JURNAL ILMIAH
Rancangan
Penyuluhan Penanaman Padi Sistem Sri (System
Of Rice Intensification) Di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima.
Rifaid, Luki Amar Hendrawati, Ma’ruf
Agustus, 2023
POLBANGTAN MALANG
RINGKASAN
Desa Teke merupakan salah satu Desa yang
terletak di kecamatan Palibelo kabupaten Bima, Tanah sawah di Kecamatan
Palibelo pada umumnya merupakan tanah irigasi setengah teknis, akan tetapi ada
juga yang beririgasi sederhana dan tadah hujan. Dari tanah sawah yang ada di
Kecamatan Palibelo, pada tahun 2017 telah memproduksi padi sawah hingga
mencapai 7,17 ton per hektar. sedangkan padi ladang mencapai 4,13 ton per
hektar.
Salah
satu metode pananaman padi yang cukup berhasil dibeberapa negara adalah melalui teknik metode SRI. Metode SRI atau dikenal
sebagai System of Rice Intensification menerapkan konsep
sinergi dimana semua komponen teknologi berinteraksi dan saling menunjang sehingga hasilnya secara
keseluruhan lebih banyak. SRI hanya akan berhasil jika semua komponen teknologi dilaksanakan secara bersamaan.
Salah satu solusi untuk
meningkatkan produksi padi yaitu penanaman
padi dengan metode SRI khususnya di Desa Teke.
Tujuan yang ingin dicapai Untuk mengetahui cara menyusun Rencana Penyuluhan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima. Untuk mengetahui cara melaksanakan Penyuluhan sistem sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.Untuk mengetahui cara evaluasi Pengetahuan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.
Hasil penelitian di Desa Teke Kecamatan. Palibelo Kabupaten Bima adalah meliputi Materi penyuluhan Penanaman Padi sistem SRI, Tujuan penyuluhan agar 65 % petani tahu menerapkan penanaman padi sistem
SRI. Sasaran
penyuluhan adalah anggota kelompok tani La janga Desa
Teke Kecamatan Palibelo sebanyak 25
orang, Metode
yang digunakan adalah metode Demonstrasi Plot yang dikombinasikan dengan temu lapang. Media penyuluhan menggunakan media forlder dan media, sesungguhnya Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi pengetahuan menggunakan kuisioner
sebanyak 25 soal.
Pelaksaanaan Penyuluhan penanaman padi sistem SRI di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.
Pelaksanaan Penyuluhan meliputi
kegiatan Persiapan Penyuluhan dengan
melakukan kordinasi, pengadaan alat dan bahan, pelaksanaan demplot, temu
lapang, penyampaian materi diskusi dan evaluasi.
Hasil evaluasi pengetahuan
petani tentang Penanaman padi sistem SRI sebelum dilakukan penyuluhan memperoleh skore 190 (38%) dan setelah
dilakukan penyuluhan pengetahuan sasaran meningkat
dengan skore 369 (74)% kategori pengetahuan tinggi yaitu peningkatan sebesar 36%
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman padi merupakan
tanaman pangan yang penting ditanam selama musim hujan. Selain menjadi salah
satu makanan pokok sebagai konsumsi masyarakat, melainkan dijual untuk
menikatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Luas tanam padi di
Kecamatan Palibelo setiap tahun adalah seluas 4519,69 dari luas sawah 4923,75 ha dengan produktivitas rata-rata 52,76 kw/ha gabah
kering panen. (BPP Palibelo, 2020).
Desa Teke merupakan salah
satu Desa yang terletak di kecamatan Palibelo kabupaten Bima, Tanah sawah di
Kecamatan Palibelo pada umumnya merupakan tanah irigasi setengah teknis, akan
tetapi ada juga yang beririgasi sederhana dan tadah hujan. Dari tanah sawah
yang ada di Kecamatan Palibelo, pada tahun 2017 telah memproduksi padi sawah
hingga mencapai 7,17 ton per hektar. sedangkan padi ladang mencapai 4,13 ton
per hektar.
Pada sisi lain secara budaya dan tradisi masyarakat
Indonesia juga beranggapan bahwa konsumsi
beras sebagai makanan
pokok masih menjadi
prestise/kebanggaan, mereka
yang mengkonsumsi makanan pokok selain beras kerap kali diidentikkan dengan golongan
masyarakat yang serba kekurangan (Kusmiadi, 2012).
Nasi telah menjadi
makan pokok utama yang
menjadi konsumsi keseharian masyarakat kita dari berbagai macam golongan. Sebagaimana kita ketahui nasi
ini diolah dari beras yang merupakan hasil tanaman padi.
Faktor kebutuhan beras sebagai makanan utama dan semakin berkurangnnya
lahan pertanian mengharuskan inovasi - inovasi
tentang metode pertanian
yang bertujuan meningkatkan hasil – hasil pertanian padi. Berbagai upaya yang mendukung
pembangunan sektor agraris
tanaman padi telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga- lembaga non pemerintah. Pengembangan
teknologi dan inovasi tanaman padi diperlukan
untuk menhasilkan jumlah
volume produksi padi secara nasional. Rendahnya produktivitas tanaman padi beras merah disebabkan
penerapan teknologi budidaya di lapangan yang
masih rendah. Upaya untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman padi
para petani pada sistem subak adalah
dengan menerapkan metode system of rice intensification (SRI) yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo.
Metode SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur
hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas
padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin, 2012).
Salah satu metode pananaman padi yang cukup berhasil dibeberapa negara adalah melalui teknik metode SRI. Metode SRI atau dikenal
sebagai System of Rice Intensification menerapkan konsep sinergi
dimana semua komponen teknologi berinteraksi dan saling menunjang sehingga hasilnya secara keseluruhan lebih banyak. SRI
hanya akan berhasil jika semua komponen
teknologi dilaksanakan secara bersamaan.
Untuk lingkup Kab. Bima salah satu kecamatan dimana
terdapat banyak kelompok tani atau
petani yang jarang menggunakan atau mencoba teknik penanaman padi dengan metode SRI di Kecamatan Palibelo Desa Teke
. Untuk itu penulis ini bertujuan untuk memberikan
informasi tentang tingkat partisipasi petani dalam merepkan inovasi baru tanaman
padi yakni pelaksanaan pola penanaman padi dengan metode SRI khususnya di Desa Teke.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyusun
Rencana Penyuluhan sistem tanam pola SRI pada
tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima?
2. Bagaimana
melaksanakan Penyuluhan sistem sistem tanam
pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima?
3. Bagaimana Evaluasi Pengetahuan sistem tanam
pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara menyusun Rencana Penyuluhan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.
2. Untuk
mengetahui cara melaksanakan Penyuluhan sistem sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.
3. Untuk
mengetahui cara
evaluasi Pengetahuan sistem tanam pola SRI pada tanaman padi sawah di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima.
1.4 Manfaat
4.
Sebagai bahan informasi para penulis serta pembaca terkait
pola tanam padi metode SRI di
Desa Teke kec. Palibelo
5.
Sebagai acuan para kelompok tani serta petani dalam menambah
wawasan dan pengetahuan tentang pola tanam padi metode SRI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Budidaya padi dengan metode SRI yang
dikembangkan di sejumlah wilayah Kawasan Timur Indonesia terbukti mampu
meningkatkan produktivitas lahan dari 5,0 ton/ ha menjadi 7,4 ton/ha (Sato,
2007). Kemudian hasil penelitian Pusat Penelitian Pertanian di Puyung, Lombok
NTB, metode SRI memberikan hasil rata-rata 9 ton/ha dibanding penanaman
konvensional yang hanya mencapai 4-5 ton/ha (Sato, 2007). Sato, (2007),
memberikan gambaran bahwa pengem- bangan penerapan SRI sedang giat dilakukan di
Bali, seluruh provinsi di Sulawesi, NTB dan NTT. Di Sulawesi luas areal
pengembangan SRI mencapai 6.979,3 hektar dengan jumlah petani sebanyak 7.316
orang. Sedangkan di NTB dan NTT pada areal seluas 2.449,9 hektar yang
melibatkan 4.817 petani.
Usahatani padi dengan pola SRI telah dikenal
masyarakat Kabupaten Ciamis dan Garut mulai tahun 2000 dan perkembangan maupun
sosialisasinya nampak gencar pada tahun 2005. Pola usahatani padi SRI merupakan
adaptasi pola yang sama yang telah berjalan di Madagaskar. Pola usahatani SRI
di lokasi kajian berkembang sebagai respon terhadap perubahan ekologi tanah dan
lingkungan serta tingginya harga pupuk kimia, sehingga dengan meminimumkan penggunaan
pupuk kimia dan mensubstitusi dengan pupuk organik (kompos) akan dapat
meringankan biaya usahatani dan menjaga ekologi tanah dan lingkungan (Wardana
et al., 2005).
Penerapan pola SRI di dua kabupaten, pada
dasarnya dilakukan melalui kegiatan kelompok tani yang tergabung dalam KSP,
dimana salahsatu anggota ataupun ketua telah/pernah mendapatkan
pelatihan-pelatihan sebelumnya. Pelak- sanaan pelatihan diantaranya dilakukan
melalui kerjasama dengan Pengelolaan Tata Guna Air (PTGA) yang secara berkala
memfasilitasi sejumlah peserta dari setiap daerah khususnya di wilayah Jawa
Barat (Rochaedi, 2005).
Dinamika kelompok berkembang dalam satu
pemahaman, yaitu melalui upaya penghematan air sebagai basis dan langkah awal
dalam pelaksanaan pelatihan usahatani padi SRI yang diikuti. Kemudian pada saat
praktek di lapangan, unsur dan muatan SLPHT diberikan sebagai dasar pengelolaan
kesehatan lingkungan tanah untuk media usahatani padi. Dengan demikian muncul
penggunaan bahan-bahan organik, teknologi tanam satu biji, jarak tanam serta
penanaman bibit muda yang merupakan bagian dari pola tanam SRI dan terus
disebarkan melalui penyuluhan oleh lembaga terkait, termasuk didalamnya
kegiatan petani dalam pembuatan kompos dan bahan organik lainnya, sekaligus
sebagai sarana untuk bertukar pengalaman hasil penerapan di masing-masing lahan
usahataninya.
Luas areal yang menerapkan model SRI di
Kabupaten Garut pada saat penelitian (2005), diperkirakan mencapai sekitar 50
hektar yang tersebar di Kecamatan Bayongbong, Tarogong Kidul, Cibatu, Cilawu
dan Garut Kota, dengan jumlah peserta SRI sekitar 500 orang. Sementara itu,
luas areal yang menerapkan model SRI di Kabupaten Ciamis (pada tahun yang sama)
mencapai 78 hektar, tersebar di Kecamatan Banjarsari, Lakbok, Mangunjaya dan
Cikoneng. Petani yang terlibat dalam SRI mencapai sekitar 750 orang. Di lokasi
tersebut, penerapan SRI di lahan petani dilakukan secara sukarela bahkan petani
datang langsung untuk belajar. Hal ini disebabkan para petani telah merasakan
manfaat dari penerapan SRI, seperti adanya peningkatan hasil padi dan
pendapatan usahatani, sekalipun luas lahan garapan sawah petani baik di
Kabupaten Garut dan Ciamis berkisar antara 50-200 bata (700 m2-2800 m2 )
(Wardana et al., 2005).
2.2 Landasan Teori
a) Pengertian Penyuluhan Pertanian.
Penyuluhan merupakan proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sistem penyuluhan pertanian selanjutnya disebut
sistem penyuluhan yang mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha (UU SP3K,
2006).
Penyuluhan pertanian merupakan
bagian dari system pembangunan pertanian yang
merupakan system pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi
petani beserta keluarganyadan anggota
masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian
adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat
berkembang menjadi dinamis serta
mampu untuk memperbaiki kehidupan dan
penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto.2005).
Selanjutkan dikatakan oleh Salim
(2005), Bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku
agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang
pertanian ,agar mampu menolong dirinya
sendiri baik dibidang
ekonomi, social maupun politik, sehingga
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka
dapat dicapai.
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang mempelajari system dan proses perubahan pada individu
serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan
yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang
sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya Setiana (2006),,
penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara
sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bias membuat
keputusan yang benar.
Penyuluhan pertanian adalah merupakan
sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (non-formal) yang ditujukan kepada para petani dan keluarganya (ibu tani, pemuda-pemudi tani) agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya
untuk memperbaiki atau meningkatkan
usaha yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, serta masyarakat
secara keseluruhan (Mardikanto, dkk. 2009).
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan
atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan
mampu memanfaatkan sumber daya yang ada guna
memperbaiki dan meningkatkan pendapatan kelayan beserta keluarganya dan lebih
luas lagi dapat meningkatkan
kesejahteraanya. Dalam proses penyuluhan terdapat beberapa unsur antara lain: penyuluh, materi penyuluhan,
media penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran
penyuluhan dan tujuan
penyuluhan.
Selanjutkan dikatakan oleh Salim
(2005), Bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku
agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang
pertanian ,agar mampu menolong dirinya
sendiri baik dibidang
ekonomi, social maupun politik, sehingga
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka
dapat dicapai.
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu social yang mempelajari system dan proses perubahan pada individu
serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan
yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang
sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya Setiana (2006),,
penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara
sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bias membuat
keputusan yang benar.
Penyuluhan pertanian adalah merupakan
sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (non-formal) yang ditujukan kepada para petani dan keluarganya (ibu tani, pemuda-pemudi tani) agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya
untuk memperbaiki atau meningkatkan
usaha yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, serta masyarakat
secara keseluruhan (Mardikanto, dkk. 2009).
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan
atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan
mampu memanfaatkan sumber daya yang ada guna
memperbaiki dan meningkatkan pendapatan kelayan beserta keluarganya dan lebih
luas lagi dapat meningkatkan
kesejahteraanya. Dalam proses penyuluhan terdapat beberapa unsur antara lain: penyuluh, materi penyuluhan,
media penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran
penyuluhan dan tujuan
penyuluhan.
b.
Tujuan Penyuluhan Pertanian
Tujuan
pengaturan sistem penyuluhan menurut UU SP3K 2006 Pasal 3 menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dan
peningkatan modal sosial yang meliputi : (1). Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern, (2). Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, potensi, peluang, peningkatan kesadaran, (3). Memberikan kepastian hukum untuk terselenggaranya penyuluhan yang kondusif, (4).
Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum, (5). Mengembangkan
sumber daya manusia.
Wahjuti
(2005), menjelaskan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut : (1). Mendorong terjadinya efek
yang sebanyak-banyaknya pada sasaran/petani dan keluarganya serta pelaku agribisnis laki-laki dan perempuan, (2). Meningkatkan ketelitian komunikasi dalam proses penyuluhan sehingga mengurangi gangguan
komunikasi yang mungkin terjadi, (3). Meningkatkan
pemahaman dan daya anut sasaran atau petani serta pelaku agribisnis laki-laki dan perempuan.
Tujuan
penyuluhan adalah merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu kegiatan penyuluhan pertanian dalam kurun waktu tertentu, yang merupakan kekuatan
pendorong proses pelaksanaan itu
sendiri dengan dirumuskan secara jelas, singkat dan mudah dipahami oleh petani. Meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap mental menjadi lebih produktif
sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Ibrahim,
dkk. 2003).
c. Sasaran Penyuluhan Pertanian
Sasaran penyuluhan pertanian adalah petani sasaran agar pengetahuan, keterampilan dan sikapnya meningkat,
sehingga bersedia memanfaatkan peluang - peluang
yang ada. Sasaran
penyuluhan meliputi sasaran
utama atau sasaran
pokok yaitu petani nelayan dan keluarganya. Sasaran
penentu keberhasilan penyuluhan adalah pejabat pemerintah dan peneliti, lembaga
pendidikan, penyalur, pengencer, pengusaha, media komunikasi masa dan biro jasa. Sasaran
pendukung adalah segenap
lapisan masyarakat seperti organisasi sosial, organisasi
politik, organisasi profesi, para seniman, pemuka agama dan tokoh
masyarakat.
Berdasarkan
Undang-Undang SP3K Bab III Pasal 5
sasaran penyuluhan pertanian adalah :
(1). Pihak yang paling berhak
memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran
utama dan sasaran antara, (2). Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku
utama dan pelaku usaha, (3). Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku
kepentingan lainnya yang meliputi kelompok
atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh
masyarakat.
d.
Materi Penyuluhan Pertanian
Materi penyuluhan adalah beberapa pesan yang
akan disuluhkan kepada petani. Cara-cara penyampaian materi secara sistematis hingga materi tersebut mudah
dimengerti dan diterima sasaran,
Materi ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani.
(Ibrahim, dkk. 2003).
Adapun penyuluhan yang disampaikan harus bersifat inovatif,
baru dapat mendorong
atau merespon terjadinya
perubahan-perubahan kearah pembaharuan segala aspek kehidupan masyarakat tani.
Dalam UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2 menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan
kepentingan pelaku utama dan pelaku
usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan
dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia
dan peningkatan modal sosial
serta ilmu pengetahuan.
Menurut Mardikanto (2009), materi penyuluhan pertanian
adalah pesan –pesan yang ingin disampaikan dalam komunikasi pembangunan, pesan yang diberikan
kepada petani dan dapat
memecahkan masalah pokok penyuluhan pertanian yang mana: (1). Secara teknis
dapat diterima oleh petani, (2). Secara
ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, dan (3). Diinginkan secara sosiologi oleh masyarakat.
Soekartawi (2008),
mengatakan bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan
kebutuhan sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik
perhatiannya dan akan termotifasi untuk memPraktikkannya. Materi yang menarik
perhatian para petani adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan
dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat kesejahteraannya.
e. Metode Penyuluhan Pertanian
Metode diartikan
sebagai “cara”, sedangkan teknik
adalah “prosedur”. Dengan demikian dalam dunia pendidikan metode dan teknik merupakan cara dan prosedur
yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Begitu pula metode dan teknik penyuluhan
pertanian merupakan cara dan prosedur yang ditempuh oleh seorang penyuluh dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan pertanian. (Wahjuti, 2005).
Metode penyuluhan pertanian, dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) bagaimana petani kecil dapat bertani atau berusahatani dengan cara yang lebih baik, misalnya cara bercocok
tanam, cara memelihara kesuburan tanah, cara
memperlakukan teknologi lepas panen,
dan sebagainya; (b) bagaimana petani kecil mampu dan mau berusaha tani secara menguntungkan, baik dalam usahatani secara monokultur ataupun
secara tumpangsari; dan (c) bagaimana petani kecil mampu
meningkatkan kesejahteraannya atau bagaimana mereka dapat hidup sejahtera (Deptan,2001).
Menurut
Mardikanto, 1999, Metode Penyuluhan Pertanian, dapat diartikan sebagai cara-cara
penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh
kepada petani beserta keluarganya. Dalam melakukan komunikasi pertanian kepada masyarakat telah dikenal dua metode pendekatan, yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok
sasaran dari inovasi, dan (2) pendekatan berbasarkan cara penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi tersebut.
Metode
yang digunakan dalam menyampaikan penyuluhan adalah hal yang sangat penting
dalam mempengaruhi keefektifan pencapaian tujuan akhir dari adanya kegiatan penyuluhan yang bersangkutan. Metode
penyuluhan yang digunakan bisa melalui penerapan Sistem Teknologi Informasi
dan Multimedia yang dianggap mampu meningkatkan keberhasilan serta mengatasi hambatan
dalam pencapaian tujuan akhir dari aktivitas penyuluhan secara efektif, yang memang sedianya
mampu merubah sasaran
penyuluhan yakni petani
dalam hal Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan
(PSK), dan pada akhirnya akan
tercapainya Better Farming, Better
Business, Better Living, n Better Community (4B) dalam masyarakat
petani itu sendiri (Anonima,
2009)
Berdasarkan
teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian dibagi menjadi dua golongan
yaitu metode penyuluhan langsung yang artinya
para penyuluh langsung
berhadapan muka dengan sasaran dan penyuluhan tidak langsung dimana
dalam penyampaian materi pesan
tidak dilaksanakan secara langsung oleh penyuluh tetapi melalui perantara
atau media penyuluhan (Wartuningsih, 2010)
Tujuan utama pemilihan metode penyuluhan pertanian
antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan pembangunan pertanian secara efektif,
efisien dan akuntabel, b) mendorong sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha)
agar bias belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan kreativitas sasaran bias meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi
teknologi pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh
dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian (Wahyuti, 2013).
f. Media Penyuluhan Pertanian
Media
merupakan alat bantu penyuluhan pertanian. Media massa seperti radio, pers dan TV merupakan media yang paling serasi
untuk meneruskan sejumlahh besar
informasi dengan cepat bagi orang-orang jumlahh banyak. Pemilihan
media harus bersumber
dari konsep bahwa media
merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut
diperhatikan dalam memilih media antara lain : (1). Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (2). Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, mempunyai konsep,
prinsip, atau generalisasi, (3). Praktis dan luwes, serta bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, (4). Komunikator terampil
dalam menggunakannya, (5). Sesuai
dengan sasaran baik jumlahh maupun kemampuan sasaran, (6). Mutu dan teknik baik. Selanjutnya Setiana
(2005), menyatakan bahwa media penyuluhan dibedakan menjadi 2 (dua) macam,
yaitu media hidup dan media mati. Media hidup adalah orang-orang yang
menerapkan penyuluhan tersebut,
sedangkan media mati adalah sarana yang digunakan
sebaqai perantara, misalnya
radio, televisi, poster dan sebagainya yang dapat berpengaruh positif terhadap sasaran.
g.
Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Merupakan alat untuk mengambil keputusan
dan menyusun pertimbangan- pertimbangan. Dari hasil evaluasi penyuluhan pertanian dapat diketahui
: sejauhmana perubahan perilaku petani, hambatan yang dihadapi
petani, efektivitas program penyuluhan pertanian
serta seberapa jauh pemahaman masalah dan penyempurnaan kegiatan. Evaluasi Penyuluhan Pertanian juga dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:Dalam evaluasi dikenal beberapa klasifikasi evaluasi
seperti : Evaluasi Formatif dan sumatif, Evaluasi Formal dan Informal, Evaluasi Internal dan Eksternal,
Evaluasi Proses dan Produk (out put), Evaluasi
Deskriptif dan Inferensial, Evaluasi Holistik (misal CIPP) dan Analitik,
Evaluasi on going, terminal dan ex post evaluation, Evaluasi
Teknis dan Ekonomis,
Evaluasi Program, Monitoring dan Evaluasi Dampak.
2.2.1. Metode Evaluasi
Menurut Prof. Drs. Anas Sudijono
dalam pengantar evaluasi metode pelaksanaan evaluasi adalah:
1.
Pengamatan (observasi)
Observasi sebagai alat evaluasi
banyak digunakan untuk menilai tingkah-laku individu
atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan.
2.
Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan
dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta
tujuan yang telah ditentukan.
3.
Angket (Quistionnaire)
Angket (Quistionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
rangka penilaian hasil kegiatan.
4.
Pemeriksaan Dokumen (Dcumentary
Analysis)
Kegiatan mempelajari data yang telah
di ambil lewat angket dan wawancara, dengan jalan memperkaya dan menambah hasil evaluasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
a)
Instrumen
Evaluasi
Instrumen evaluasi merupakan panduan
atau pedoman yang sangat penting dalam merumuskan
pertanyaan-pertanyaan instrument yang diturukan dari variable evaluasi yang akan diamati. Instrumen Evaluasi
harus meliputi :
a.
Kesahihan (validity)
Sahih, bila alat ukur
yang digunakan sesuai dengan obyek yang hendak
diukur
-
Alat ukur perubahan perilaku
sikap, pengetahuan dan ketrampilan
-
Alat ukur harus sahih untuk mengukur
’subyek materi” atau
informasi yang disuluhkan.
b.
Keterandalan (reliability)
Kemampuan alat ukur, dapat digunakan
orang lain dan memperoleh hasil yang sama dalam situasi dan kondisi apapun.
c.
Obyektivitas
Alat ukur harus
obyektif kongkrit, jelas, hanya memiliki
satu interpretasi untuk
menganalisis.
a.
Praktis (practicability)
Mudah digunakan efektif
untuk bahan pengukuran dan bersifat efektif
untuk menganalisis
b.
Sederhana (simple)
Tidak terlalu rumit/kompleks sehingga mudah di mengerti.
b)
Analisis Evaluasi
Suatu kegiatan menganalisa atau membedakan data-data
yang telah dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi untuk menentukan sebuah kebijakan atau
sebuah tindakan yang tepat pada
kegiatan penyuluhan berikutnya. Dengan analisis statistic (data lewat table,
grafik atau diagram, perhitungan
rata-rata standar devisiasi, pengukuran korelasi dan uji beda mean) atau non statistic
c)
Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi merupakan kumpulan
data-data yang telah diambil dalam kegiatan evaluasi
penyuluhan pertanian yang telah disimpulkan dan data tersebut telah berupa
sebuah tindakan dan kebijan yang akan
menjadi acuan atau pedoman untuk kegiatan penyuluhan pertanian kedepannya.
d)
Langkah – Langkah
Evaluasi
Langkah-langkah evaluasi penyuluhan
yaitu menetapkan obyek, menetapkan data atau informasi
yang akan dikumpulkan, cara pengumpulannya, alat/instrumen yang digunakan, cara mengolah
data/informasi serta melaporkan
hasil-hasilnya. Langkah-langkah
evaluasi yang dilakukan
sebagai berikut:
1)
Memahami Tujuan - Tujuan
Penyuluhan yang Akan di Evaluasi.
Unsur-unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:
a.
sasaran
(S)
b.
perubahan perilaku
yang dikehendaki (P)
c.
materi (M)
d.
kondisi/situasi (K)
2)
Tujuan dirumuskan:SMART
S = Specifik ( sederhana dan spesifik)
M = Measurable ( dapat diukur )
A = Attainable (dapat dicapai )
R = Realistik (realistis, nyata)
T = Time-bound ( berbatas waktu/jangka waktu tertentu
)
3)
Menetapkan Indikator - Indikator
Untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
-
Indikator perubahan Kognitif
-
Indikator perubahan
kemampuan Afektif
-
Indikator perubahan
Psikomotor
4)
Mambuat Alat Pengukur untuk Mengumpulkan Data Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur
data :
-
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)
-
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengertian
-
Pertanyaan-pertanyaan untuk
mengukur kemampuan memecahkan masalah rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan
praktek
5)
Membuat alat Pengukur/Instrumen Evaluasi
Membuat alat pengukur/instrumen evaluasi harus memenuhi
persyaratan alat ukur
-
Kesahihan (validity) Sahih,
-
Keterandalan (reliability.)
-
Obyektivitas Alat ukur harus obyektif
kongkrit, jelas.
-
Praktis (practicability) .
-
Sederhana (simple)
6)
Melakukan Analisis dan Interpretasi Data
Proses Ini merupakan langkah akhir yang menentukan :
-
Lakukan cleaning data dengan cara editing di lapangan, hapuskan
data yang “nyleneh” (out lier)
-
Lakukan coding, pemberian
kode untuk memudahkan pada saat memasukan data.
-
Lakukan tabulasi (tally, sheet, tabulasi sheet). Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara :
a.
presentase
b.
deskriptif (mean, modus, median, rerata,
Standart Deviasi)
c.
statistik inferensial
Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang akan diambil
serta pertimbangan-pertimbangan yang akan dihasilkan. Dalam melakukan
pengolahan data dapat memanfaatkan alat komputasi seperti Program
excel, Program SPSS, atau dihitung secara manual dengan kalkulator.
Kerangka Pikir
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan penelitian dan
penyuluhan dilaksanakan pada bulan Januari s/d Mei 2023 di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima, dengan pertimbangan bahwa
sebagian besar petani belum memperoleh Penyuluhan tentang Penanaman
padi Sistem SRI.
3.2 Metode Kajian dan Alur
Kajian
3.2.1 Metode Kajian
Kajian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif melalui pendekatan survei untuk mengetahui tingkat
pengetahuan petani tentang Penanaman
padi sistem SRI.
3.2.2 Alur Kajian
Kajian dilaksanakan dalam
bentuk demonstrasi plot pada
lahan seluas 0.20 ha yang dilahan petani yang sudah menerapkan teknologi pola tanam SRI pada
tanaman Padi dan petani yang belum menerapkan teknologi pola tanam SRI pada
tanaman Padi. Kajian meliputi penerapan teknologi pola tanam SRI pada
tanaman Padi dibanding sebagai dasar penetapan materi penyuluhan.
3.3 Metode Perancangan
Penyuluhan
3.3.1 Penetapan Tujuan
Tujuan
penyuluhan adalah untuk mengetahui peningkatan Pengetahuan dan sikap petani
dalam penerapan teknologi Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan,
meningkatkan produktifitas padi sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan.
3.3.2 Penetapan Sasaran
Sasaran penyuluhan Metode
Tanam Pola SRI pada tanaman Padi adalah anggota Desa Teke Kecamatan
Palibelo sebanyak 25 orang dipilih
secara sengaja dengan pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki
pengetahuan dan sikap positif terhadap Metode Tanam Pola SRI pada
tanaman Padi.
3.3.3
Penetapan Materi
Materi penyuluhan
yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah Metode Tanam Pola SRI pada
tanaman Padi, karena materi tersebut secara teknis mudah dilaksanakan, secara
ekonomi menguntungkan petani secara social dapat diterima dan dari aspek
lingkungan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
3.3.4
Penetapan Metode
Metode yang digunakan pada
penyuluhan pemupukan organic adalah metode Kaji terap yang dikombinasikan
dengan temu lapang. Metode kaji terap bertujuan untuk meyakinkan materi
penyuluhan sebelum disebarluaskan, sedangkan metode temu lapang dilakukan pada
saat panen dan pengambilan ubinan dimana petani sasaran dapat melihat langsung hasil
kaji terap dan mendapatkan informasi tentang keunggulan Metode Tanam Pola SRI pada
tanaman Padi.
3.3.5
Penetapan Media
Media yang digunakan pada
penyuluhan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi adalah
menggunakan media forlder dan media, lahan budidaya. Penggunaaan media tersebut
berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMP dianggap
mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat..
3.3.6
Penatapan Evaluasi Penyuluhan
Jumlah petani yang menjadi sample adalah semua petani peserta pelatihan
sebanyak 20 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota
kelompok tani. Secara umum tingkat kemampuan petani dan kondisi phisik lahan
dan tanamannya tidak berbeda nyata sehingga untuk menarik sample (menentukan
responden) untuk evaluasi dilakukan penarikan secara sengaja/ Purposive
Sampling (Manasse Malo, 1986). Untuk menganalisa hasil perubahan perilaku bagi
responden digunakan rumus sebagai berikut (Ginting, 1993) :
1)
Untuk mengukur efektifitas
penyuluhan (EP)
Keterangan :
X1 =
X2 =
SM =
2)
Untuk mengukur efektifitas
perubahan perilaku (EPP)
Keterangan :
X1 =
X2 =
D =
=
3)
Hasil Efektifitas Penyuluhan
(EP) maupun Efektifitas Perubahan Perilaku (EPP) dapat dikatagorikan sebagai
berikut (Ginting 1998):
a. Kategori rendah (kurang efektif) = 33,33 %
b. Kategori sedang (efektif) = 33.33 – 66,66 %
c. Kategori tinggi (sangat efektif) = lebih dari 66,66 %
a) Evaluasi Penyuluhan
Menurut
Padmowihardjo (1999:13) bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah
proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauhmana
tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan
menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan
pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Hasil
dari evaluasi penyuluhan pertanian akan dapat digunakan untuk menentukan
sejauhmana tujuan-tujuan penyuluhan pertanian tersebut dapat dicapai. Dalam
artian sejauhmana perubahan perilaku petani dalam Bertani lebih baik dan
berusahatani lebih menguntungkan, yang kemudian untuk mewujudkan kehidupan
keluarganya yang lebih sejahtera dan masyarakat yang lebih baik. Adapun ruang
lingkup evaluasi penyuluhan pertanian terbagi menjadi tiga cakupan yaitu :
evaluasi hasil, evaluasi metode, dan evaluasi saran dan prasarana.
b) Uji Validitas dan
Realibilitas
Untuk
mendapatkan skala pengukuran atau instrumen penelitian yang baik, skala
pengukuran harus memiliki validitas dan realibilitas instrument yang telah
diuji sebelumnya. Menurut Alias Baba dalam Iskandar (2009;94) validitas adalah
sejauh mana instrumen penelitian mengukur dengan tepat konstruk variabel yang
teliti. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian menggunakan nilai
practical significane.
Menurut
Hairs et al dalam Iskandar (2009:95) nilai validitas diatas .30 adalah nilai
yang dapat diterima dalam analisis faktor. Menurut Sugiyono (2009:126) bila
korelasi faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut
merupakan construct yang kuat, dan bila harga dibawah 0,30 maka dapat
disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus
diperbaiki atau dibuang. Rumus yang digunakan untuk uji validitas kuesioner
adalah Korelasi Product Moment yang berguna untuk menentukan seberapa kuat
hubungan suatu variabel dengan variabel lain (Mauludi, 2006;194) yaitu :
Keterangan :
N = Jumlah responden
Y = Skor total pertanyaan
X = Skor masing-masing pertanyaan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan
Wilayah
4.1.1.
Sumber Daya Alam
Desa Teke merupakan salah satu
Desa yang ada Kecamatan Palibelo di Kabupaten Bima. Luas wilayah kerja disekitar 8,45 km2. Desa Teke secara administrasi teridiri dari 3
Dusun dengan batas-batas sebagai berikut :
-
Sebelah Barat : Desa Tonggorisa
-
Sebelah Timur : Desa Ntonggu
-
Sebelah Selatan : Desa
Nata
-
Sebelah Utara : Desa Panda
4.1.2. Karakteristik Lahan dan Iklim
Wilayah
Desa Teke mempunyai topografi yang sangat berfariasi dengan ketinggian berkisar
antara 6 -70 m. dpl. dengan berfariasinya. topografi tersebut sangat pengaruh
terhadap fisografi dimana 73 % merupakan pegunungan dan hanya 27 % berupa daratan rendah. Tekstur
tanah terdiri dari tanah liat, lempung berpasir hingga mediteran merah
kekuningan, PH sangat bervariasi tergantung kondisi tanahnya. pada tanah kebun
dan tanah tegalan kisaran PH tanahnya : antara 4 – 6.
Keadalaman
solum tanah berkisar 1,5 s/d 3 meter dengan kondisi drainase baik dan asal
pembentukan tanahnya dari endapan dan abu vulkanik, wilayah ini termasuk iklim
tropis Type E4 (menurut Smith dan Ferguson 1951) dimana suhu udara
siang hari berkisar antara 30-330C dan suhu udara pada malam hari
19-200C dengan kelembaban udara rata-rata berkisar 51-81 % pada
musim kemarau rata-rata 62 sampai 97 % pada musim hujan..
4.1.3.
Curah Hujan.
Curah
Hujan rata-rata Desa Teke Kecamatan Palibelo
selama lima tahun terakhir 375 mm dengan hari hujan 109 hari, curah
hujan terbanyak terjadi pada Desember, Januari, Pebruari setiap bulannya dengan
kalsifikasi 5 bulan basah dan 7 bulan kering.
4.1.4. Luas
Lahan Menurut Ekosistem.
Berdasarkan ekosistem maka luas
lahan kecamatan Palibelo terdiri dari :
-
Lahan sawah irigasi : 80 ha.
-
Tadah hujan : 190 ha.
-
Lahan kering : ha.
4.1.5. Luas
lahan menurut penggunaannya.
Berdasarkan penggunaan maka lahan pertanian diwilayah
kerja BPP Palibelo dapat diklasifkasikan
sebagai berikut :
Ø Lahan pekarangan :
18 Ha
Ø
Tegalan/Kebun :
135 Ha
Ø
Tanah untuk kayu-kayuan
: 869 Ha
Ø
Sawah :170 Ha.
4.2.. Komoditas Utama Menurut Sub Sektor
4.2.1
Tanaman Pangan dan Hortikultura
a. Padi
Luas areal tanaman padi Tahun 2022 (MT. 2021/2022 dan MT. 2022) di Desa Teke Kecamatan Palibelo
230 Ha dengan luas panen padi
seluruhnya 218 Ha dan produksi sebanyak 1.090 ton dengan produktivitas rata-rata
50 KWT/Ha..
b.
Jagung
Luas tanaman jagung Tahun 2021 seluas 85 Ha dengan total produksi 170 Ton dengan produktifitas 20 KWT / Ha
c.
Kacang kedelai
Luas tanam 64 ha terdiri dengan total produksi 1,2
Ton
d. Bawang merah
Luas tanam bawang merah 15 ha
dengan total produktivitas 12 Ton /ha
4.2.2.
Perkebunan
Jenis perkebunan yang di
kembangkan di Desa Teke Kecamatan Palibelo
ada hanya tanaman jambu mente
Seluas 40 Ha yang ditanam di tegalan.
4.2.3.
Peternakan.
Desa Teke Kecamatan Palibelo
sangat cocok untuk pengembangan ternak karena memiliki iklim,
ketersediaan air, Hijauan makan ternak yang cukup. Sistem pemeliharaan ternak
di Kecamatan Palibelo sebagian besar
masih menggunakan sistem pengembalaan karena memiliki lahan yang cukup luas dan
sebagian sudah mulai menggunakan sistem Intensif maupun semi Intensif dengan
Populasi Sapi 210, Kambing 85 Ekor dan ayam buras 1.233 Ekor.
4.2.4.
Perikanan.
Desa Teke Kecamatan Palibelo tidak memiliki perairan umum, perairan pantai
atau laut sehingga tidak terdapat petani atau nelayan yang mengusahakan
budidaya ikan baik budidaya air payau / laut, budidaya air tawar maupun usaha
penangkapan ikan.
4.3.Pola
Usaha Tani
Berdasarkan luas lahan menurut
ekosistem dan penggunaannya serta karakteristik lahan dan iklim maka Pola usaha
tani yang dikembangkan di Kecamatan Palibelo
adalah pada lahan sawah Irigasi Padi-Padi-Palawija/Bawang merah, pada
lahan tadah hujan padi Gora-Palawija/Bawang merah sedangkan pada lahan kering
dengan menerapkan sistem tumpang sari padi gogo, jagung, kacang Hijo dengan
tanaman tahunan seperti tanaman jambu mete.
Tabel
1 Pola usaha tani Desa Nata Kecamatan Palibelo
Pola Usaha Tani |
Jumlah Areal / Populasi |
Waktu |
Pola Usaha
tani Lahan sawah
Padi Sawah Jagung Kedele Bawang Merah Cabe Pola Usaha tani lahan kering
Padi Gogo Jambu Mete Peternakan Sapi Peternakan Kambing Peternakan Ayam
Buras |
230 85 75 15 5 50 40 210 85 1233 |
November - Maret Agust - Sept April – Juli April – Agust Mei – Agust Nov – Maret Nov – April Jan - Des Jan - Des Jan - Des |
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan poloa tanam pada lahan sawah meliputi tanaman padi, jagung,
kedele dan bawang merah sedangkan pada lahan keing berupa padi gogo dan jagung
4.4. Sumber Daya Manusia
4.4.1. Jumlah Penduduk menurut umur
Umur salah satu
tolak
ukur keberhasilan kegiatanberusahatani. Petani yangmemilikiumuryangproduktif biasanya akan bekerja
lebih
baik dan lebih maksimal dibandingkan dengan
petani yang
sudah berusia tidak produktif.Umur petani akan mempengaruhi kemampuan
fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Untuk mengetahui tingkat umur
penduduk di Desa teke dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel
2 Jumlah Penduduk menurut umur
No |
Desa |
0-5 |
6-17 |
18-54 |
> 54 |
Total |
1 |
Teke |
365 |
391 |
260 |
190 |
1206 |
Sumber : Data Profil desa Teke 2022
Tabel 2
menunjukkan bahwa penduduk Desa Teke memiliki umur antara 0 s/d > 54 Tahun
dimana 651 orang termasuk kategori usia produktif dengan demikian diharapkan
mampu menjadi sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraan.
4.4.2. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan
pada diri seseorang.
Tingkat
pendidikan dapat
dikatakan sebagai pendidikan terakhir formal seperti SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi yang
pernah ditempuh
seseorang. Pendidikan dapat memberikan
pengaruh yang besar terhadap pola pikir seseorang.
Tabel 3
Data Penduduk Menurut Pendidikan Pendidikan
No
|
Desa
|
Jumlah
Penduduk
|
|||||
Belum/Tidak Sekolah |
SD |
SLTP |
SLTA |
Akademi |
Sarjana |
||
1 |
Teke |
365 |
611 |
180 |
280 |
10 |
40 |
Sumber : Profil Desa Teke 2022
Tabel 3
menujukkan bahwa penduduk Desa Teke cukup berpendidikan dimana penduduknya
pernah mengenyam pendidikan di bangku SD, SMP, SMA hingga perguruan Tinggi, hal
ini sangat perpengaruh terhadap proses adopsi inovasi pertanian.
4.4.3. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
Sebagian besar penduduk Desa Teke bermata pencaharian atau bekerja di
sektor pertanian. Klasifikasi penduduk
menurut mata pencaharian/pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Data Penduduk menurut Pekerjaan
No
|
Desa
|
Pekerjaan
|
||||
Petani |
Pekebun |
Peternak |
Nelayan |
Lain-lain |
||
1 |
Teke |
919 |
112 |
24 |
- |
60 |
Sumber : Profil Desa 2022
Secara penduduk Desa Teke bermata pencaharian sebagai
petani walaupun memiliki usaha lain seperti PNS, TNI/Polisi dan usaha
wiraswasta.
4.5. Karakteristik
Kelompok Tani
Jumlah kelompok tani yang sudah terbentuk di Desa Teke
terdapat 13 kelompok tani terdiri dari Kelompok usaha Padi, bawang Merah, Jambu
Mete, Sapi dan Bawang Goreng dengan Klasifikasi Lanjut dan Pemula seperti terlihat pada
tabel sebagai berikut:.
Tabel 5 data keadaan kelompok tani Desa Teke
NO |
Kelompok |
Keadaan |
||||
Tahun Berdiri |
Jumlah Anggota |
Jenis Usaha |
Ketua |
Klas |
||
1 |
La Rangga |
2008 |
20 |
Tanaman Pangan |
M. Jaya |
Pemula |
2 |
Tolo Ta’a |
1990 |
40 |
Tanaman Pangan |
H. Mustamin |
Lanjut |
3 |
La Mica |
1992 |
62 |
Tanaman Pangan |
H. Hamid Yunus |
Lanjut |
4 |
Ncai Sapa |
2008 |
36 |
Tanaman Pangan |
H. Abdolah |
Pemula |
5 |
Tolo Mango 1 |
2008 |
60 |
Tanaman Pangan |
Arassyiddin |
Pemula |
6 |
La Lembo |
2008 |
37 |
Tanaman Pangan |
Saifudin H. Yasin |
Pemula |
7 |
La Janga 1 |
1991 |
66 |
Tanaman Pangan |
H. Ibrahim |
Lanjut |
8 |
La Hope |
1992 |
65 |
Tanaman Pangan |
Abdurrahman |
Utama |
9 |
La Binggu |
2008 |
44 |
Tanaman Pangan |
Muh. Nasrullah |
Pemula |
10 |
Kawinda |
2008 |
34 |
Tanaman Pangan |
Ahmad |
Pemula |
11 |
Dana Rowa |
2008 |
39 |
Tanaman Pangan |
H.Arifin H. Anwar |
Pemula |
12 |
Dana Nggenda |
2008 |
37 |
Tanaman Pangan |
M. Jaidin |
Pemula |
13 |
Lewi Ndende |
2008 |
38 |
Tanaman Pangan |
Muhtar Abidin |
Pemula |
Jumlah |
578 |
Sumber : BPP Kecamatan
Palibelo 2022
4.6 Implementasi Rancangan Penyuluhan
4.6.1 Penetapan Materi
Materi penyuluhan yang
disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah Penanaman Padi sistem SRI, karena materi
tersebut merupakan sebuah inovasi baru yang memiliki keunggulan
secara teknis mudah dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan petani secara social
dapat diterima dan dari aspek lingkungan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan
tertuang dalam Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluhan BPP Kecamatan Palibelo
Kabupaten Bima Tahun 2022.
Hal ini
sesuai dengan amanat UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2, menyatakan
bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku
utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber
daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu
pengetahuan.
Menurut Mardikanto (2009), materi penyuluhan
pertanian adalah pesan –pesan yang ingin
disampaikan dalam komunikasi pembangunan, pesan yang diberikan kepada petani
dan dapat memecahkan masalah pokok penyuluhan pertanian yang mana: (1). Secara teknis dapat diterima oleh petani,
(2). Secara ekonomis dapat
dipertanggungjawabkan, dan (3).
Diinginkan secara sosiologi oleh masyarakat.
Soekartawi
(2008), mengatakan bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan
sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan
termotifasi untuk mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani
adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi,
pendapatan dan tingkat kesejahteraannya
Materi penyuluhan pertanian yang digunakan pada kajian
Penyuluhan disusun berdasarkan hasil kajiterap penanaman padi sistem SRI di Kelompoktani
Lajanga Desa Teke kecamatan Palibelo.
Materi penyuluhan pertanian disusun dalam bentuk sinopsis yang merupakan uraian singkat mengenai
teknik padi sistem tanam SRI dan untuk mempermudah pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu disusun
langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan kegiatan penyuluhan menyusun Lembar Persiapan Menyuluh (LPM).
4.6.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan
Tujuan
penyuluhan adalah untuk agar 65 % petani tahu dan mau menerapkan penanaman padi
sistem SRI.
Penetapan tujuan penyuluhan
penerapan penanaman padi sistem SRI sesuai dengan amant UU SP3K 2006 Pasal 3, menyatakan bahwa pengembangan
sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial yang meliputi : (1). Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan,
serta kehutanan yang maju dan modern, (2).
Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan
melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,
penumbuhan motivasi, potensi, peluang, peningkatan kesadaran, (3). Memberikan
kepastian hukum untuk terselenggaranya penyuluhan yang kondusif,
(4). Memberikan perlindungan, keadilan,
dan kepastian hukum, (5). Mengembangkan sumber daya manusia.
4.6.3 Penetapan Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan Metode
Tanam Pola SRI pada tanaman Padi adalah anggota kelompok
tani La janga Desa Teke Kecamatan Palibelo sebanyak
25 orang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa petani sasaran
belum memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap Metode Tanam Pola SRI pada
tanaman Padi.
Berdasarkan Undang-Undang SP3K Bab III Pasal 5, sasaran penyuluhan pertanian
adalah : (1). Pihak yang paling berhak
memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara, (2).
Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, (3). Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku
kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian,
perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
4.6.4 Penetapan Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan pada
penyuluhan Penanaman padi sistem SRI adalah metode Demonstrasi
Plot
yang dikombinasikan dengan temu lapang. Metode Demonstrasi Plot bertujuan untuk
meyakinkan materi penyuluhan sebelum disebarluaskan, sedangkan metode temu
lapang dilakukan pada saat panen dan pengambilan ubinan dimana petani sasaran
dapat melihat langsung hasil kaji terap dan mendapatkan informasi tentang
keunggulan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi.
Pemilihan
metode Demonstrasi Plot dan temu lapang diharapkan sasaran penyuluhan secara
partispatif dalam memahami dan memecahkan permasalahan sesuai dengan
kebutuhannya. Hal ini sesuai amanat Undang-undang
nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian dan kehutanan (SP3K)
dalam pasal 26, mengamanatkan bahwa penyuluhan dilakukan dengan pendekatan
partisipatif melalui metode penyuluhan yang disesuaikan dengan kebutuhan serta
kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.
4.6.5 Penetapan Media Penyuluhan
Media
yang digunakan pada penyuluhan Metode Tanam Pola SRI pada tanaman Padi
adalah menggunakan media forlder dan media, lahan budidaya. Penggunaaan media
tersebut berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMP
dianggap mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat.
4.6.6 Penatapan Evaluasi Penyuluhan
Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan petani adalah kuesioner sebanyak 25
(dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai1 (satu) dan salah diberi nilai 0 (nol). Sehingga jika jawaban benar semua maka
nilainya adalah 1x 25 = 25, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 0 x 25 = 0. dengan demikian akan diperoleh katagori :
-
0 s/d 7 kategori Pengetahuan Rendah
-
8 s/d 16 kategori Pengetahuan Sedang
-
17 s/d 25 kategori Pengetahuan Tinggi
Menurut
Ginting (2005), untuk mengukur pelaksanaan kegiatan menggunakan rumus
efektifitas peningkatan pengetahuan sebagai berikut :
1.
Target = Skor Maksimal x Jumlah Responden
2.
Pengetahuan sebelum penyuluhan (nilai tes awal)
3. Kesenjangan = Target - ∑ Nilai Tes Awal
4.
Pengetahuan setelah penyuluhan (nilai tes akhir)
5.
Peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal
6.
Efektifitas peningkatan
pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal x 100 %
Kesenjangan
Kriteria penentuan efektifitas
peningkatan pengetahuan, den efektifitas penyuluhan adalah sebagai berikut :
1. Efektif :
> 66,66 %
2. Cukup efektif :
33,33 – 66,66 %
3. Kurang efektif :
< 33,33 %
4.7 Pelaksanaan
Penyuluhan
4.7.1 Persiapan Penyuluhan
1. Koordinasi Lokasi Kegiatan
Lokasi pelaksanaan Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI yaitu
di kelompoktani La janga Desa Teke Kecamatan Monta pada lahan milik bapak bapak Ahmad selaku ketua kelompok tani dan bersedia menjadikan
lahan sawah untuk ditanami padi lahan Demonstrasi Plot sebagai media belajar pada kegiatan Penyuluhan penanaman padi sistem SRI.
Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena
dekat dengan jalan, sering dilalui dan mudah dalam pengawasan.
2. Pengadaan Alat dan bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan Penyuluhan penanaman padi sistem
SRI dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :.
Tabel 6. Alat dan bahan kegiatan Demonstrasi Plot
No |
Alat dan bahan |
Volume/Unit |
Kegunaan |
1 |
PUTS dan BWD |
1paket |
Uji Pupuk |
2 |
Hand traktor |
1 unit |
Pengolahan tanah |
3 |
Pacul |
1 unit |
Perbaikan pematang |
4 |
Benih padi |
5 kg |
Bibit padi |
5 |
Pupuk / Pestisida |
1 paket |
Saprodi |
3. Persiapan Alat tulis, LPM dan Media Penyuluhan
Lembar persiapan
menyuluh disusun sebagai dasar dan alur pelaksanaan kegiatan Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI, sedangkan
media yang digunakan adalah media folder dan diperbanyak sejumlah 25 exemplar
sesuai jumlah sasaran sebagai bahan bacaan dalam kegiatan penyuluhan.
Tabel 7 Media dan Alat Tulis
No |
Media dan Alat Tulis |
Jumlah |
Kegunaan |
1 |
Folder |
25 exp |
Bahan bacaan |
2 |
Kuisioner |
25exp |
Evaluasi penyuluhan |
3 |
Petlap |
25 exp |
Petunjuk teknis |
4 |
Buku tulis |
25 unit |
Membuat catatan |
5 |
Lembar Persiapan Menyuluh |
1 exp |
Tata urutan kegiatan |
4.7.2 Pelaksanaan Demonstrasi Plot
Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI meliputi kegiatan penanaman,
pemupukan, pengairan, pengendalian OPT dan panen dan pasca panen sesuai jadwal sebagai berikut :
Tabel 8 Jadwal Kegiatan Demplot
No |
Hari / Tanggal |
Kegiatan |
Keterangan |
1 2 3 4 5 6 |
12 januari 2023 20 januari 2023 05 Pebruari 2023 15 Pebruari 2023 28 April 2023 10 Mei 2023 |
Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pengendalian OPT Pengairan Panen dan Pasca panen |
Dibajak 2 kali diratakan Jarak tanam 25 cm x 25 cm Urea 50 kg, NPK 25 kg Pestisida nabati Berselang Umur 115 hari |
4.7.2 Pelaksanaan Temu Lapang
Temu Lapang dilakukan pada
saat panen dan pengambilan ubinan untuk memberikan informasi tentang teknologi yang dihasilkan pada kegiatan
Demonstrasi Plot penanaman padi sistem SRI oleh penyuluh
dan petani pelaksana Demplot untuk memperoleh umpan balik dari petani
sasaran sehingga terjadi perubahan prilaku petani dalam mengadopsi teknologi
penanaman padi sistem SRI
Urutan dan langkah kegiatan temu
lapangan sebagai berikut :
· Pembukaan
Ketua kelompok
menjelaskan topik dan tujuan kegiatan serta alur kegiatan.
· Penyuluhan oleh Peneliti / Penyuluh
Penyuluh
membagikan folder dan menjelaskan hasil Demonstrasi Plot penanaman padi sistem
SRI
· Evaluasi
Memberikan
kesempatan bertanya, Mengecek serapan materi
· Penutup
Menyampaikan kesimpulan
4.7.3 Hasil Demonstrasi Plot Penanaman
Padi sistem SRI.
Untuk
mengetahui produksi padi dengan penanaman padi sistem SRI dibanding cara petani dapat dilihat pada
tabel 9:
Tabel
9
Keadaan tanaman Demplot
No |
Keadaan
tanaman |
SRI |
Non SRI |
1 |
Tinggi
Tanaman (cm) |
102 |
98 |
2 |
Jumlah anakan
(rumpun /m²) |
26 |
18 |
4 |
Produksi
(ton/0.20 Ha) |
1.7 |
1.37 |
Sumber : data diolah 2023
Dari
tabel 9
diatas menunjukkan perbedaan antara perlakuan pada lahan demplot
penanaman padi
sistem SRI dibanding non SRI. Produksi padi yang menerapkan pola
tanam SRI mencapai 1,7 ton GKP atau sekitar 6,8 ton / Ha sedangkan produksi pada
lahan petani Non SRI hanya mencapai 1,37 ton GKP atau 5,5 ton / Ha. Perbedaan produksi padi
dipengaruhi teknologi diterapkan pada sistem tanam SRI adalah jumlah anakan yang lebih tinggi dibanding non SRI
Mutakin, 2012
menyatakan System of Rice
Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan
produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan
unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar
50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Selain dengan menerapkan
metode SRI, usaha peningkatan produktivitas padi juga dapat dilakukan dengan
menerapkan sistem tanam jajar legowo. Menurut Suhendra (2008), sistem tanam
jajar legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar
rumpun maupun antar barisan, sehingga tidak terjadi pemadatan rumpun di dalam
barisan dan memperlebar jarak. antar barisan. Penerapan jajar legowo bertujuan
untuk membuat jarak tanam padi menjadi lebih lebar di beberapa bagian, dengan
jarak tanam yang lebar maka sinar matahari yang ditangkap oleh tanaman akan
menjadi lebih banyak.
Dengan mengkombinasikan
metode tanam SRI dengan sistem tanam jajar legowo, diharapkan dapat menciptakan
suatu kondisi iklim mikro yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi.
Menurut Arafah (2006), faktor yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman
adalah pengaruh iklim mikro seperti energi penyinaran dalam bentuk panas dan
cahaya, kelembaban relatif, dan suhu udara.
Hal ini sesuai pendapat Aribawa, 2012. bahwa prinsip
sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan cara
mengatur jarak tanam. Selain itu, sistem tanam tersebut memanipulasi lokasi
tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi menjadi taping (tanaman pinggir)
lebih banyak. Tanaman padi yang berada dipinggir umumnya menghasilkan produksi
lebih tinggi dan kwalitas gabah lebih baik. Sedangkan menurut Sembiring (2001),
dalam Abdulrahman, dkk (2013), sistem tanam legowo
merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan
dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut: Terdapat ruang
terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan
memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi sehingga
meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan
produktivitas tanaman.
4.8 Evaluasi
Penyuluhan
5.8.1 Evaluasi Pengetahuan
Peningkatan pengetahuan petani
mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan
petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan
pengetahunnya. Evaluasi
penyuluhan dilaksanakan sebelum dan sesudah penyuluhan.
Tabel 10 Peningkatan Pengetahuan Petani
Kategori |
Skore maksimal |
Free Test |
Post Test |
Peningkatan |
||||
Jml Resp |
Skor |
% |
Jml Resp |
Skor |
% |
% |
||
0 - 7 |
500 |
4 |
23 |
4,6 |
0 |
0 |
0 |
|
8 s/d 16 |
500 |
16 |
167 |
33,4 |
7 |
104 |
29 |
|
17 - 25 |
500 |
0 |
0 |
0 |
13 |
265 |
55 |
|
|
500 |
20 |
190 |
38 |
20 |
369 |
74 |
36 |
Sumber : Data diolah, 2023
Tabel 10 menunjukkan bahwa
hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap Penanaman padi sistem SRI sebelum
dilakukan penyuluh memperoleh skore 190 (38%) dan setelah dilakukan penyuluhan pengetahuan
sasaran meningkat dengan skore 369 (74)% kategori pengetahuan tinggi yaitu
peningkatan sebesar 36%. Peningkatan pengetahuan petani sasaran
dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan
penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem
serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan.
5.5
Rencana Tindak Lanjut.
Pelaksanaan penyuluhan Penanaman
padi sistem SRI di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima telah
memberikan dampak positif terhadap produksi dan peningkatan pengetahuan serta
sikap petani padi sawah maka diperlukan upaya diseminasi informasi dan
teknologi secara luas baik pada tingkat BPP Kecamatan Palibelo
maupun
tingkat Kabupaten Bima.
Tabel
11
Rencana Tindak lanjut (RTL)
No |
Kegiatan |
Tujuan |
Sasaran |
Metode |
Waktu |
Lokasi |
Biaya |
Pelaksana |
1 |
Lapor Kepala Dinas |
Melaporkan dan Mengusulkan kegiatan Sekolah Lapang pemupukan padi
sawah berdasarkan Penanaman padi sistem SRI |
Kepala Dinas |
Diskusi |
Juli 2023 |
Ruangan Kadis |
BOP Penyuluh - |
Kepala BPP |
2 |
Konsultasi dengan Koordinator Jabatan Penyuluh Pertanian |
Agar penerapan teknologi pemupukan padi sawah berdasarkan Penanaman padi
sistem SRI dapat dijadikan
sebagai materi penyuluhan pada Programa Penyuluhan Pertanian |
Kordinator KJF
Penyuluh Kabupaten Bima |
Diskusi |
Juli 2023 |
Ruangan KJF |
BOP Penyuluh |
Kepala BPP |
3 |
Sosialisasi di Tingkat BPP Kecamatan Palibelo |
Agar PPL Kecamatan Palibelo dapat melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemupukan padi
sawah berdasarkan Penanaman padi sistem SRI |
PPL |
Ceramah dan
Presentase |
Agustus 2023 |
Ruang pertemuan |
BOP Penyuluh |
Kepala BPP |
4 |
Bimtek sistem SRI |
Agar PPL memiliki
kompetensi dalam mengkomunikasikan pemupukan padi sawah berdasarkan Penanaman
padi sistem SRI |
18 BPP |
Bimtek |
Agustus 2023 |
Ruang pertemuan BPP |
APBD II |
Kabid Penyuluhan |
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1.
Penyusunan Rencana Penyuluhan
Penanaman Padi
sistem SRI
di Desa Teke Kecamatan. Palibelo
Kabupaten Bima adalah meliputi Materi penyuluhan Penanaman Padi sistem SRI, Tujuan penyuluhan agar 65 %
petani tahu dan mau menerapkan penanaman padi sistem SRI. Sasaran penyuluhan adalah anggota kelompok tani La janga Desa Teke Kecamatan Palibelo sebanyak 25 orang, Metode
yang digunakan adalah metode Demonstrasi Plot yang
dikombinasikan dengan temu lapang. Media penyuluhan
menggunakan media forlder dan media, sesungguhnya Evaluasi yang digunakan adalah
evaluasi pengetahuan menggunakan kuisioner sebanyak 25 soal
2.
Pelaksaanaan Penyuluhan penanaman padi sistem SRI di Desa Teke Kec. Palibelo Kab. Bima. Pelaksanaan Penyuluhan meliputi kegiatan Persiapan Penyuluhan dengan melakukan kordinasi, pengadaan alat dan bahan, pelaksanaan
demplot, temu lapang, penyampaian materi diskusi dan evaluasi.
3. Hasil evaluasi
pengetahuan petani tentang Penanaman padi sistem SRI sebelum
dilakukan penyuluhan memperoleh skore 190 (38%) dan setelah dilakukan penyuluhan pengetahuan
sasaran meningkat dengan skore 369 (74)% kategori pengetahuan tinggi yaitu
peningkatan sebesar 36%.
4.2 Saran
1. Kiranya teknologi teknologipemupukan
berdasrkan Penanaman padi sistem SRI pada tanaman padi dapat dijadikan
informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia yang sedang langka,
serta bisa menjadi peluang
agribisnis untuk dapat
dikembangkan
2. Kepada para penyuluh dan BPP (Balai Penyuluhan
Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan
pertanian lebih mengarah pada pengembangan pertanian yang menguntungkan
3. Kepada pemerintah kiranya dapat melakukan
pengembangan gerakan pertanian yang lebih luas melalui stimulus baik melalui
bantuan sarana prasaran benih pupuk dan pelatihan maupun demonstrasi farmer dan
demonstrasi area sehingga dapat mensukseskan gerakan pertanian Penanaman padi
sistem SRI
Komentar
Posting Komentar