JURNAL ILMIAH

 

Rancangan Penyuluhan Penanaman Padi Sistem Sri  (System Of Rice Intensification) Di Desa Teke    Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.

 

Rifaid, Luki Amar Hendrawati, Ma’ruf

Agustus, 2023

 

POLBANGTAN MALANG

 

RINGKASAN

 

 

Desa Teke merupakan salah satu Desa yang terletak di kecamatan Palibelo kabupaten Bima, Tanah sawah di Kecamatan Palibelo pada umumnya merupakan tanah irigasi setengah teknis, akan tetapi ada juga yang beririgasi sederhana dan tadah hujan. Dari tanah sawah yang ada di Kecamatan Palibelo, pada tahun 2017 telah memproduksi padi sawah hingga mencapai 7,17 ton per hektar. sedangkan padi ladang mencapai 4,13 ton per hektar.

Salah satu metode pananaman padi yang cukup berhasil dibeberapa negara adalah melalui teknik metode SRI. Metode SRI atau dikenal sebagai System of Rice Intensification menerapkan konsep sinergi dimana semua komponen teknologi berinteraksi dan saling menunjang sehingga hasilnya secara keseluruhan lebih banyak. SRI hanya akan berhasil jika semua komponen teknologi dilaksanakan secara bersamaan.

Salah satu solusi untuk meningkatkan produksi padi yaitu penanaman padi dengan metode SRI khususnya di Desa Teke.

Tujuan yang ingin dicapai Untuk mengetahui  cara menyusun Rencana Penyuluhan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima. Untuk mengetahui cara melaksanakan Penyuluhan sistem sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.Untuk mengetahui cara evaluasi Pengetahuan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.

Hasil penelitian di Desa Teke Kecamatan. Palibelo Kabupaten Bima  adalah meliputi Materi penyuluhan Penanaman Padi sistem SRI, Tujuan penyuluhan agar 65 % petani tahu menerapkan penanaman padi sistem SRI. Sasaran penyuluhan adalah anggota kelompok tani La janga Desa Teke Kecamatan Palibelo sebanyak  25 orang, Metode yang digunakan adalah metode Demonstrasi Plot yang dikombinasikan dengan temu lapang. Media penyuluhan menggunakan media forlder dan media, sesungguhnya Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi pengetahuan menggunakan kuisioner sebanyak 25 soal.

Pelaksaanaan Penyuluhan penanaman padi sistem SRI  di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima. Pelaksanaan Penyuluhan meliputi kegiatan Persiapan Penyuluhan dengan melakukan kordinasi, pengadaan alat dan bahan, pelaksanaan demplot, temu lapang, penyampaian materi diskusi dan evaluasi.

Hasil evaluasi pengetahuan petani tentang Penanaman padi sistem SRI sebelum dilakukan penyuluhan memperoleh skore 190 (38%) dan setelah dilakukan penyuluhan pengetahuan sasaran meningkat dengan skore 369 (74)% kategori pengetahuan tinggi yaitu peningkatan sebesar 36%

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang penting ditanam selama musim hujan. Selain menjadi salah satu makanan pokok sebagai konsumsi masyarakat, melainkan dijual untuk menikatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Luas tanam padi di Kecamatan Palibelo setiap tahun adalah seluas 4519,69 dari luas sawah 4923,75 ha dengan produktivitas rata-rata 52,76 kw/ha gabah kering panen. (BPP Palibelo, 2020). 

Desa Teke merupakan salah satu Desa yang terletak di kecamatan Palibelo kabupaten Bima, Tanah sawah di Kecamatan Palibelo pada umumnya merupakan tanah irigasi setengah teknis, akan tetapi ada juga yang beririgasi sederhana dan tadah hujan. Dari tanah sawah yang ada di Kecamatan Palibelo, pada tahun 2017 telah memproduksi padi sawah hingga mencapai 7,17 ton per hektar. sedangkan padi ladang mencapai 4,13 ton per hektar.

Pada sisi lain secara budaya dan tradisi masyarakat Indonesia juga beranggapan bahwa konsumsi beras sebagai makanan pokok masih menjadi prestise/kebanggaan, mereka yang mengkonsumsi makanan pokok selain beras kerap kali diidentikkan dengan golongan masyarakat yang serba kekurangan (Kusmiadi, 2012). Nasi telah menjadi makan pokok utama yang menjadi konsumsi keseharian masyarakat kita dari berbagai macam golongan. Sebagaimana kita ketahui nasi ini diolah dari beras yang merupakan hasil tanaman padi.

Faktor kebutuhan beras sebagai makanan utama dan semakin berkurangnnya lahan pertanian mengharuskan inovasi - inovasi tentang metode pertanian yang bertujuan meningkatkan hasil hasil pertanian padi. Berbagai upaya yang mendukung pembangunan sektor agraris tanaman padi telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga- lembaga non pemerintah. Pengembangan teknologi dan inovasi tanaman padi diperlukan untuk menhasilkan jumlah volume produksi padi secara nasional. Rendahnya produktivitas tanaman padi beras merah disebabkan penerapan teknologi budidaya di lapangan yang masih rendah. Upaya untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman padi para petani pada sistem subak adalah dengan menerapkan metode system of rice intensification (SRI) yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo. Metode SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin, 2012).

Salah satu metode pananaman padi yang cukup berhasil dibeberapa negara adalah melalui teknik metode SRI. Metode SRI atau dikenal sebagai System of Rice Intensification menerapkan konsep sinergi dimana semua komponen teknologi berinteraksi dan saling menunjang sehingga hasilnya secara keseluruhan lebih banyak. SRI hanya akan berhasil jika semua komponen teknologi dilaksanakan secara bersamaan.

Untuk lingkup Kab. Bima salah satu kecamatan dimana terdapat banyak kelompok tani atau petani yang jarang menggunakan atau mencoba teknik penanaman padi dengan metode SRI di Kecamatan Palibelo Desa Teke . Untuk itu penulis ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang tingkat partisipasi petani dalam merepkan inovasi baru tanaman padi yakni pelaksanaan pola penanaman padi dengan metode SRI khususnya di Desa Teke.

1.2 Rumusan Masalah

1.    Bagaimana menyusun Rencana Penyuluhan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima?

2.    Bagaimana melaksanakan Penyuluhan sistem sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima?

3.    Bagaimana Evaluasi Pengetahuan  sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima?

1.3 Tujuan

1.    Untuk mengetahui  cara menyusun Rencana Penyuluhan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.

2.    Untuk mengetahui cara melaksanakan Penyuluhan sistem sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.

3.    Untuk mengetahui cara evaluasi Pengetahuan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.

1.4 Manfaat

4.        Sebagai bahan informasi para penulis serta pembaca terkait pola tanam padi metode SRI di Desa Teke kec. Palibelo

5.        Sebagai acuan para kelompok tani serta petani dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang pola tanam padi metode SRI.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Budidaya padi dengan metode SRI yang dikembangkan di sejumlah wilayah Kawasan Timur Indonesia terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan dari 5,0 ton/ ha menjadi 7,4 ton/ha (Sato, 2007). Kemudian hasil penelitian Pusat Penelitian Pertanian di Puyung, Lombok NTB, metode SRI memberikan hasil rata-rata 9 ton/ha dibanding penanaman konvensional yang hanya mencapai 4-5 ton/ha (Sato, 2007). Sato, (2007), memberikan gambaran bahwa pengem- bangan penerapan SRI sedang giat dilakukan di Bali, seluruh provinsi di Sulawesi, NTB dan NTT. Di Sulawesi luas areal pengembangan SRI mencapai 6.979,3 hektar dengan jumlah petani sebanyak 7.316 orang. Sedangkan di NTB dan NTT pada areal seluas 2.449,9 hektar yang melibatkan 4.817 petani.

Usahatani padi dengan pola SRI telah dikenal masyarakat Kabupaten Ciamis dan Garut mulai tahun 2000 dan perkembangan maupun sosialisasinya nampak gencar pada tahun 2005. Pola usahatani padi SRI merupakan adaptasi pola yang sama yang telah berjalan di Madagaskar. Pola usahatani SRI di lokasi kajian berkembang sebagai respon terhadap perubahan ekologi tanah dan lingkungan serta tingginya harga pupuk kimia, sehingga dengan meminimumkan penggunaan pupuk kimia dan mensubstitusi dengan pupuk organik (kompos) akan dapat meringankan biaya usahatani dan menjaga ekologi tanah dan lingkungan (Wardana et al., 2005).

Penerapan pola SRI di dua kabupaten, pada dasarnya dilakukan melalui kegiatan kelompok tani yang tergabung dalam KSP, dimana salahsatu anggota ataupun ketua telah/pernah mendapatkan pelatihan-pelatihan sebelumnya. Pelak- sanaan pelatihan diantaranya dilakukan melalui kerjasama dengan Pengelolaan Tata Guna Air (PTGA) yang secara berkala memfasilitasi sejumlah peserta dari setiap daerah khususnya di wilayah Jawa Barat (Rochaedi, 2005).

Dinamika kelompok berkembang dalam satu pemahaman, yaitu melalui upaya penghematan air sebagai basis dan langkah awal dalam pelaksanaan pelatihan usahatani padi SRI yang diikuti. Kemudian pada saat praktek di lapangan, unsur dan muatan SLPHT diberikan sebagai dasar pengelolaan kesehatan lingkungan tanah untuk media usahatani padi. Dengan demikian muncul penggunaan bahan-bahan organik, teknologi tanam satu biji, jarak tanam serta penanaman bibit muda yang merupakan bagian dari pola tanam SRI dan terus disebarkan melalui penyuluhan oleh lembaga terkait, termasuk didalamnya kegiatan petani dalam pembuatan kompos dan bahan organik lainnya, sekaligus sebagai sarana untuk bertukar pengalaman hasil penerapan di masing-masing lahan usahataninya.

Luas areal yang menerapkan model SRI di Kabupaten Garut pada saat penelitian (2005), diperkirakan mencapai sekitar 50 hektar yang tersebar di Kecamatan Bayongbong, Tarogong Kidul, Cibatu, Cilawu dan Garut Kota, dengan jumlah peserta SRI sekitar 500 orang. Sementara itu, luas areal yang menerapkan model SRI di Kabupaten Ciamis (pada tahun yang sama) mencapai 78 hektar, tersebar di Kecamatan Banjarsari, Lakbok, Mangunjaya dan Cikoneng. Petani yang terlibat dalam SRI mencapai sekitar 750 orang. Di lokasi tersebut, penerapan SRI di lahan petani dilakukan secara sukarela bahkan petani datang langsung untuk belajar. Hal ini disebabkan para petani telah merasakan manfaat dari penerapan SRI, seperti adanya peningkatan hasil padi dan pendapatan usahatani, sekalipun luas lahan garapan sawah petani baik di Kabupaten Garut dan Ciamis berkisar antara 50-200 bata (700 m2-2800 m2 ) (Wardana et al., 2005).

2.2  Landasan Teori

a)      Pengertian Penyuluhan Pertanian.

Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sistem penyuluhan pertanian selanjutnya disebut sistem penyuluhan yang mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha (UU SP3K, 2006).

Penyuluhan pertanian merupakan bagian dari system pembangunan pertanian yang merupakan system pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani beserta keluarganyadan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto.2005).

Selanjutkan dikatakan oleh Salim (2005), Bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian ,agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya Setiana (2006),, penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bias membuat keputusan yang benar.

Penyuluhan pertanian adalah merupakan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (non-formal) yang ditujukan kepada para petani dan keluarganya (ibu tani, pemuda-pemudi tani)   agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya untuk memperbaiki atau meningkatkan usaha yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, serta masyarakat secara keseluruhan (Mardikanto, dkk. 2009).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan kelayan beserta keluarganya dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kesejahteraanya. Dalam proses penyuluhan terdapat beberapa unsur antara lain: penyuluh, materi penyuluhan, media penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan dan tujuan penyuluhan.

Selanjutkan dikatakan oleh Salim (2005), Bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian ,agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya Setiana (2006),, penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bias membuat keputusan yang benar.

Penyuluhan pertanian adalah merupakan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (non-formal) yang ditujukan kepada para petani dan keluarganya (ibu tani, pemuda-pemudi tani)   agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya untuk memperbaiki atau meningkatkan usaha yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, serta masyarakat secara keseluruhan (Mardikanto, dkk. 2009).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada guna memperbaiki dan meningkatkan pendapatan kelayan beserta keluarganya dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kesejahteraanya. Dalam proses penyuluhan terdapat beberapa unsur antara lain: penyuluh, materi penyuluhan, media penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan dan tujuan penyuluhan.

b.    Tujuan Penyuluhan Pertanian

Tujuan pengaturan sistem penyuluhan menurut UU SP3K 2006 Pasal 3 menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial yang meliputi : (1). Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern, (2). Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, potensi, peluang, peningkatan kesadaran, (3). Memberikan kepastian hukum untuk terselenggaranya penyuluhan yang kondusif, (4). Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum, (5). Mengembangkan sumber daya manusia.

Wahjuti (2005), menjelaskan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut : (1). Mendorong terjadinya efek yang sebanyak-banyaknya pada sasaran/petani dan keluarganya serta pelaku agribisnis laki-laki dan perempuan, (2). Meningkatkan ketelitian komunikasi dalam proses penyuluhan sehingga mengurangi gangguan komunikasi yang mungkin terjadi, (3). Meningkatkan pemahaman dan daya anut sasaran atau petani serta pelaku agribisnis laki-laki dan perempuan.

Tujuan penyuluhan adalah merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu kegiatan penyuluhan pertanian dalam kurun waktu tertentu, yang merupakan kekuatan pendorong proses pelaksanaan itu sendiri dengan dirumuskan secara jelas, singkat dan mudah dipahami oleh petani. Meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap mental menjadi lebih produktif sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Ibrahim, dkk. 2003).

c.       Sasaran Penyuluhan Pertanian

     Sasaran penyuluhan pertanian adalah petani sasaran agar pengetahuan, keterampilan dan sikapnya meningkat, sehingga bersedia memanfaatkan peluang - peluang yang ada. Sasaran penyuluhan meliputi sasaran utama atau sasaran pokok yaitu petani nelayan dan keluarganya. Sasaran penentu keberhasilan penyuluhan adalah pejabat pemerintah dan peneliti, lembaga pendidikan, penyalur, pengencer, pengusaha, media komunikasi masa dan biro jasa. Sasaran pendukung adalah segenap lapisan masyarakat seperti organisasi sosial, organisasi politik, organisasi profesi, para seniman, pemuka agama dan tokoh masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang SP3K Bab III Pasal 5 sasaran penyuluhan pertanian adalah : (1). Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara, (2). Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, (3). Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

d.      Materi Penyuluhan Pertanian

Materi penyuluhan adalah beberapa pesan yang akan disuluhkan kepada petani. Cara-cara penyampaian materi secara sistematis hingga materi tersebut mudah dimengerti dan diterima sasaran, Materi ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani. (Ibrahim, dkk. 2003).

Adapun penyuluhan yang disampaikan harus bersifat inovatif, baru dapat mendorong atau merespon terjadinya perubahan-perubahan kearah pembaharuan segala aspek kehidupan masyarakat tani. Dalam UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2 menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan.

Menurut Mardikanto (2009), materi penyuluhan pertanian adalah pesan –pesan yang ingin disampaikan dalam komunikasi pembangunan, pesan yang diberikan kepada petani dan dapat memecahkan masalah pokok penyuluhan pertanian yang mana: (1). Secara teknis dapat diterima oleh petani, (2). Secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, dan (3). Diinginkan secara sosiologi oleh masyarakat.

Soekartawi (2008), mengatakan bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan termotifasi untuk memPraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat kesejahteraannya.

e.       Metode Penyuluhan Pertanian

            Metode diartikan sebagai “cara”, sedangkan teknik adalah “prosedur”. Dengan demikian dalam dunia pendidikan metode dan teknik merupakan cara dan prosedur yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang ditempuh oleh seorang penyuluh dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan pertanian. (Wahjuti, 2005).

Metode penyuluhan pertanian, dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) bagaimana petani kecil dapat bertani atau berusahatani dengan cara yang lebih baik, misalnya cara bercocok tanam, cara memelihara kesuburan tanah, cara memperlakukan teknologi lepas panen, dan sebagainya; (b) bagaimana petani kecil mampu dan mau berusaha tani secara menguntungkan, baik dalam usahatani secara monokultur ataupun secara tumpangsari; dan (c) bagaimana petani kecil mampu meningkatkan kesejahteraannya atau bagaimana mereka dapat hidup sejahtera (Deptan,2001).

Menurut Mardikanto, 1999, Metode Penyuluhan Pertanian, dapat diartikan sebagai cara-cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya. Dalam melakukan komunikasi pertanian kepada masyarakat telah dikenal dua metode pendekatan, yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok sasaran dari inovasi, dan (2) pendekatan berbasarkan cara penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi tersebut.

Metode yang digunakan dalam menyampaikan penyuluhan adalah hal yang sangat penting dalam mempengaruhi keefektifan pencapaian tujuan akhir dari adanya kegiatan penyuluhan yang bersangkutan. Metode penyuluhan yang digunakan bisa melalui penerapan Sistem Teknologi Informasi dan Multimedia yang dianggap mampu meningkatkan keberhasilan serta mengatasi hambatan dalam pencapaian tujuan akhir dari aktivitas penyuluhan secara efektif, yang memang sedianya mampu merubah sasaran penyuluhan yakni petani dalam hal Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan (PSK), dan pada akhirnya akan tercapainya Better Farming, Better Business, Better Living, n Better Community (4B) dalam masyarakat petani itu sendiri (Anonima, 2009)

Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian dibagi menjadi dua golongan yaitu metode penyuluhan langsung yang artinya para penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran dan penyuluhan tidak langsung dimana dalam penyampaian materi pesan tidak dilaksanakan secara langsung oleh penyuluh tetapi melalui perantara atau media penyuluhan (Wartuningsih, 2010)

Tujuan utama pemilihan metode penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel, b) mendorong sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bias belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan kreativitas sasaran bias meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian (Wahyuti, 2013).

f.  Media Penyuluhan Pertanian

Media merupakan alat bantu penyuluhan pertanian. Media massa seperti radio, pers dan TV merupakan media yang paling serasi untuk meneruskan sejumlahh besar informasi dengan cepat bagi orang-orang jumlahh banyak. Pemilihan media harus bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media antara lain : (1). Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (2). Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, mempunyai konsep, prinsip, atau generalisasi, (3). Praktis dan luwes, serta bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, (4). Komunikator terampil dalam menggunakannya, (5). Sesuai dengan sasaran baik jumlahh maupun kemampuan sasaran, (6). Mutu dan teknik baik. Selanjutnya Setiana (2005), menyatakan bahwa media penyuluhan dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu media hidup dan media mati. Media hidup adalah orang-orang yang menerapkan penyuluhan tersebut, sedangkan media mati adalah sarana yang digunakan sebaqai perantara, misalnya radio, televisi, poster dan sebagainya yang dapat berpengaruh positif terhadap sasaran.

g.      Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Merupakan alat untuk mengambil keputusan dan menyusun pertimbangan- pertimbangan. Dari hasil evaluasi penyuluhan pertanian dapat diketahui : sejauhmana perubahan perilaku petani, hambatan yang dihadapi petani, efektivitas program penyuluhan pertanian serta seberapa jauh pemahaman masalah dan penyempurnaan kegiatan. Evaluasi Penyuluhan Pertanian juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:Dalam evaluasi dikenal beberapa klasifikasi evaluasi seperti : Evaluasi Formatif dan sumatif, Evaluasi Formal dan Informal, Evaluasi Internal dan Eksternal, Evaluasi Proses dan Produk (out put), Evaluasi Deskriptif dan Inferensial, Evaluasi Holistik (misal CIPP) dan Analitik, Evaluasi on going, terminal dan ex post evaluation, Evaluasi Teknis dan Ekonomis, Evaluasi Program, Monitoring dan Evaluasi Dampak.

 

2.2.1. Metode Evaluasi

Menurut Prof. Drs. Anas Sudijono dalam pengantar evaluasi metode pelaksanaan evaluasi adalah:

1.             Pengamatan (observasi)

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah-laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

2.             Wawancara (Interview)

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

3.             Angket (Quistionnaire)

Angket (Quistionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil kegiatan.

4.             Pemeriksaan Dokumen (Dcumentary Analysis)

Kegiatan mempelajari data yang telah di ambil lewat angket dan wawancara, dengan jalan memperkaya dan menambah hasil evaluasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

a)             Instrumen Evaluasi

Instrumen evaluasi merupakan panduan atau pedoman yang sangat penting dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan instrument yang diturukan dari variable evaluasi yang akan diamati. Instrumen Evaluasi harus meliputi :

a.              Kesahihan (validity)

Sahih, bila alat ukur yang digunakan sesuai dengan obyek yang hendak diukur

-                 Alat ukur perubahan perilaku sikap, pengetahuan dan ketrampilan

-                 Alat ukur harus  sahih untuk mengukur ’subyek materi” atau  informasi yang disuluhkan.

b.             Keterandalan (reliability)

Kemampuan alat ukur, dapat digunakan orang lain dan memperoleh hasil yang sama dalam situasi dan kondisi apapun.

c.              Obyektivitas

Alat ukur harus obyektif kongkrit, jelas, hanya memiliki satu interpretasi untuk menganalisis.

a.              Praktis (practicability)

Mudah digunakan efektif untuk bahan pengukuran dan bersifat efektif untuk menganalisis

b.             Sederhana (simple)

Tidak terlalu rumit/kompleks sehingga mudah di mengerti.

b)             Analisis Evaluasi

Suatu kegiatan menganalisa atau membedakan data-data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi untuk menentukan sebuah kebijakan atau sebuah tindakan yang tepat pada kegiatan penyuluhan berikutnya. Dengan analisis statistic (data lewat table, grafik atau diagram, perhitungan rata-rata standar devisiasi, pengukuran korelasi dan uji beda mean) atau non statistic

c)             Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi merupakan kumpulan data-data yang telah diambil dalam kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian yang telah disimpulkan dan data tersebut telah berupa sebuah tindakan dan kebijan yang akan menjadi acuan atau pedoman untuk kegiatan penyuluhan pertanian kedepannya.

d)            Langkah – Langkah Evaluasi

Langkah-langkah evaluasi penyuluhan yaitu menetapkan obyek, menetapkan data atau informasi yang akan dikumpulkan, cara pengumpulannya, alat/instrumen yang digunakan, cara mengolah data/informasi serta melaporkan hasil-hasilnya. Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan sebagai berikut:

1)               Memahami Tujuan - Tujuan Penyuluhan yang Akan di Evaluasi.

Unsur-unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:

a.               sasaran (S)

b.               perubahan perilaku yang dikehendaki (P)

c.               materi (M)

d.               kondisi/situasi (K)

2)             Tujuan dirumuskan:SMART

S = Specifik ( sederhana dan spesifik)

M = Measurable ( dapat diukur )

A = Attainable (dapat dicapai )

R = Realistik (realistis, nyata)

T = Time-bound ( berbatas waktu/jangka waktu tertentu )

3)             Menetapkan Indikator - Indikator

Untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:

-                 Indikator perubahan Kognitif

-                 Indikator perubahan kemampuan Afektif

-                 Indikator perubahan Psikomotor

4)             Mambuat Alat Pengukur untuk Mengumpulkan Data Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur data :

-                 Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)

-                 Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengertian

-                 Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan praktek

5)             Membuat alat Pengukur/Instrumen Evaluasi

Membuat alat pengukur/instrumen evaluasi harus memenuhi persyaratan alat ukur

-                 Kesahihan (validity) Sahih,

-                 Keterandalan (reliability.)

-                 Obyektivitas Alat ukur harus obyektif kongkrit, jelas.

-                 Praktis (practicability) .

-                 Sederhana (simple)

6)             Melakukan Analisis dan Interpretasi Data

Proses Ini merupakan langkah akhir yang menentukan  :

-                 Lakukan cleaning data dengan cara editing di lapangan, hapuskan data yang “nyleneh” (out lier)

-                 Lakukan coding, pemberian kode untuk memudahkan pada saat memasukan data.

-                 Lakukan tabulasi (tally, sheet, tabulasi sheet). Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara :

a.              presentase

b.             deskriptif (mean, modus, median, rerata, Standart Deviasi)

c.              statistik inferensial

Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang akan diambil serta pertimbangan-pertimbangan yang akan dihasilkan. Dalam melakukan pengolahan data dapat memanfaatkan alat komputasi seperti Program excel, Program SPSS, atau dihitung secara manual dengan kalkulator.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kerangka Pikir



BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian dan penyuluhan dilaksanakan pada bulan Januari s/d Mei 2023 di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar petani belum memperoleh Penyuluhan tentang Penanaman padi Sistem SRI.

3.2 Metode Kajian dan Alur Kajian

3.2.1 Metode Kajian

Kajian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif melalui pendekatan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani  tentang Penanaman padi sistem SRI.

3.2.2 Alur Kajian

Kajian dilaksanakan dalam bentuk demonstrasi plot  pada lahan seluas 0.20 ha yang dilahan petani yang sudah menerapkan teknologi pola tanam SRI pada tanaman Padi dan petani yang belum menerapkan teknologi pola tanam SRI pada tanaman Padi. Kajian meliputi penerapan teknologi pola tanam SRI pada tanaman Padi dibanding sebagai dasar penetapan materi penyuluhan.

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan

3.3.1 Penetapan Tujuan

Tujuan penyuluhan adalah untuk mengetahui peningkatan Pengetahuan dan sikap petani dalam penerapan teknologi Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan, meningkatkan produktifitas padi sehingga dapat  meningkatkan kesejahteraan.

3.3.2 Penetapan Sasaran

Sasaran penyuluhan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi adalah anggota Desa Teke Kecamatan Palibelo sebanyak  25 orang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi.

3.3.3 Penetapan Materi

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi, karena materi tersebut secara teknis mudah dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan petani secara social dapat diterima dan dari aspek lingkungan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

3.3.4 Penetapan Metode

Metode yang digunakan pada penyuluhan pemupukan organic adalah metode Kaji terap yang dikombinasikan dengan temu lapang. Metode kaji terap bertujuan untuk meyakinkan materi penyuluhan sebelum disebarluaskan, sedangkan metode temu lapang dilakukan pada saat panen dan pengambilan ubinan dimana petani sasaran dapat melihat langsung hasil kaji terap dan mendapatkan informasi tentang keunggulan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi.

3.3.5 Penetapan Media

Media yang digunakan pada penyuluhan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi adalah menggunakan media forlder dan media, lahan budidaya. Penggunaaan media tersebut berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMP dianggap mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat..

3.3.6 Penatapan Evaluasi Penyuluhan

Jumlah petani yang menjadi sample adalah semua petani peserta pelatihan sebanyak 20 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota kelompok tani. Secara umum tingkat kemampuan petani dan kondisi phisik lahan dan tanamannya tidak berbeda nyata sehingga untuk menarik sample (menentukan responden) untuk evaluasi dilakukan penarikan secara sengaja/ Purposive Sampling (Manasse Malo, 1986). Untuk menganalisa hasil perubahan perilaku bagi responden digunakan rumus sebagai berikut (Ginting, 1993) :

1)      Untuk mengukur efektifitas penyuluhan (EP)

Keterangan :

X1   =

X2   =

SM =

2)      Untuk mengukur efektifitas perubahan  perilaku (EPP)

Keterangan :

X1   =

X2   =

D =

=

3)      Hasil Efektifitas Penyuluhan (EP) maupun Efektifitas Perubahan Perilaku (EPP) dapat dikatagorikan sebagai berikut (Ginting 1998):

a. Kategori rendah (kurang efektif) = 33,33 %

b. Kategori sedang (efektif) = 33.33 – 66,66 %

c. Kategori tinggi (sangat efektif) = lebih dari 66,66 %

a)     Evaluasi Penyuluhan

Menurut Padmowihardjo (1999:13) bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauhmana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

Hasil dari evaluasi penyuluhan pertanian akan dapat digunakan untuk menentukan sejauhmana tujuan-tujuan penyuluhan pertanian tersebut dapat dicapai. Dalam artian sejauhmana perubahan perilaku petani dalam Bertani lebih baik dan berusahatani lebih menguntungkan, yang kemudian untuk mewujudkan kehidupan keluarganya yang lebih sejahtera dan masyarakat yang lebih baik. Adapun ruang lingkup evaluasi penyuluhan pertanian terbagi menjadi tiga cakupan yaitu : evaluasi hasil, evaluasi metode, dan evaluasi saran dan prasarana.

b)     Uji Validitas dan Realibilitas

Untuk mendapatkan skala pengukuran atau instrumen penelitian yang baik, skala pengukuran harus memiliki validitas dan realibilitas instrument yang telah diuji sebelumnya. Menurut Alias Baba dalam Iskandar (2009;94) validitas adalah sejauh mana instrumen penelitian mengukur dengan tepat konstruk variabel yang teliti. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian menggunakan nilai practical significane.

Menurut Hairs et al dalam Iskandar (2009:95) nilai validitas diatas .30 adalah nilai yang dapat diterima dalam analisis faktor. Menurut Sugiyono (2009:126) bila korelasi faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat, dan bila harga dibawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. Rumus yang digunakan untuk uji validitas kuesioner adalah Korelasi Product Moment yang berguna untuk menentukan seberapa kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain (Mauludi, 2006;194) yaitu :

Keterangan :

N   = Jumlah responden

Y   = Skor total pertanyaan

X   = Skor masing-masing pertanyaan

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1. Keadaan Wilayah

4.1.1. Sumber Daya Alam

Desa Teke merupakan salah satu Desa yang ada Kecamatan Palibelo  di Kabupaten Bima. Luas wilayah kerja disekitar 8,45 km2.  Desa Teke secara administrasi teridiri dari 3 Dusun dengan batas-batas sebagai berikut :

-          Sebelah Barat                : Desa Tonggorisa

-          Sebelah Timur                : Desa Ntonggu

-          Sebelah Selatan             : Desa Nata

-          Sebelah Utara                : Desa Panda 

4.1.2.   Karakteristik Lahan dan Iklim

                Wilayah Desa Teke mempunyai topografi yang sangat berfariasi dengan ketinggian berkisar antara 6 -70 m. dpl. dengan berfariasinya. topografi tersebut sangat pengaruh terhadap fisografi dimana 73 % merupakan pegunungan  dan hanya 27 % berupa daratan rendah. Tekstur tanah terdiri dari tanah liat, lempung berpasir hingga mediteran merah kekuningan, PH sangat bervariasi tergantung kondisi tanahnya. pada tanah kebun dan tanah tegalan kisaran PH tanahnya : antara 4 – 6.

            Keadalaman solum tanah berkisar 1,5 s/d 3 meter dengan kondisi drainase baik dan asal pembentukan tanahnya dari endapan dan abu vulkanik, wilayah ini termasuk iklim tropis Type E4  (menurut  Smith dan Ferguson 1951) dimana suhu udara siang hari berkisar antara 30-330C dan suhu udara pada malam hari 19-200C dengan kelembaban udara rata-rata berkisar 51-81 % pada musim kemarau rata-rata 62 sampai 97 % pada musim hujan..

4.1.3. Curah Hujan.

              Curah Hujan rata-rata Desa Teke Kecamatan Palibelo  selama lima tahun terakhir 375 mm dengan hari hujan 109 hari, curah hujan terbanyak terjadi pada Desember, Januari, Pebruari setiap bulannya dengan kalsifikasi 5 bulan basah dan 7 bulan kering.

4.1.4. Luas Lahan Menurut Ekosistem.

Berdasarkan ekosistem maka luas lahan kecamatan Palibelo  terdiri dari :

-          Lahan sawah irigasi       : 80 ha.

-           Tadah hujan                  : 190 ha.

-           Lahan kering                 :        ha.

4.1.5. Luas lahan menurut penggunaannya.

Berdasarkan penggunaan maka lahan pertanian diwilayah kerja BPP Palibelo  dapat diklasifkasikan sebagai berikut :

Ø    Lahan pekarangan                                              : 18 Ha

Ø    Tegalan/Kebun                                                   : 135 Ha

Ø    Tanah untuk kayu-kayuan                                 : 869 Ha

Ø    Sawah                                                                :170 Ha.

4.2..  Komoditas Utama Menurut  Sub Sektor

4.2.1 Tanaman Pangan dan Hortikultura

a.       Padi

Luas areal tanaman padi Tahun 2022 (MT. 2021/2022 dan MT. 2022) di Desa Teke Kecamatan Palibelo  230 Ha  dengan luas panen padi seluruhnya 218 Ha dan produksi sebanyak 1.090  ton dengan produktivitas rata-rata 50 KWT/Ha..

b.        Jagung

Luas tanaman jagung Tahun 2021 seluas 85 Ha dengan total produksi 170 Ton  dengan produktifitas 20 KWT / Ha

c.              Kacang kedelai

Luas tanam 64 ha terdiri dengan total produksi 1,2 Ton

d.      Bawang merah

Luas tanam bawang merah 15 ha dengan total produktivitas  12 Ton /ha

4.2.2. Perkebunan

Jenis perkebunan yang di kembangkan di Desa Teke Kecamatan Palibelo  ada hanya tanaman  jambu mente Seluas 40 Ha yang ditanam di tegalan.

4.2.3. Peternakan.

   Desa Teke Kecamatan Palibelo  sangat cocok untuk pengembangan ternak karena memiliki iklim, ketersediaan air, Hijauan makan ternak yang cukup. Sistem pemeliharaan ternak di Kecamatan Palibelo  sebagian besar masih menggunakan sistem pengembalaan karena memiliki lahan yang cukup luas dan sebagian sudah mulai menggunakan sistem Intensif maupun semi Intensif dengan Populasi Sapi 210, Kambing 85 Ekor dan ayam buras 1.233 Ekor.

4.2.4. Perikanan.

Desa Teke Kecamatan Palibelo  tidak memiliki perairan umum, perairan pantai atau laut sehingga tidak terdapat petani atau nelayan yang mengusahakan budidaya ikan baik budidaya air payau / laut, budidaya air tawar maupun usaha penangkapan ikan.

4.3.Pola Usaha Tani

Berdasarkan luas lahan menurut ekosistem dan penggunaannya serta karakteristik lahan dan iklim maka Pola usaha tani yang dikembangkan di Kecamatan Palibelo  adalah pada lahan sawah Irigasi Padi-Padi-Palawija/Bawang merah, pada lahan tadah hujan padi Gora-Palawija/Bawang merah sedangkan pada lahan kering dengan menerapkan sistem tumpang sari padi gogo, jagung, kacang Hijo dengan tanaman tahunan seperti tanaman jambu mete.

Tabel 1 Pola usaha tani Desa Nata Kecamatan Palibelo

Pola Usaha Tani

Jumlah Areal / Populasi

Waktu

Pola Usaha tani Lahan sawah

Padi Sawah

Jagung

Kedele

Bawang Merah

Cabe

Pola Usaha tani lahan kering

Padi Gogo

Jambu Mete

Peternakan Sapi

Peternakan Kambing

Peternakan Ayam Buras

 

230

85

75

15

5

 

50

40

210

85

1233

 

November - Maret

Agust - Sept

April – Juli

April – Agust

Mei – Agust

 

Nov – Maret

Nov – April

Jan - Des

Jan - Des

Jan - Des

 

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan poloa tanam pada lahan sawah meliputi tanaman padi, jagung, kedele dan bawang merah sedangkan pada lahan keing berupa padi gogo dan jagung

4.4. Sumber Daya Manusia

4.4.1. Jumlah Penduduk menurut umur

 

Umur salah satu tolak ukur keberhasilan kegiatanberusahatani. Petani yangmemilikiumuryangproduktif biasanya akan bekerja lebih baik dan lebih maksimal dibandingkan dengan petani yang sudah berusia tidak produktif.Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Untuk mengetahui tingkat umur penduduk di Desa teke dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2 Jumlah Penduduk menurut umur

No

Desa

0-5

6-17

18-54

> 54

Total

1

Teke

365

391

260

190

1206

Sumber : Data Profil desa Teke 2022

Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk Desa Teke memiliki umur antara 0 s/d > 54 Tahun dimana 651 orang termasuk kategori usia produktif dengan demikian diharapkan mampu menjadi sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraan.

4.4.2. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan

Pendidikan merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan pada diri seseorang. Tingkat pendidikan dapat dikatakan sebagai pendidikan terakhir formal seperti SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi yang pernah ditempuh seseorang. Pendidikan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap pola pikir seseorang.

Tabel 3 Data Penduduk Menurut Pendidikan Pendidikan

No

Desa

Jumlah  Penduduk

Belum/Tidak Sekolah

SD

SLTP

SLTA

Akademi

Sarjana

1

Teke

 

365

 

611

 

180

 

280

 

10

 

40

Sumber : Profil Desa Teke 2022

Tabel 3 menujukkan bahwa penduduk Desa Teke cukup berpendidikan dimana penduduknya pernah mengenyam pendidikan di bangku SD, SMP, SMA hingga perguruan Tinggi, hal ini sangat perpengaruh terhadap proses adopsi inovasi pertanian.

4.4.3. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

            Sebagian besar penduduk Desa Teke bermata pencaharian atau bekerja di sektor pertanian. Klasifikasi penduduk  menurut mata pencaharian/pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Data Penduduk menurut Pekerjaan

No

Desa

Pekerjaan

Petani

Pekebun

Peternak

Nelayan

Lain-lain

1

Teke

919

 

112

24

-

60

Sumber : Profil Desa 2022

            Secara penduduk Desa Teke bermata pencaharian sebagai petani walaupun memiliki usaha lain seperti PNS, TNI/Polisi dan usaha wiraswasta.

 

 

4.5. Karakteristik Kelompok Tani

Jumlah kelompok tani yang sudah terbentuk di Desa Teke terdapat 13 kelompok tani terdiri dari Kelompok usaha Padi, bawang Merah, Jambu Mete, Sapi dan Bawang Goreng dengan Klasifikasi Lanjut dan Pemula seperti terlihat pada tabel sebagai berikut:.

Tabel 5 data keadaan kelompok tani Desa Teke

NO

Kelompok

Keadaan

Tahun Berdiri

Jumlah Anggota

Jenis Usaha

Ketua

Klas

1

La Rangga

2008

20

Tanaman Pangan

M. Jaya

Pemula

2

Tolo Ta’a

1990

40

Tanaman Pangan

H. Mustamin

Lanjut

3

La Mica

1992

62

Tanaman Pangan

H. Hamid Yunus

Lanjut

4

Ncai Sapa

2008

36

Tanaman Pangan

H. Abdolah

Pemula

5

Tolo Mango 1

2008

60

Tanaman Pangan

Arassyiddin

Pemula

6

La Lembo

2008

37

Tanaman Pangan

Saifudin H. Yasin

Pemula

7

La Janga 1

1991

66

Tanaman Pangan

H. Ibrahim

Lanjut

8

La Hope

1992

65

Tanaman Pangan

Abdurrahman

Utama

9

La Binggu

2008

44

Tanaman Pangan

Muh. Nasrullah

Pemula

10

Kawinda

2008

34

Tanaman Pangan

Ahmad

Pemula

11

Dana Rowa

2008

39

Tanaman Pangan

 H.Arifin H. Anwar

Pemula

12

Dana Nggenda

2008

37

Tanaman Pangan

M. Jaidin

Pemula

13

Lewi Ndende

2008

38

Tanaman Pangan

Muhtar Abidin

Pemula

Jumlah

578

Sumber : BPP Kecamatan Palibelo 2022

 

4.6 Implementasi Rancangan Penyuluhan

4.6.1 Penetapan Materi

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah Penanaman Padi sistem SRI, karena materi tersebut merupakan sebuah inovasi baru yang memiliki keunggulan secara teknis mudah dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan petani secara social dapat diterima dan dari aspek lingkungan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan tertuang dalam Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluhan BPP Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima Tahun 2022.

Hal ini sesuai dengan amanat UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2, menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan.

Menurut Mardikanto (2009), materi penyuluhan pertanian adalah  pesan –pesan yang ingin disampaikan dalam komunikasi pembangunan, pesan yang diberikan kepada petani dan dapat memecahkan masalah pokok penyuluhan pertanian yang mana: (1).  Secara teknis dapat diterima oleh petani, (2).  Secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, dan (3).  Diinginkan secara sosiologi oleh masyarakat.

Soekartawi  (2008), mengatakan bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan termotifasi untuk mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat kesejahteraannya

Materi penyuluhan pertanian yang digunakan pada kajian Penyuluhan disusun berdasarkan hasil kajiterap penanaman padi sistem SRI di Kelompoktani Lajanga Desa Teke kecamatan Palibelo.

Materi penyuluhan pertanian disusun dalam bentuk sinopsis yang merupakan uraian singkat mengenai teknik padi sistem tanam SRI dan untuk mempermudah pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu disusun langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan kegiatan penyuluhan menyusun Lembar Persiapan Menyuluh (LPM).

4.6.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah untuk agar 65 % petani tahu dan mau menerapkan penanaman padi sistem SRI.

Penetapan tujuan penyuluhan penerapan penanaman padi sistem SRI sesuai dengan amant UU SP3K 2006 Pasal 3, menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial yang meliputi : (1).  Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern, (2).  Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,  penumbuhan motivasi, potensi, peluang, peningkatan kesadaran, (3).  Memberikan  kepastian hukum untuk terselenggaranya penyuluhan yang kondusif, (4).  Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum, (5). Mengembangkan sumber daya manusia.

 

4.6.3 Penetapan Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi adalah anggota kelompok tani La janga Desa Teke Kecamatan Palibelo sebanyak  25 orang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi.

Berdasarkan Undang-Undang SP3K  Bab III Pasal 5, sasaran penyuluhan pertanian adalah : (1).  Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara,  (2).  Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, (3).  Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

4.6.4 Penetapan Metode Penyuluhan

Metode yang digunakan pada penyuluhan Penanaman padi sistem SRI adalah metode Demonstrasi Plot yang dikombinasikan dengan temu lapang. Metode Demonstrasi Plot bertujuan untuk meyakinkan materi penyuluhan sebelum disebarluaskan, sedangkan metode temu lapang dilakukan pada saat panen dan pengambilan ubinan dimana petani sasaran dapat melihat langsung hasil kaji terap dan mendapatkan informasi tentang keunggulan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi.

Pemilihan metode Demonstrasi Plot dan temu lapang diharapkan sasaran penyuluhan secara partispatif dalam memahami dan memecahkan permasalahan sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai amanat Undang-undang nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian dan kehutanan (SP3K) dalam pasal 26, mengamanatkan bahwa penyuluhan dilakukan dengan pendekatan partisipatif melalui metode penyuluhan yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.

4.6.5 Penetapan Media Penyuluhan

Media yang digunakan pada penyuluhan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi adalah menggunakan media forlder dan media, lahan budidaya. Penggunaaan media tersebut berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMP dianggap mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat.

4.6.6 Penatapan Evaluasi Penyuluhan

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani adalah kuesioner sebanyak 25 (dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai1 (satu) dan salah diberi nilai 0 (nol). Sehingga jika jawaban benar semua maka nilainya adalah 1x 25 = 25, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 0 x 25 = 0. dengan demikian akan diperoleh katagori :

-    0 s/d 7 kategori Pengetahuan Rendah

-    8 s/d 16 kategori Pengetahuan Sedang

-    17 s/d 25 kategori Pengetahuan Tinggi

 

   Menurut Ginting (2005), untuk mengukur pelaksanaan kegiatan menggunakan rumus efektifitas peningkatan pengetahuan sebagai berikut :

1.      Target = Skor Maksimal x Jumlah Responden

2.      Pengetahuan sebelum penyuluhan (nilai tes awal)

3.      Kesenjangan = Target - ∑ Nilai Tes Awal

4.      Pengetahuan setelah penyuluhan (nilai tes akhir)

5.      Peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal

6.      Efektifitas peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal x 100 %

Kesenjangan

Kriteria penentuan efektifitas peningkatan pengetahuan, den efektifitas penyuluhan adalah sebagai berikut :

1.      Efektif             : > 66,66 %

2.      Cukup efektif  : 33,33 – 66,66 %

3.      Kurang efektif            : < 33,33 %

4.7 Pelaksanaan Penyuluhan

4.7.1 Persiapan Penyuluhan

1. Koordinasi Lokasi Kegiatan

Lokasi pelaksanaan Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI yaitu di kelompoktani La janga Desa Teke Kecamatan Monta pada lahan milik bapak bapak Ahmad selaku ketua kelompok tani dan bersedia menjadikan lahan sawah untuk ditanami padi lahan Demonstrasi Plot sebagai media belajar pada kegiatan Penyuluhan penanaman padi sistem SRI.

Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena dekat dengan jalan, sering dilalui dan mudah dalam pengawasan.

2.      Pengadaan Alat dan bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan Penyuluhan penanaman padi sistem SRI dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :.

Tabel 6. Alat dan bahan kegiatan Demonstrasi Plot

No

Alat dan bahan

Volume/Unit

Kegunaan

1

PUTS dan BWD

1paket

Uji Pupuk

2

Hand traktor

1 unit

Pengolahan tanah

3

Pacul

1 unit

Perbaikan pematang

4

Benih padi

5 kg

Bibit padi

5

Pupuk / Pestisida

1 paket

Saprodi

 

3.      Persiapan Alat tulis, LPM dan Media Penyuluhan

            Lembar persiapan menyuluh disusun sebagai dasar dan alur pelaksanaan kegiatan Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI, sedangkan media yang digunakan adalah media folder dan diperbanyak sejumlah 25 exemplar sesuai jumlah sasaran sebagai bahan bacaan dalam kegiatan penyuluhan.

Tabel 7 Media dan Alat Tulis

No

Media dan Alat Tulis

Jumlah

Kegunaan

1

Folder

25 exp

Bahan bacaan

2

Kuisioner

25exp

Evaluasi penyuluhan

3

Petlap

25 exp

Petunjuk teknis

4

Buku tulis

25 unit

Membuat catatan

5

Lembar Persiapan Menyuluh

1 exp

Tata urutan kegiatan

 

4.7.2 Pelaksanaan Demonstrasi Plot

Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI meliputi kegiatan penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT dan  panen dan pasca panen sesuai jadwal sebagai berikut :

Tabel 8 Jadwal Kegiatan Demplot

No

Hari / Tanggal

Kegiatan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

12 januari 2023

20 januari 2023

05 Pebruari 2023

15 Pebruari 2023

28 April 2023

10 Mei 2023

Pengolahan tanah

Penanaman

Pemupukan

Pengendalian OPT

Pengairan

Panen dan Pasca panen

Dibajak 2 kali diratakan

Jarak tanam 25 cm x 25 cm

Urea 50 kg, NPK 25 kg

Pestisida nabati

Berselang

Umur 115 hari

 

4.7.2 Pelaksanaan Temu Lapang

Temu Lapang dilakukan pada saat panen dan pengambilan ubinan untuk memberikan informasi tentang teknologi yang dihasilkan pada kegiatan Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI oleh penyuluh dan petani pelaksana Demplot untuk memperoleh umpan balik dari petani sasaran sehingga terjadi perubahan prilaku petani dalam mengadopsi teknologi penanaman padi sistem SRI    

Urutan dan langkah kegiatan temu lapangan sebagai berikut :

·      Pembukaan

Ketua kelompok menjelaskan topik dan tujuan kegiatan serta alur kegiatan.

·      Penyuluhan oleh Peneliti / Penyuluh

Penyuluh membagikan folder dan menjelaskan hasil Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI

·      Evaluasi

    Memberikan kesempatan bertanya, Mengecek serapan materi

·      Penutup

Menyampaikan kesimpulan

4.7.3 Hasil Demonstrasi Plot Penanaman Padi sistem SRI.         

Untuk mengetahui produksi padi dengan penanaman padi sistem SRI dibanding cara petani dapat dilihat pada tabel 9:

Tabel 9 Keadaan tanaman Demplot

No

Keadaan tanaman

SRI

Non SRI

1

Tinggi Tanaman (cm)

102

98

2

Jumlah anakan (rumpun /m²)

26

18

4

Produksi (ton/0.20 Ha)

1.7

1.37

Sumber : data diolah 2023

Dari tabel 9 diatas menunjukkan perbedaan antara perlakuan pada lahan demplot penanaman padi sistem SRI dibanding non SRI. Produksi padi yang menerapkan pola tanam SRI mencapai 1,7 ton GKP atau sekitar 6,8 ton / Ha sedangkan produksi pada lahan petani Non SRI hanya mencapai 1,37 ton GKP atau 5,5 ton / Ha. Perbedaan produksi padi dipengaruhi teknologi diterapkan pada sistem tanam SRI adalah jumlah anakan yang lebih tinggi dibanding non SRI

Mutakin, 2012 menyatakan System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.

Selain dengan menerapkan metode SRI, usaha peningkatan produktivitas padi juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo. Menurut Suhendra (2008), sistem tanam jajar legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan, sehingga tidak terjadi pemadatan rumpun di dalam barisan dan memperlebar jarak. antar barisan. Penerapan jajar legowo bertujuan untuk membuat jarak tanam padi menjadi lebih lebar di beberapa bagian, dengan jarak tanam yang lebar maka sinar matahari yang ditangkap oleh tanaman akan menjadi lebih banyak.

Dengan mengkombinasikan metode tanam SRI dengan sistem tanam jajar legowo, diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi iklim mikro yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Menurut Arafah (2006), faktor yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman adalah pengaruh iklim mikro seperti energi penyinaran dalam bentuk panas dan cahaya, kelembaban relatif, dan suhu udara.

Hal ini sesuai pendapat Aribawa, 2012. bahwa prinsip sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu, sistem tanam tersebut memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Tanaman padi yang berada dipinggir umumnya menghasilkan produksi lebih tinggi dan kwalitas gabah lebih baik. Sedangkan menurut Sembiring (2001), dalam Abdulrahman, dkk (2013), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut: Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.

4.8 Evaluasi Penyuluhan

5.8.1 Evaluasi Pengetahuan

Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Evaluasi penyuluhan dilaksanakan sebelum dan sesudah penyuluhan.

Tabel 10  Peningkatan Pengetahuan Petani

Kategori

Skore maksimal

Free Test

Post Test

Peningkatan

Jml Resp

Skor

%

Jml Resp

Skor

%

%

0 - 7

500

4

23

4,6

0

0

0

 

8 s/d 16

500

16

167

33,4

7

104

29

 

17 - 25

500

0

0

0

13

265

55

 

 

500

20

190

38

20

369

74

36

Sumber : Data diolah, 2023

Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap Penanaman padi sistem SRI sebelum dilakukan penyuluh memperoleh skore 190 (38%) dan setelah dilakukan penyuluhan pengetahuan sasaran meningkat dengan skore 369 (74)% kategori pengetahuan tinggi yaitu peningkatan sebesar 36%.   Peningkatan pengetahuan petani sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan.

5.5 Rencana Tindak Lanjut.

Pelaksanaan penyuluhan Penanaman padi sistem SRI di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima telah memberikan dampak positif terhadap produksi dan peningkatan pengetahuan serta sikap petani padi sawah maka diperlukan upaya diseminasi informasi dan teknologi secara luas baik pada tingkat BPP Kecamatan Palibelo maupun tingkat Kabupaten Bima.


Tabel 11 Rencana Tindak lanjut (RTL)

No

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Metode

Waktu

Lokasi

Biaya

Pelaksana

1

Lapor Kepala Dinas

Melaporkan dan Mengusulkan kegiatan Sekolah Lapang pemupukan padi sawah berdasarkan Penanaman padi sistem SRI

Kepala Dinas

Diskusi

Juli 2023

Ruangan Kadis

BOP Penyuluh -

Kepala BPP

2

Konsultasi dengan Koordinator Jabatan Penyuluh Pertanian

Agar penerapan teknologi pemupukan padi sawah berdasarkan Penanaman padi sistem SRI dapat dijadikan sebagai materi penyuluhan pada Programa Penyuluhan Pertanian

Kordinator KJF Penyuluh Kabupaten Bima

Diskusi

Juli 2023

Ruangan KJF

BOP Penyuluh

Kepala BPP

3

Sosialisasi di Tingkat BPP Kecamatan Palibelo

Agar PPL Kecamatan Palibelo dapat melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemupukan padi sawah berdasarkan Penanaman padi sistem SRI

PPL

Ceramah dan Presentase

Agustus 2023

Ruang pertemuan

BOP Penyuluh

Kepala BPP

4

Bimtek sistem SRI

Agar PPL memiliki kompetensi dalam mengkomunikasikan pemupukan padi sawah berdasarkan Penanaman padi sistem SRI

18 BPP

Bimtek

Agustus 2023

Ruang pertemuan BPP

APBD II

Kabid Penyuluhan

 


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

4.1  Kesimpulan

 

1.    Penyusunan Rencana Penyuluhan Penanaman Padi sistem SRI di Desa Teke Kecamatan. Palibelo Kabupaten Bima  adalah meliputi Materi penyuluhan Penanaman Padi sistem SRI, Tujuan penyuluhan agar 65 % petani tahu dan mau menerapkan penanaman padi sistem SRI. Sasaran penyuluhan adalah anggota kelompok tani La janga Desa Teke Kecamatan Palibelo sebanyak  25 orang, Metode yang digunakan adalah metode Demonstrasi Plot yang dikombinasikan dengan temu lapang. Media penyuluhan menggunakan media forlder dan media, sesungguhnya Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi pengetahuan menggunakan kuisioner sebanyak 25 soal

2.    Pelaksaanaan Penyuluhan penanaman padi sistem SRI  di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima. Pelaksanaan Penyuluhan meliputi kegiatan Persiapan Penyuluhan dengan melakukan kordinasi, pengadaan alat dan bahan, pelaksanaan demplot, temu lapang, penyampaian materi diskusi dan evaluasi.

3.      Hasil evaluasi pengetahuan petani tentang Penanaman padi sistem SRI sebelum dilakukan penyuluhan memperoleh skore 190 (38%) dan setelah dilakukan penyuluhan pengetahuan sasaran meningkat dengan skore 369 (74)% kategori pengetahuan tinggi yaitu peningkatan sebesar 36%.

 

4.2 Saran

 

1.      Kiranya teknologi teknologipemupukan berdasrkan Penanaman padi sistem SRI pada tanaman padi dapat dijadikan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia yang sedang langka, serta bisa menjadi peluang agribisnis untuk dapat dikembangkan

2.      Kepada para penyuluh dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan pertanian lebih mengarah pada pengembangan pertanian yang menguntungkan

3.      Kepada pemerintah kiranya dapat melakukan pengembangan gerakan pertanian yang lebih luas melalui stimulus baik melalui bantuan sarana prasaran benih pupuk dan pelatihan maupun demonstrasi farmer dan demonstrasi area sehingga dapat mensukseskan gerakan pertanian Penanaman padi sistem SRI

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PKL I

Penyakit Busuk Batang Jagung (Versi bahasa Bima)

Laporan PKL II Ma'ruf STPP Malang