanian berdasarkan tujuan antara lain :

1.      Pengembangan kreativitas antara lain temu wicara, temu karya, temu lapang dan temu usaha

2.      Pengembangan kepemimpinan antara lain : rembug paripurna, rembug utama, rembug madya dan mimbar sarasehan.

3.      Pengembangan kerukunan dengan masyarakat anatara lain : temu akrab, ceramah dan demonstrasi, kaji terap, karya wisata, kunjungan rumah/tempat usaha, kursus tani, magang, obrolan sore, mimbar sarasehan, pameran, pemberian penghargaan, pemutaran film, pembagian brosur, lifleat, majalah, poster, perlombaan, diskusi, pertemuan umum, siaran pedesaan, temu akrab, temu karya, temu lapang, temu tugas dan karya wisata.

F. Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian

1. Pertimbangan dalam pemilihan metoda penyuluhan pertanian :

Karakteristik sasaran (tingkat pengetahuan; ketrampilan dan sikap sasaran; kondisi sosial budaya sasaran penyuluhan; banyaknya sasaran yang dicapai). Sumber daya penyuluh (Ilmu; Keterampilan; Sikap; Materi Penyuluhan; Sarana dan Biaya) Karakteristik daerah (Musim dan iklim; Keadaan usahatani; Keadaan Lapangan), Kebijaksanaan pemerintah

2. Langkah-Langkah Pemilihan Metode Penyuluhan

Langkah-langkah pemilihan metode penyuluhan yaitu dengan menghimpun dan menganalisa data antara lain :

a.    Sasaran

(1) Golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan jumlah
masing-masing golongan dan keseluruhan, (2) Adat kebiasaan, norma-norma dan pola kepemimpinan, (3) Bentuk-bentuk usaha tani sasaran, (4) Ketersedian mereka sebagai demonstrator dan jumlah petani maju

b.  Penyuluh dan kelengkapannya

(1) Kemampuan penyuluh, jumlah penyuluh, pengetahuan dan keterampilan penyuluhan, (2) Materi penyuluhan / pesan, (3) Sarana dan prasarana penyuluhan (4) Biaya yang ada

c. Keadaan Daerah dan Kebijaksanaan Pemerintah

(1) Musim/Iklim, (2) Keadaan Lapangan (topografi), jenis tanah, sistem pengairan dan pertanaman, (3) Perhubungan jalan, listrik dan telepon, (4) Kebijaksanaan pemerintah Pusat dan Daerah setempat setelah mempunyai data dasar, ditetapkan tahap penerapan sasaran

3.  Menetapkan Alternatif Metode Penyuluhan Pertanian

a.    Metode dengan pendekatan masal dipergunakan untuk menarik perhatian, menumbuhkan minat dan keinginan, serta memberikan informasi selanjutnya.

b.    Metode dengan pendekatan kelompok dipergunakan untuk dapat memberikan informasi yang lebih rinci tentang teknologi atau Praktik.  membantu seseorang dari tahap menginginkan ke mencoba atau sampai menerapkan.

c.    Metode pendekatan perorangan, biasanya sangat berguna dalam tahap mencoba hingga menerapkan.

d.    Faktor lain yang memegang peranan adalah masa kerja penyuluh di suatu tempat. Penyuluh yang belum lama bekerja di suatu daerah perlu mengenal situasi dan kondisi daerah kerjanya yang terbaik adalah pendekatan perorangan.

4. Menetapkan Metode Penyuluhan Pertanian

Apabila lebih dan satu metode penyuluhan yang terpilih, maka pelaksanaannya dapat di lakukan sebagai berikut :

a.       pengulangan: Misalnya kursus tani I diulang dengan yang ke II dan seterusnya dengan materi yang berlanjut

b.      Urutan: Misalnya kursus tani diikuti karyawisata, perlombaan dll

c.       Kombinasi: Misalnya pada waktu demontrasi usaha tani sekali dilaksanakan lomba antar peserta dan publikasi hasil.

Perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

-     Metode penyuluhan pertanian yang ditentukan harus dapat mengembangkan swakarsa dan swadaya petani sasaran.

-     Metode penyuluhan pertanian yang ditetapkan harus dapat
memungkinkan disampaikannya penyuluhan yang sesuai dengan sasaran, cukup dalam jumlah dan mutu, tepat sasaran dan waktu, mudah diterima dan dimengerti, pengguna fasilitas dan media secara berhasil guna

-     Metode yang digunakan lebih efisien dan efektif bagi penyuluh

-     Harus dapat memungkinkan kelanjutan pelaksanaannya.

-     Harus memungkinkan turut sertanya secara aktif dari sasaran.

-     Biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan metode penyuluhan pertanian yang terpilih relatif lebih murah

2.2.6 Media Penyuluhan Pertanian

Media merupakan alat bantu penyuluhan pertanian. Media massa seperti radio, pers dan TV merupakan media yang paling serasi untuk  meneruskan sejumlah besar informasi dengan cepat bagi orang-orang jumlah banyak.

Pemilihan media harus bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara  keseluruhan. Untuk itu  ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media antara lain : (1).  Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (2).  Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,  mempunyai  konsep, prinsip, atau generalisasi, (3).  Praktis  dan  luwes,  serta  bertahan dalam jangka waktu yang sangat  lama, (4).  Komunikator terampil dalam menggunakannya,  (5).  Sesuai dengan sasaran baik jumlah maupun kemampuan sasaran, (6).  Mutu  dan  teknik baik. Selanjutnya Setiana (2005), menyatakan bahwa media penyuluhan dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu media hidup dan media mati. Media hidup adalah orang-orang yang menerapkan  penyuluhan tersebut, sedangkan media mati adalah sarana yang digunakan sebaqai perantara, misalnya radio, televisi, poster dan sebagainya yang dapat berpengaruh positif terhadap sasaran.

2.2.7 Evaluasi Penyuluhan

Secara harfiah evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Achos dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh untuk pengukuran hasil kegiatan, baik yang menggunakan instrument tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain itu juga evaluasi dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternative keputusan.

Menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan maksud untuk – atau suatu proses – (yang berlangsung dalam rangka) – menentukan nilai dari segala sesuatu kegiatan Pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi dilapangan pendidikan).

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dengan orang lain berbeda-beda, sehingga dengan demikian pengetahuan merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsug memperkaya kehidupan manusia. Pengetahuan dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang diketahui.  Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.  Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.  Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu.   Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia hasil dari penggunaan panca inderanya yang berbeda dengan kepercayaan, tahyul dan penerangan yang keliru (Soekanto,1990).

Pengetahuan adalah interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu barang. Pengetahuan adalah tekanan kepada proses psikologi ingatan atau kognitif.  Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu kepada tiga jenis ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pengetahuan (khnowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.  Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan sesuatu itu. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang.

2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Elvan (2012), tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a.    Know (tahu).

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya termasuk  dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukurnya antara lain menyebutkan, menguraikan, mengindentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

a.       Comprehension (memahami).  

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

b.      Aplication (aplikasi).

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

c.       Analysis (analisis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

d.      Synthesis (Sintesis).

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

d.      Evaluation (evaluasi).

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek. Penilaian ini didasarkan suatu criteria yang telah ada.

2.3.3 Unsur Pengetahuan

Selanjutnya Ada tiga unsur pengetahuan yaitu :

a.           Pengamatan (menanamkan) yaitu penggunaan indra lahir dan indra batin untuk menangkap objek

b.          Sasaran (objek) yaitu sesuatu yang menjadi bahan pengamatan

c.           Kesadaran (jiwa) salah satu dari alam yang ada pada diri manusia.

Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) dalam Astuti dan Honorita (2012), bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh -sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul - betul dilakukan.

1.4. Sikap 

2.4.1        Pengertian Sikap

Menurut GW Allport (1935) dalam David O,Sears, Jonathan L dan Fredman Lanne Peplau (1988), Sikap adalah  keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terahadap respons individu pada objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Lebih lanjut Krech dan Crutehfield (1948), menyatakan bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perceptual dan kognitif mengenai beberpa aspek dunia individu. Sikap terhadap objek, gagasan tertentu merupakan orientasi orientasi yang bersifat mantap dengan komponen-komponen kognitif, afektif dan prilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek perasaan, penilaian. Komponen prilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap objek.

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak.Lebih mudahnya, sikap adalah kecenderungan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagamana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi (Van den Ban, 2003).  Sikap yaitu kecenderungan untuk tidak prasangka terhadap hal-hal yang belum dikenal, mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong royong dalam menyelesaikan masalah-masalah bersama dan menimbulkan sikap swadaya dan swadana (Ismulhadi, 2012).  Menurut Walgito (1999), Sikap itu merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan sadar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

2.4.2        Komponen Sikap

Mann (1969), dalam Azwar (1995), menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Menurut Myers dan Garungan dalam Wawan dan Dewi (2011), menyatakan bahwa ada 3  komponen yang membentuk sikap yaitu:

1)      Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.

2)   Komponen afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

3)   Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan berdindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: 1) Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang atau objek mau menerima stimulus yang diberikan (objek); 2) Menanggapi (Responding) disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyataan atau objek yang dihadapi; 3) Menghargai (Valuing) diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti pembahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons; 4) Bertanggung jawab (Responsible) sikap yang paling tinggi  adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohnya atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2010).

2.4.3        Pembentukan Sikap

Sikap Sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.  Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis disekelilingnya (Azwar, 1995).

2.4.4        Cara Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memehami sikap adalah masalah pengungkapan dan pengukuran.  Sesungguhnya sikap dapat dipahami lebih daripada sekedar seberapa favorable atau seberapa tidak favorablenya perasaan seseorang, lebih daripada sekedar sekedar seberapa positif atau seberapa negatifnya. Menurut Sax dalam Azwar (2012), menunjukkan beberapa dimensi sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas.

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu apakah setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, memihak atau tidak memihak. Sikap mempunyai intensitas artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walau arahnya mungkin tidak berbeda.  Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negative belum tentu memiliki sikap negative yang sama intensitasnya.  Sikap memiliki keluasan artinya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali objek sikap.  Sikap yang memiliki konsistensi maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap tersebut. Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan (Azwar,1995). 

 Berikut ini uraian mengenai beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historic telah dilakukan orang (Azwar,1995).

1.      Observasi Prilaku yaitu pengamatan terhadap prilaku yang ditampakkan sesorang.

2.      Penanyaan Langsung, pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung memiliki keterbatasan dan kelemahan yang mendasar.  Metode ini akan menghasilkan ukuran valid hanya apabila situasi dan kondisinya memungkinkan kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.

3.      Pengungkapan langsung, merupakan suatu metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda (Ajzen, 1988 dalam Azwar, 1995).  Prosedur pengungkapan langsung dengan item tunggal sangat sederhana.  Responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.  Penyajian dan pemberian responsnya yang dilakukan secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur bila ia tidak perlu menuliskan nama atau identitasnya.

METODE PELAKSANAAN

3.1.  Lokasi dan Waktu

Kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima  pada Januari 2023 sampai bulan Mei 2023 dengan pertimbangan bahwa Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi sebagian besar petaninya mengusahakan tanaman jagung sebagai komoditas utama dan 75% petani belum menerapkan jarak tanam yang sesuai anjuran.

3.2.       Metode Kajian dan Alur Kajian.

3.2.1    Metode Kajian

Kajian ini dilaksanakan untuk mengetahui keunggulan suatu teknologi budidaya jagung yang menghasilkan produksi jagung yang tinggi dan memberikan keuntungan serta pendapatan yang tinggi.

 Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode kajian pustaka yaitu  penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang teknologi budidaya jagung yang menghasilkan produksi jagung yang tinggi dan memberikan keuntungan serta pendapatan yang tinggi dan ditarik suatu kesimpulan dan dijadikan sebagai materi penyuluhan.

3.2.2    Alur Kajian

Identifikasi masalah dilakukan sebelum melaksanakan kajian dan penyuluhan. Identifikasi masalah dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan petani dengan rincian sebagai berikut :

1.      Melakukan wawancara dengan  penyuluh tentang permasalahan budidaya jagung

2.      Melakukan wawancara dengan petani melalui diskusi tentang tanggapan petani tentang budidaya jagung

3.2.2.  Pendekatan Kajian

3.2.4.  Populasi dan Sampel

Populasi dalam kajian ini adalah diambil secara sengaja (purposive sampling) dari 22 kelompok sebanyak 100 orang dan dilanjutkan dengan penarikan sampel  secara secara acak (simpel random sampling) 

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugyono,2007). Pengambilan sampel dalam kajian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak dari jumlah populasi yang ada tanpa memperhatikan strata dari populasi yang ada.

Jumlah sampel dalam kajian ini adalah diambil sebanyak 20 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 22 orang. Arikunto (2008), menyatakan apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 55 % atau lebih.

3.2.5.  Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1.    Data Primer.

Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari responden kajian yaitu dari anggota 10 kelompok yang diambil secara acak  sebanyak 20 % dari 100 orang anggota kelompok sebagai sasaran penyuluhan di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.

Data yang dibutuhkan pada kajian ini adalah data identifikasi Karakteristik petani dan tingkat pengetahuan petani. Data karakteristik petani meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama usaha tani, luas usaha sedangkan data pengetahuan petani terhadap jarak tanam jagung meliputi benih unggul bersertifikat, cara tanam, jarak tanam, jumlah populasi, pengairan, pemupukan, hama penyakit dan waktu panen.

2.    Data Sekunder

Data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa data profil desa, data keadaan kelompok, atau data yang relevan dengan kajian yang akan dijadikan sebagai pendukung untuk memahami masalah dan sebagai alternative pemecahan masalah.

3.2.6.  Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan dengan cara wawancara  secara semi terstruktur mengenai topik yang dibahas namun memberikan kesempatan pada responden untuk jujur dan terbuka menggunakan kuisioner dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab atau menggunakan angket yaitu memberikan daftar pertanyaan pada responden untuk diisi secara santai dirumah sehingga diperoleh data apa adanya tanpa tekanan.

Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani maka digunakan analisis deskriptif rata-rata (mean) dengan menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor tanpa denda  menurut Widoyono (2012)

3.2.7.      Analsis Data

Data yang diperoleh dalam kajian ini diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel frekuensi/tabulasi dan disajikan dalam bentuk deskriptif kuantitatif.

Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani maka digunakan analisis deskriptif rata-rata (mean) dengan menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor tanpa denda  menurut Widoyono (2012).  dengan rumus sebagai berikut :

Sk = B

Keterangan :

Sk = Skor yang diperoleh peserta.

B = Jumlah jawaban benar.

Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban salah diberi nilai 0. Setelah jawaban benar dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu kategori 1 – 10, 11 – 20 dan 21 - 30 jawaban benar, jika setiap responden memiliki jawaban benar sebagai berikut :

-       jawaban benar  0 – 10 maka termasuk kategori rendah,

-       jawaban benar 11 – 20 termasuk kategori sedang dan

-       jawaban benar 21 – 30 termasuk kategori tinggi

 

3.3 Rancangan Penyuluhan

3.3.1.  Penetapan Materi

Materi yang disuluhkan adalah mengacu pada hasil kajian survei dan hasil demonstrasi dan kaji terap teknologi jarak tanam jagung yang dilaksanakan pada lahan petani di Desa Wadukopa. Dengan memperhatikan aspek teknis yanitu memiliki keunggulan komperatif, dari aspek ekonomi menguntungkan dan dari aspek sosial dapat diterima oleh petani. penyuluhan paket teknologi jarak tanam pada budidaya tanaman jagung yang belum dikuasai oleh petani sasaran. Penetapan materi dilaksanakan setelah diadakan identifikasi kebutuhan penyuluhan petani tentang jarak tanam jagung. Dengan penyuluhan paket jarak tanam jagung diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan, meningkatkan produktifitas Jagung sehingga dapat  meningkatkan pendapatan  dan kesejahteraan petani.

3.3.2.  Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan adalah petani di anggota kelompoktani di Desa Wadukopa, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima sebanyak 22 orang yang ditetapkan sebagai sampel kajian. Petani yang belum memahami dan belum menerima teknologi Jarak tanam pada tanaman Jagung sedangkan petani yang sudah menerapkan sebagai agen yang membantu peneliti dan penyuluh dalam meningkatkan perubahan sikap petani terhadap teknologi Jarak tanam pada tanaman Jagung.

3.3.3 Penetapan Tujuan Penyuluhan

            Tujuan penyuluhan dalam kegitatan penyuluhan mengacu hasil kajian survei pengetahuan petani pada prinsip ABCD dan SMART.

3.3.4 Penetapan Media Penyuluhan

Penetapan media penyuluhan pada kegiatan penyuluhan adalah dengan memperhatikan karakteristik sasaran dan standar teknis penbuatan dan penggunaan media penyuluhan

3.3.4.  Metode, Teknik dan Media Penyuluhan

Metode penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah kombinasi metode ceramah, dan demonstrasi cara dengan menggunakan teknik pendekatan kelompok. Sedangkan media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan media sesungguhnya berupa lahan demonstrasi dan media tercetak berupa brosur dan peta singkap.

3.3.5.  Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan mengacu pada hasil Survei pengetahuan petani

1.      Evaluasi Pengetahuan

Menurut Widoyono (2012) untuk mengukur tingkat pengetahuan maka digunakan analisis deskriptif rata-rata (mean) dengan menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor tanpa denda  sebagai berikut:

 Sk = B

Keterangan :

Sk = Skor yang diperoleh peserta.

B = Jumlah jawaban benar.

Setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban salah diberi nilai 0. Setelah jawaban benar dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu kategori 1 – 10, 11 – 20 dan 21 - 30 jawaban benar, jika setiap responden memiliki jawaban benar sebagai berikut :

-       jawaban benar  0 – 10 maka termasuk kategori rendah,

-       jawaban benar 11 – 20 termasuk kategori sedang dan

-       jawaban benar 21 – 30 termasuk kategori tinggi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Wilayah

4.1.1 Kedaan Geografis

Wilayah  Kecamatan  Soromandi  dengan  luas  341.66  km2 terbagi dalam 7 desa, dimana desa terluas adalah Desa Sampungu dan terkecil adalah Desa Wadukopa. Sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Soromandi, Desa Kananta berada pada jarak 38,7 km dari ibukota Kabupaten Bima dengan ketinggian 6 meter di atas permukaan laut. Diantara 7 desa,

Desa  Sampungu  merupakan  desa  dengan  jarak  terjauh  (±28  km) dari ibukota kecamatan. Wilayah  Kecamatan  Soromandi  berbatasan  dengan  Laut Flores di wilayah utara, Teluk Bima di sebelah timur, Kabupaten Dompu dan Kecamatan Donggo di sebelah Barat, serta Kecamatan Donggo dan kecamatan Bolo di wilayah selatan

Tabel  1. Luas Wilayah, Kecamatan Soromandi

No

Nama desa

Luas wilayah (km2)

Jarak ke kecamatan (km)

1

Lewi  ntana

10.83

14

2

Bajo

13.82

13

3

Punti

14.66

8

4

Wadukopa

6.58

11

5

Kananta

57.59

0

6

Sai

59.59

13

7

Sampungu

178.59

30

Jumlah

341.66

 

Sumber : BPS kabupatewn Bima 2021

4.1.2 Luas lahan menurut Penggunaan

            Penggunaan lahan Kecamatan Soromandi secara umum adalah seluas  34.166 Ha dengan penggunaan dibagi menjadi sawah, pekarangan kebun, ladang tegalan, padang rumput dan hutan.

Distibusi penggunaan lahan dikecamatan soromandi dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2 Penggunaan lahan Kecamatan Soromandi 2022

Penggunaan Lahan

Luas (ha)

Persentase (%)

Luas sawah 

1.970,87

5,77

Pekarangan

1.522,85

4,46

Kebun 

181,58

0,53

Tegalan 

12.912,82

37,79

Ladang

5.047,18

14,77

Padang Rumput

495,29

1,45

Lahan Bero

845,41

2,47

Hutan

11.190,00

32,75

Lahan Bukan Pertanian

1.517.85

4,65

Total  lahan (Ha)

34.166,00

100

Sumber : BPP Soromandi 2022

4.1.5  Keadaan Pertanian

              Sektor pertanian di Kecamatan Soromandi memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan bagi kehidupan. Sektor pertanian lebih diidentikkan sebagai sektor yang hanya menyediakan bahan pangan bagi kehidupan manusia, stabilitas suatu negara dapat juga dipengaruhi ketersediaan bahan pangan di daerah tersebut.  Ketersediaan bahan pangan akan tercukupi jika didukung oleh pertanian yang kuat, sektor pertanian di suatu wilayah akan berjalan lebih baik apabila didukung dengan teknologi, lahan potensial dan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing.

 4.1.6 Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

       Tanaman pangan  terutama padi/ beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. Sehingga  peningkatan  kinerja pertanian tanaman pangan  menjadi salah satu andalan untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Bawang  merah  merupakan tanaman hortikultura yang paling banyak diproduksi di Kecamatan Soromandi. Pada tahun 2021, jumlah produksi bawang merah di Kecamatan  Soromandi mencapai sebanyak 20.408,1 ton.

            Komoditas utama dari sub sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Soromandi yang diusahakan petani secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11:

Tabel 11. Komoditas Utama Kecamatan Soromandi Tahun 2022.

No

Komoditi

Luas tanam (Ha)

Provitas (KWT/Ha)

Produksi (TON)

1

Padi

1976

56,90

9.850,69

2

Jagung

8.678

55,31

46.688,88

3

Kedele

122

21,42

228,12

4

Kacang tanah

187

23,27

381,98

5

Bawang Merah

1,429

96,46

1725,401

6

Cabe

6

 

9,45

7

Tomat

0,75

 

36

Sumber: BPP Kecamatan. Soromandi, 2022

              Komoditas utama tanaman pangan yang paling mendominasi adalah jagung sebagai tanaman pangan yang banyak memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani karena ditunjang oleh lahan yang tersedia di Kecamatan Soromandi namun produktivitas jagung masih sangat rendah yaitu dari luas tanam 8.678  ha hanya mampu memproduksi gabah sebanyak 46,688,88 ton jagung pililan kering atau rata-rata 55,31 kwt per hektar sementara jika dari luas tersebut dapat menerapkan jarak tanam sesuai anjuran teknologi mampu meningkatkan produktivitas jagung sekitar 70 KWT /Ha.

4.1.7 Jumlah Populasi Ternak

              Kecamatan Soromandi memiliki potensi dalam bidang usaha peternakan baik ternak besar maupun ternak kecil seperti sapi potong, kambing, ayam buras dan itik meskipun dipelihara hanya merupakan usaha sampingan atau untuk menambah penghasilan adapun jumlah populasi ternak secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 12 :

Tabel 12. Jenis Ternak di Kecamatan Soromandi Tahun 2022

Jenis Ternak

Jumlah (ekor)

Kerbau

259

Sapi

5,953

Kuda

179

Kambing

8.228

Domba

115

Ayam Buras

20.429

Ayam Broille

13.250

Sumber: BPP Kecamatan Soromandi, 2022

              Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa populasi ternak di Kecamatan Soromandi cukup besar karena aspek pemeliharaan yang relatif mudah dan didukung aspek ketersediaan pakan yang cukup. Namun permasalahannya teknologi usaha peternakan masih menggunakan sistem tidak iintensif dengan sistem lepas tanpa dikandangkan sehingga berdampak terhadap kerusakan lingkungan dan kotoran ternak belum dimanfaatkan secara optimal dalam menunjang usaha pertanian sehingga menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penyuluhan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memanfaatkan potensi limbah organik sebagai pupuk organik guna mendukung gerakan pertanian organik (genta pro organik) yang dicanangkan pemerintah.

4.2 Kedaan Penduduk

4.2.1 Data Penduduk Umum

Berdasarkan   registrasi   penduduk,   penduduk   Kecamatan Soromandi pada tahun 2020 sebanyak 19,247 jiwa. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari angka rasio jenis kelamin yang menunjukkan angka 103 Ini berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di kecamatan Soromandi. Dikaitkan dengan luas wilayahnya, Kecamatan Soromandi mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 56.33 jiwa per kilometer persegi. Sebagai ibukota kecamatan, Desa Kananta memiliki kepadatan terendah kedua setelah Desa Sampungu.

Tabel 13 Jumlah Penduduk Kecamatan Soromandi Tahun 2021

No

Desa

Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah ( jiwa)

1

2

3

4

5

6

7

B a j o

P u n t i

Wadukopa

K a n a n t a

S a i

Sampungu

Lewintana

1595

1608

731

1194

2056

1874

717

1553

1575

709

1181

1958

1790

706

3,148

3,183

1,440

2,375

4,014

3,664

1,423

Jumlah

9,775

9,472

19,247

Sumber : BPS Kabupaten Bima 2021.

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jumlah  rumah  tangga  pada  tahun  2020  sebanyak  5,646 rumah tangga. Sehingga dari 19,247 jiwa penduduk yang ada, rata- rata setiap rumahtangga terdapat 3 sampai 4 orang anggota rumah tangga.

  1. Penduduk yang bekerja di Sektor pertanian

Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian adalah sebesar 6.475 jiwa terdiri dari dari pemilik, penggarap, buruh tani dan peternak.

Tabel 14  jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian

No

Desa

Pemilik

Penggarap

Buruh tani

Peternak

1

Bajo

648

63

174

166

2

Punti

762

54

86

47

3

Wadukopa

341

106

68

26

4

Kananta

583

42

131

121

5

S a i

928

187

66

98

6

Sampungu

890

23

171

182

7

Lewintana

396

14

68

34

 

Jumlah

4548

489

764

674

Sumber : BPS Kabupaten Bima 2021

2.      Jumlah Penduduk yang bekerja di Sektor Non Pertanian

Junlah penduduk yang bekerja disektor non pertanian mencapai 1.772 jiwa, dengan mata pencaharian konstruksi bangunan, pedagang, transportasi industri dan penggalian bahan tambang batu

Tabel 15 Jumlah penduduk yang bekerja di sektor non pertanian

No

Desa

Konstruksi

Pedagang

Transportasi

Industri

Penggalian

1

Bajo

66

102

52

61

10

2

Punti

48

141

86

29

14

3

Wadukopa

16

48

29

36

0

4

Kananta

54

82

36

86

16

5

Sai

57

141

86

42

24

6

Sampungu

48

98

42

27

13

7

Lewintana

29

66

27

34

26

Jumlah

318

678

358

315

103

Sumber : BPS Kabupaten Bima 2022

4.3 Hasil Identifikasi Keadaan Responden

              Dari hasil survei tingkat pengetahuan petani tentang teknik penanaman jagung di Kecamatan Soromandi Desa Wadu Kopa jumlah responden 20 orang yang menjadi sampel untuk mengukur Pengetahuan petani tentang teknis jarak tanam jagung

4.3.1 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi sikap, cara pandang dan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu Penggolongan petani responden berdasarkan tingkat pendidikan dilakukan dalam 3 kategori yakni, Rendah (tidak bersekolah dan SD), Menengah (SLTP ) sedang dan SLTA pendidikan tinggi, Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 16 :

Tabel 16. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan

Jumlah Responden

Pernsetase (%)

SD

1

5

SMP

4

18

SMA

17

77

Jumlah

22

100

Sumber: Data  diolah, 2023

Tabel 13 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kategori  pendidikan termasuk telah memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 17 orang sedangkan SMP 4 orang dari 22 orang jumlah responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMP menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih cenderung sedang. Tingkat pendidikan yang cenderung sedang sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan.

4.3.2 Lama Usahatani  Responnden

Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 17 :

Tabel 17. Distribusi Lama Usahatani Responden

Lama Usaha

Interval

Jumlah Responden

Persentase

(%)

Baru

4-12

9

41

Sedang

13-21

9

41

Lama

22-30

4

18

Jumlah

 

22

100

Sumber: Data diolah, 2023

            Tabel 17  menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak pada kategori lama usaha 5 s/d 30 tahun dengan lama usaha terbanyak yaitu kategori baru dan sedang masing-masing sebanyak 41% sedangkan yang lama usaha antara 22-30 tahun hanyak 4 orang atau 18%.  Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah berpengalaman dalam berusaha tani budidaya jagung

4.3.3 Umur Responden

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 18 :

Tabel 18. Distribusi Umur Responden

No

Umur (tahun)

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

32-45

46-59

60-73

12

9

1

55

41

4

 

Jumlah

22

100

Sumber: Data diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa responden memiliki umur antara 32 s/d 60 tahun, namun berdasarkan kategori umur didominasi umur antara umur 32-45 tahun sebanyak  12 orang (55%) sampai dengan 56 tahun sebanyak 16 orang atau sebanyak 80%.  Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia produktif yang terbanyak sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang dalam usahatani jagung. Menurut Kartasapoetra (1987), petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidup.

4.3.4 Pemilikan Lahan

            Luas pemilikan lahan akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani. Untuk mengetahui luas pemilikan lahan petani responden dapat dilihat pada tabel 19 sebagai berikut :

Tabel 19 Luas Pemilikan lahan

No

Luas Pemlikan lahan

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

0        – 1  (Kecil)

2        – 3  (sedang)

“.> 4    (Luas)

3

14

5

13

64

23

 

Jumlah

20

100

Sumber : data diolah 2023

              Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa luas pemilikan lahan responden didominasi pemilikan lahan sedang  sebanyak 64 %  dengan luas antara 2 s/d 3 ha sedangkan pemilikan lahan yang luas hanya 5 orang atau sebesar 23 %, hal ini perpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani jagung di Desa Wadu Kopa Kecamatan Soromandi.

4.4 Rancangan Penyuluhan

4.4.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan penyuluhan pertanian dilaksanakan dari tanggal 14 Januari sampai dengan 16 Mei 2023 di Kelompoktani Sama Rasa  Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima.:

4.4.2 Materi Penyuluhan

   Materi penyuluhan yang disampaikan yaitu jarak tanam jagung.  Materi ini didasarkan atas hasil identifikasi masalah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan sasaran. Materi penyuluhan yang ditetapkan pada kegiatan penyuluhan adalah teknik penerapan jarak tanam pada tanaman jagung.

Penetapan Materi Penyuluhan pertanian berdasarkan musyawarah bersama petani mitra dan Kelompoktani Sama Rasa disesuaikan dengan keadaan dan kondisi serta permasalahan yang berkembang pada saat kajian.

Hal ini sesuai dengan amanat UU SP3K, 2006 Pasal 27 menyatakan bahwa (1)materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. (2)Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan, pendapat Soekartawi  (2008), bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan termotifasi untuk mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat kesejahteraannya.

Materi penyuluhan pertanian yang digunakan pada kajian Penyuluhan disusun berdasarkan hasil Rekomendasi Badan Litbang Pertanian Tahun 2008 tentang Budidaya jagung. Materi penyuluhan pertanian disusun dalam bentuk sinopsis yang merupakan uraian singkat mengenai teknik penerapan jarak tanam pada tanaman jagung .

4.4.3 Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan yang ditetapkan dalam rancangan penyuluhan ini adalah untuk agar 65% petani mau menerapkan jarak tanam pada tanaman jagung.

Hal ini sesuai amanat UU SP3K 2006 Pasal 3 menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial yang meliputi : (1).  Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern, (2).  Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,  penumbuhan motivasi, potensi, peluang, peningkatan kesadaran, (3).  Memberikan  kepastian hukum untuk terselenggaranya penyuluhan yang kondusif, (4).  Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum, (5). Mengembangkan sumber daya manusia

4.4.4 Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan dalam rancangan penyuluhan adalah petani yang tergabung dalam kelompoktani Sama Rasa sebanyak 22 orang pada Tabel 15 :

Tabel 15 Keadaan Sasaran Penyuluhan

No

Nama Responden

Umur

Pendidikan

Lama Usaha

Luas Usaha

(Tahun)

(Tahun)

(Ha)

1

SIORJONO

48

SLTA

25

3

2

YUSRAH

55

SLTA

19

2

3

MUNAWIR

60

SLTA

16

2

4

A FANDIR

46

SLTA

16

3

5

SAMSUDIN

46

SLTA

23

4

6

ERFIDIN

40

SLTA

14

4

7

ASTROIDIN

37

SD

30

1

8

ZULKIFLI

38

SMP

15

4

9

A.RAZAK

48

SMP

12

2

10

MULYONO

32

SLTA

14

1

11

RUSLAN

50

SLTA

13

2

12

MASNI

35

SMA

13

2

13

SAHIDAH

37

SLTA

5

2

14

KASIM

32

SLTA

8

3

15

ALI MUDIN

36

SLTA

8

2

16

HUSNI

53

SLTA

22

4

17

YASIN

58

SLTA

16

3

18

ST NUR

38

SLTA

14

2

19

ZULKIFLI

38

SMP

14

4

20

A RAJAK

48

SMA

12

2

21

IMSWATI

37

SMA

12

1

22

SAHIDAH

37

SMP

5

2

Jumlah

949

 

326

55

Rata-rata

47,45

 

16,3

2,75

Sumber : Data Primer diolah, 2023.

Tabel 15 menunjukkan bahwa umur petani antara 32 s/d 60 tahun,  tingkat pendidikan rata-rata responden adalah SMP 18% dan SLTA  77 %  sedangkan luas usaha antara 1 s/d 4 hektar. namun lama usaha berkisar antara 5 s/d 30 tahun. Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Selain itu, pengalaman juga dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani termasuk didalamnya pengalaman penggunaan teknologi baru (Purwanto, 2005).

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Menurut Kartasapoetra (1991), petani yang berusia lanjut akan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya.

Soekartawi (1988), dalam Astuti dan Honoritas (2012), mengatakan, perilaku penerapan inovasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri petani maupun faktor dari luar lingkungan. Faktor dari dalam diri meliputi umur, pendidikan, status sosial, pola hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme, aspirasi dan dogmatis (sistem kepercayaan tertutup). Termasuk faktor lingkungan antara lain: kosmopolitas, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana produksi.  

4.4.5  Metode dan Teknik Penyuluhan

              Metode penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan kombinasi metode ceramah, dan demonstrasi plot dengan teknik pendekatan kelompok. Metode ceramah bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam terhadap keunggulan dan keuntungan jarak tanam. Disamping itu pelaksanaan penyuluhan melalui Kunjungan rumah atau anjang sana dimaksudkan agar menimbulkan keakraban antara penyuluh dan petani serta memberikan pemahaman yang mendalam terhadap petani yang belum mau menerima dan mengaplikasikan jarak tanam. Sedangkan demonstrasi cara diarahkan pada buruh tani / buruh tanam jagung sebanyak 10 orang. Pemilihan metode dan teknik penyuluhan tersebut diatas berdasarkan hasil kontektualisasi penerapan dan pemilihan metode penyuluhan.

4.4.6 Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang ditetapkan dalam rancangan penyuluhan adalah media brosur dan peta singkap serta media sesungguhnya. Brosur dipilih dengan alasan untuk memberikan penjelasan yang mendalam terhadap teknik jarak tanam pada penanaman jagung serta keuntungan menanam jagung dengan jarak tanam menambah daya tarik karena dilengkapi gambar-gambar.. Alasan lain adalah bahwa walaupun petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun para petani memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis sehingga mempermudah dalam penerimaan materi yang disampaikan.

Penggunaan peta singkap pada kegiatan penyuluhan sebagai bahan pembuatan ilustrasi teknis penanaman jagung sistem tanam jajar legowo dan analisa usaha jagung dengan sistem tanam jajar legowo sedangkan media sesungguhnya yang digunakan adalah lahan usahatani, benih jagung yang digunakan pada saat demonstrasi cara penanaman sehingga memudahkan pemahaman dan berdampak pada perubahan sikap petani.

5.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Persiapan penyuluhan dilakukan dengan menyiapkan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) supaya penyuluhan dapat sistematis dan efisien. Persiapan lainnya adalah pembuatan media penyuluhan, berkoordinasi dengan petugas lapang, dan aparat desa setempat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan dilaksanakan meliputi: waktu, tempat, saran prasarana dan penyiapan peserta.

Penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi adalah berdasarkan hasil kajian dan disampaikan melalui materi, media dan metode yang telah ditetapkan yaitu penyuluhan tentang teknis penerapan jarak tanam pada tanaman jagung. Penyuluhan pertanian dilakukan sebanyak 1 (satu) kali dengan menerapkan kombinasi metode Ceramah, Demonstrasi plot dan temu lapang dengan jadwal kegiatan sebagai berikut :

Tabel Jadwal Kegiatan penyuluhan

No

Hari / Tanggal

Kegiatan

Keterangan

1

Sabtu, 14 -01- 2023

Penanaman Demplot Jagung

 

2

Rabu, 28 - 01 – 2023

Pemupukan  I

 

3

Minggu, 12-02;2023

Pemupukan II

 

4

Rabu, 15 – 03 - 2023

Pengendalian OPT

 

5

Senen, 16 –05 -2023

Panen dan Pasca panen

Penyuluhan / Temu lapang

 

5.3  Evaluasi Penyuluhan

Pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani  terhadap jarak tanam jagung sebelum penyuluhan dilakukan. Evaluasi  yang dilakukan dengan cara survei atau melakukan wawancara secara tertutup pada 20 orang responden anggota kelompok tani dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Evaluasi penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan penyuluhan

5.3.1 Evaluasi Awal (free test)

Evaluasi Awal (free test) terhadap pengetahuan petani diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan nilai maksimal 30. Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  responden dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 20:

Tabel 20 Kategori Pengetahuan Petani

No

Kategori Penilaian

 

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

0-10

13

94

59

2

Sedang

11-20

9

112

41

3

Tinggi

21-30

0

0

0

Jumlah

 

22

206

100

Sumber : Data diolah, 2023.

            Tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis penanaman jagung temasuk Pengetahuan rendah dimana sebanyak 13 orang ( 41%) responden memiliki pengetahuan rendah dan pengetahuan sedang sebanyak 9 orang (4i %). Rendahnya  tingkat pengetahuan petani di Desa Wadu Kopa  juga dipengaruhi oleh penyuluhan yang diilakukan oleh tim BPP Soromandi belum menggunakan media dan metode yang sesuai dengan keadaan sasaran serta kemampuan penyuluh dalam mengkomunikasikan teknologi baru masih terbatas.

5.3.2         Evaluasi Akhir (Post test).

Setelah dilakukan penyuluhan tentang jarak tanam jagung dengan menggunakan kombinasi metode penyuluhan ceramah, demonstrasi lalu dilakukan evaluasi terhadap pengetahuan petani dengan memberikan atau mengajukan sebanyak 30  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya 0, sehingga diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan nilai maksimal 30. Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  responden dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 20:

Tabel 20 Kategori Pengetahuan Petani

No

Kategori Penilaian

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

0-10

0

0

0

2

Sedang

11-20

6

111

30

3

Tinggi

21-30

16

393

70

Jumlah

 

22

504

100

Sumber : Data diolah, 2023.

            Tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis penanaman jagung temasuk Pengetahuan tinggi dimana sebanyak 16 orang petani atau 70 % dengan skor 393 sedangkan tingkat pengetahuan sedang hanya 30% orang. Tingginya  tingkat pengetahuan petani di Desa Wadu Kopa  juga dipengaruhi oleh penyuluhan yang sering diilakukan oleh tim BPP Soromandi dan juga dipengaruhi oleh teknologi jarak tanam jagung yang memberikan keuntungan baik secara teknis maupun secara ekonomi.

Syafruddin, dkk (2006) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

5.3.3 Peningkatan Pengetahuan

Resp

Aspek

Skore Maks.

Tes awal

Tes Akhir

Peningkatan %

Skore

%

Kategori

Skore

%

Kategori

22

Pengetahuan

600

206

34

Sedang

504

84

sedang

50

 

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi termasuk Pengetahuan sedang dengan skor 206 atau sebanyak 34  % dari skor maksimal, sedangkan setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan tingkat pengetahuan menjadi kategori tinggi dengan skor 504 atau sebanyak 84 % dari skor maksimal sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sebesar  50%.

BAB VPENUTUP

5.1  Kesimpulan

1.      Perencanaan penyuluhan meliputi penetapan waktu dan tempat yang sesuai yaitu tanggal 14 Januari sampai dengan 10 Mei 2023, Materi penyuluhan yang ditetapkan yaitu jarak tanam jagung.  Tujuan penyuluhan adalah agar 65% petani mau jarak tanam pada tanaman jagung. Sasaran penyuluhan dalam rancangan penyuluhan adalah petani yang tergabung dalam kelompoktani Sama Rasa sebanyak 22 orang, Metode penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan kombinasi metode ceramah, dan demonstrasi, Media penyuluhan adalah media brosur dan peta singkap serta media sesungguhnya.

2.      Pelaksanaan Penyuluhan pertanian meliputi  Persiapan penyuluhan diawali menyiapkan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) pembuatan media penyuluhan, berkoordinasi dengan petugas lapang, dan aparat desa setempat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan dilaksanakan meliputi: waktu, tempat, saran prasarana dan penyiapan peserta. Penyuluhan pertanian dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan menerapkan kombinasi metode Ceramah, Demonstrasi plot dan temu lapang

3.      Evaluasi penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan penyuluhan Hasil evaluasi tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis penanaman jagung temasuk Pengetahuan rendah dimana sebanyak 13 orang ( 41%) responden memiliki pengetahuan rendah dan pengetahuan sedang sebanyak 9 orang (4i %). Dan setelah dilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis penanaman jagung temasuk Pengetahuan tinggi dimana sebanyak 16 orang petani atau 70 % dengan skor 393 sedangkan tingkat pengetahuan sedang hanya 30% orang. Dan terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 50%

5.2  Saran

1.        Bagi petani dengan diterapkannya sistem jajar legowo pada tanaman padi sawah dapat meningkatkan produksi dan pendapatan.

2.        Bagi Penyuluh bahwa dalam penetapan materi, metode dan media penyuluhan harus disesuaikan dengan keadaan sasaran.

3.        Bagi Pemerintah dan pengambil kebijakan di wilayah guna percepatan adopsi inovasi sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi sawah diperlukan sebuah kebijakan atau gerakan peningkatan produksi padi melalui pengembangan metode penyuluhan melalui berbagai pendekatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto, 2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara, Yogyakarta.

Arsyad, 2003.Petunjuk Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya

Astuti P.U, dan Honorita B, 2012. Pengetahuan Petani dalam Pemanfaatan Pekarangan Terpadu di Propinsi Bengkulu.

Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

 

Azwar, 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

 

__________ 2011. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

 

BPP Kecamatan Soromandi, 2022. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Soromandi Tahun 2022

BPTP NAD 2009. Budidaya Jagung. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nangro Aceh Darysalam.

BPS 2021, Kabupaten Bima dalam Angka

BPTP NTB,2010. Petunjuk teknis pendampingan Sekolah lapang Tanaman Jagung

Erwin, 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level Supervisor.

 

Kartasapoetra A.G, 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Kementan 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.

Kementan 2016, Jajar Legowo Pada Jagung. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

.Nazir M, 2008. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.

Silalahi U, 2012. Metode Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama, Bandung.

Soedarmanto, 1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang

 

Soekartawi, 2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara,. Jakarta.

 

Soekanto S, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

 

Sri Yanto dan Ma’ruf, 2022.  Laporaan kaji terap teknologi Varietas jagung.  Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.

Sutarto, 2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani Dengan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Komoditas Jagung Di Sidoharjo Wonogiri.

         Agritex No 24 November 2008.

UU RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan. Yayasan pengembangan Sinar Tani, Jakarta

Widoyoyo E.P, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

                              Pustaka Pelajar

Wirartha I. M, 2005. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit: Andi. Yogyakarta

Yanti dan Ratna, 2017. Teknologi PTT dalam Peningkatan Produksi Jagung di Propinsi NTB – INFOTEK 2018 Vol II BPTP NTB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PKL I

Penyakit Busuk Batang Jagung (Versi bahasa Bima)

Laporan PKL II Ma'ruf STPP Malang