PENERAPAN METODE KAJI TERAP PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BATANG TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN TRICODERMA

 

JURNAL ILMIAH

 

 


PENERAPAN METODE KAJI TERAP

PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BATANG

 TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN TRICODERMA

DI KECAMATAN LANGGUDU KABUPATEN BIMA

.

 

Sri Uniyati, Yudi Rustandi dan Ma’ruf

Juli 2023

 

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2023

 

RINGKASAN

 

         Komoditi jagung merupakan sebagai sumber mata pencaharian utama petani setelah tanaman padi di Kecamatan Langgudu dan telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani. Luas Tanam jagung di Kecamatan Langgudu  886 ha yang ditanam dilahan tegalan pada musim hujan dan lahan sawah dengan total Produksi 5196 Ton Jagung pipilan kering atau setara dengan 6 Ton /ha jagung pipilan kering

            Tanaman jagung yang diusahakan pada musim hujan sering di serang oleh penyakit busuk batang sehingga menyebabkan kerugian bagi petani. Selama ini petani dalam mengendalikan penyakit selalu mengandalkan penggunaan pestisida kimia dengan harga yang cukup tinggi.

         Guna memecahkan masalah tersebut mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau Politeknik Pemabangunan pertanian Malang perlu melakukan pengkajian dan penyuluhan yang berjudul “ Penerapan Metode Kaji Terap Pembuatan dan Aplikasi tricoderma sebagai Pengendali Penyakit Busuk Batang Tanaman Jagung di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.  

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui cara menyusun desain / perancangan penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma, untuk mengetahui cara melaksanakan penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma, untuk mengetahui cara melakukan evaluasi penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.

Rancangan penyuluhan disusun untuk menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan kepada sasaran berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah,  kaji terap  dilakukan di poktan Sera Nae. Sasaran penyuluhan  adalah petani jagung di Desa Laju sebanyak 30 orang dan belum memiliki pengetahuan dan sikap terhadap pembuatan dan aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung. Tujuan penyuluhan adalah agar 65 % petani mengetahui dan mau menerapkan teknologi trikoderma, sp pada tanaman jagung. Materi penyuluhan adalah aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung. Metode penyuluhan adalah metode kaji terap yang dikombinasikan dengan metode temu lapang dan ceramah sedangkan teknik penyuluhan dilakukan melalui pendekatan kelompok. Media penyuluhan dalam rancangan penyuluhan adalah media folder dan media sesungguhnya.

Pelaksanaan penyuluhan meliputi persiapan dengan melakukan koordinasi baik dengan anggota kelompok maupun pihak lain tentang lokasi dan jadwal kegiatan, pelaksanaan penyuluhan berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) meliputi Pembukaan oleh Ketua kelompok, Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh / peneliti. Berbagi pengalaman oleh Petani pelaksana kaji terap. Melakukan Tanya jawab, Penutup dan menyimpulkan.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan 20 % katergori pengetahuan sedang dan 80% kategori pengetahuan tinggi sedangkan hasil evaluasi sikap menunjukkan 67% petani memiliki sikap positif dan 33 % petani yang memiliki sikap negatif terhadap aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Komoditi jagung merupakan sebagai sumber mata pencaharian utama petani setelah tanaman padi di Kecamatan Langgudu dan telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani. Luas Tanam jagung di Kecamatan Langgudu  886 ha yang ditanam dilahan tegalan pada musim hujan dan lahan sawah dengan total Produksi 5196 Ton Jagung pipilan kering atau setara dengan 6 Ton /ha jagung pipilan kering.(BPP Langgudu, 2021)

            Dari data tersebut menunjukkan bahwa Produktivitas rata-rata Jagung di Kecamatan Langgudu masih rendah dibanding hasil kaji terap uji varietas yang dilakukan KJF Penyuluh Pertanian Kabupaten Bima Tahun 2022 di Desa Mbawa Kecamatan Donggo bahwa produksi jagung varietas Bisi 18 mencapai 8,28 Ton BK/Ha, Pioner 35 mencapai 8,12 Ton BK/Ha, ADV Jos mencapai 10,62 Ton BK/Ha dan BK 6501 mencapai 9,68 Ton BK/Ha.(Sriyanto, 2022)

         Rendahnya rata-rata produktivitas komoditi jagung di Kecamatan Langgudu karena belum mengadopsi inovasi teknologi budidaya jagung yang baik dan benar seperti teknologi pemupukan, pergantian varitas dan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Selain itu Tanaman jagung yang diusahakan pada musim hujan sering di serang oleh penyakit busuk batang sehingga menyebabkan kerugian bagi petani. Selama ini petani dalam mengendalikan penyakit selalu mengandalkan penggunaan pestisida kimia dengan harga yang cukup tinggi.

            Dalam rangka percepatan diseminasi informasi teknologi peningkatan produksi Jagung di Kabupaten Bima penyuluh pertanian dan petani harus memiliki kemampuan / kompetensi tentang pengendalian organisme pengganggu tanaman dalam hal ini serangan penyakit busuk batang pada tanaman jagung perlu dilakukan penyuluhan tentang teknik pengendalian penyakit busuk batang menggunakan trikoderma sebagai pengendali hayati.

            Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Langgudu dalam percepatan diseminasi informasi inovasi pengendalian penyakit busuk batang jagung telah melakukan penyuluhan tentang pemanfaatan trikoderma sebagai pengendali hayati belum mampu merubah prilaku petani karena teknologi trikoderma dianggap rumit untuk dilaksanakan dan secara ekonomi merugikan, hal ini disebabkan pelaksanaan penyuluhan belum menggunakan materi yang menguntungkan secara ekonomi dengan metode dan media yang sesuai dengan keadaan sasaran.

            Guna memecahkan masalah tersebut mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau Politeknik Pemabangunan pertanian Malang perlu melakukan pengkajian dan penyuluhan yang berjudul “ Penerapan Metode Kaji Terap Pembuatan dan Aplikasi tricoderma sebagai Pengendali Penyakit Busuk Batang Tanaman Jagung di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.  

 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana menyusun desain / perancangan penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima ?
  2. Bagaimana melaksanakan penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima ?
  3. Bagaimana melakukan evaluasi penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima ?

Tujuan

  1. Untuk mengetahui cara menyusun desain / perancangan penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima
  2. Untuk mengetahui cara melaksanakan penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima
  3. Untuk mengetahui cara melakukan evaluasi penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan tricoderma di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.

Kegunaan

  1. Sebagai bahan informasi dalam menetapkan materi penyuluhan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi dan memberikan keuntungan secara ekonnomi dan lingkungan
  2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam perencanaan penyuluhan tentang pengendalian penyakit busuk batang pada tanaman jagung

METODE PELAKSANAAN

 

Lokasi dan Waktu

            Kegiatan pelaksanaan kajian dilaksanakan di lokasi lahan kelompok tani Sera Na’e Desa Laju Kecamatan Langgudu dilaksanakan pada bulan Januari 2023 s/d Mei 2023 dengan pertimbangan bahwa pada musim tersebut sering terjadi serangan penyakit busuk batang. Sedangkan pelaksanaan penyuluhan dilakukan pada bulan Mei 2023 saat panen tanaman jagung.

Metode Kajian

Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mendapatkan rekomendasi teknologi Pembuaatan dan Aplikasi tricoderma untuk pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung di kelompok tani Sera Na’e Desa Laju Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima menggunakan metode kaji terap. Metode Kaji Terap  dipilih untuk mendapatkan rancangan penyuluhan Pembuatan dan Aplikasi tricoderma untuk pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung menggunakan metode kajian kaji terap, sedangkan untuk mengetahui pengetahun dan sikap petani setelah melaksanakan penyuluhan menggunakan analisis Deskriptif Kuantitatif.

Metode Peranncangan Penyuluhan

Guna mendukung keberhasilan program pembangunan pertanian tidak terlepas dari upaya peningkatan kapasitas pelaksana pembangunan pertanian melalui penyuluhan sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia sehingga perlu dirancang kegiatan penyelenggaraan penyuluhan berdasarkan potensi wilayah dan agroekosistem serta kendala yang dihadapi melalui penyusunan desain penyuluhan yang sesuai kondisi teknis, ekonomi dan sosial yang dapat digunakan dalam menetapkan materi, tujuan, sasaran, media, metode dan evaluasi penyuluhan.

Keberhasilan pelaksanaan program tersebut tidak terlepas dari ketepatan/kesesuain pemilihan aspek-aspek penyuluhan diantara adalah: lokasi, waktu, tujuan penyuluhan, sasaran, materi, metode, media, penyuluh /komunikator, serta frekuensi pelaksanaan. Adapun pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar dalam pemilihan dan penetapan aspek penyuluhan yang sesuai antara lain:

.Lokasi Penyuluhan

Tahapan pemilihan dan penetapan lokasi penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1) alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan, 3) prosedur pemilihan dan penetapan.

Waktu Pelaksanaan Penyuluhan

Tahapan pemilihan dan penetapan waktu pelaksanaa penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1) alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan, 3) prosedur pemilihan dan penetapan.

Tujuan Penyuluhan

Tujuan Penyuluhan ditetapkan berdasarkan rumus ABCD atau SMART.

Sasaran Penyuluhan

Tahapan pemilihan dan penetapan waktu pelaksanaa penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1) alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan, 3) prosedur pemilihan dan penetapan.

Materi Penyuluhan

Tahapan pemilihan dan penetapan materi penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1) alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan, 3) prosedur pemilihan dan penetapan. Selanjutnya pemilihan media penyuluhan di Desa Laju juga menggunakan matrik pemilihan materi penyuluhan.

Faktor-faktor penentu pada pemilihan materi penyuluhan dalam matriks terdiri dari karateristik sasaran, tujuan penyluhan, media yang dugunakan, pendeakatan psikologi, dan tingkat adopsi. Selanjutnya penyusunan materi penyuluhan yaitu dalam bentuk Synopsis (Lampiran ... ).

Media Penyuluhan

Tahapan pemilihan dan penetapan media penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1) alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan, 3) prosedur pemilihan dan penetapan. Selanjutnya pemilihan media penyuluhan di Desa Laju juga menggunakan matrik pemilihan media penyuluhan. (Lampiran ... ).

Faktor-faktor penentu pada pemilihan media penyuluhan dalam matriks terdiri dari jenis-jenis media, tujuan penyluhan, media yang dugunakan, pendeakatan psikologi, dan tingkat adopsi.  Proses penerapan media sebagai berikut : 1) disesuaikan dengan karakteristik sasaran. 2) jenis media yang disiapkan sesuai dengan kondisi sasaran, kondisi lapangan, tujuan. Sedangkan penggunaan media memperhatikan: 1). Standart teknis dan penggunaan media. 2) Disesuaikan dengan materinya.

Penetapan Metode Penyuluhan

Tahapan pemilihan dan penetapan metode dan teknik penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1) alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan, 3) prosedur pemilihan dan penetapan.

Selanjutnya pemilihan metode dan teknik penyuluhan di Desa Laju juga menggunakan matriks pemilihan metode penyuluhan. Pertimbangan pemilihan metode dalam matriks terdiri dari karateristik sasaran, tujuan penyuluhan, materi, media yang dugunakan, pendeakatan psikologi, dan tingkat adopsi

Pada penerapan metode penyuluhan pertanian harus memperhatikan teknik menggunakan metode. Penetapan metode penyuluhan dipilih berdasarkan materi yang disuluhkan, media yang digunakan, tujuan penyuluhan, serta karakteristik sasaran. Rancangan penerapan metode akan dituangkan dalam bantuk Lembar Persiapan Menyuluh/LPM

Penetapan Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi yang dilakukan pada penyuluhan adalah untuk mengetahui aspek teknis dan aspek ekonomi usaha tani Jagung dengan aplikasi trikoderma, spsebagai berikut :

1.      Aspek Teknis meliputi produksi tanaman jagung yang yang diaplikasikan menggunakan tricoderma dibanding tanaman jagung yang tidak daplikasikan dengan tricoderma

2.      Aspek ekonomi meliputi biaya produksi, nilai jual, pendapatan petani yang menerapkan teknologi pengendalian penyakit jagung menggunakan trikoderma dibanding petani yang tidak menerapkan teknologi pengendalian penyakit jagung menggunakan trikoderma

3.      Aspek sosial meliputi pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi pengendalian penyakit jagung menggunakan trikoderma

Metode Kajian Evaluasi

 Evaluasi  pelaksanaan penyuluhan dilakukan setelah penyuluhan dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan petani pembuatan dan aplikasi tricoderma pada tanaman jagung. Evaluasi ini didesain sebagai berikut:

1.      Tempat dan Waktu

Lokasi pelaksanaan evaluasi penelitian di Kelompoktani Wilayah Binaan BPP Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara  Barat. Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 2 Januari 2022 sampai dengan tanggal 23 Mei 2023.

2.      Objek Evaluasi

Objek evaluasi merupakan segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan. Menurut Arikunto S. (2014) objek evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi.

Pada evaluasi pengetahuan dan sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi tricoderma pada tanaman jagung

3.      Tujuan Evaluasi

Merumuskan tujuan evaluasi penting dilakukan dalam rangka menyelaraskan dengan tujuan program, sehingga arah dari kegiatan evaluasi dapat diketahui sehingga evaluasi tidak kehilangan arti dan fungsinya. Dalam evaluasi ini tujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi tricoderma pada tanaman jagung

4.      Model Evaluasi

Model evaluasi yang digunakan dalam evaluasi pengetahuan dan sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi tricoderma pada tanaman jagung  adalah evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif digunakan untuk mengetahui pencapaian secara keseluruhan hasil kegiatan yang direncanakan atau mengukur kinerja akhir objek evaluasi (Wirawan, 2016). Model evaluasi ini digunakan adalah untuk mengungkapkan pencapaian tujuan program.

Penetapan Metode Kaji Terap

Pemilihan metode penyuluhan pertanian kaji terap yang digunakan dalam kajian Pembuatan dan aplikasi tricoderma pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung dan meningkatkan kemampuan petani jagung dalam memilih paket teknologi pengendalian penyakit yang telah direkomendasikan sebelum didemonstrasikan dan atau dianjurkan. Pelaksananya adalah kontaktani-nelayan yang dilakukan di lahan usahatani-nelayan dengan bimbingan penyuluh pertanian.

Adapun langkah-langkah kaji terap yang sesuai dengan kajian ilmiah sebagai berikut :

1)      Kaji Terap

Kaji terap adalah metode penyuluhan pertanian yang digunakan dalam kajian Pembuatan dan aplikasi tricoderma pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung sehingga diperoleh paket teknologi yang direkomendasikan sebelum didemonstrasikan dan atau dianjurkan. Pelaksananya adalah kontaktani-nelayan yang dilakukan di lahan usahatani-nelayan dengan bimbingan penyuluh pertanian.

2)      Tujuan

a.       Meyakinkan petani jagung bahwa Paket Teknologi  pembuatan dan aplikasi trikoderma pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung adalah paket yang paling sesuai  dengan kebutuhan dan kemampuan serta kondisi usahatani dan kondisi sosial  ekonomi  petani-nelayan  di  wilayah  dimana  kaji  terap dilaksanakan.

b.      Mempercepat penyebaran informasi paket teknologi pembuatan dan aplikasi trikoderma pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung yang telah direkomendasikan secara umum.

3)      Pemantauan dan Evaluasi

a.       Pemantauan

 Untuk  mengetahui  perkembangan  pelaksanaan  lapangan, permasalahan dan hasil kaji terap yang dilakukan pemantauan oleh Peneliti secara teratur. Pemantauan perkembangan penyelenggaraan dan pelaksanaan dilakukan mulai dari tingkat lapangan/ kelompok. Pemantauan  oleh Peneliti dapat dilakukan melalui pengamatan lapangan  secara  langsung selama pelaksanaan kaji terap atau menganalisa data dan laporan yang diterima dari pelaksana kaji terap pembuatan dan aplikasi tricoderma pada tanaman jagung

a)      Evaluasi

 Evaluasi kaji terap dilakukan dengan menggunakan Metode Observasi / Pengamatan dan Wawancara, Evaluasi dapat dilakukan selama kegiatan berlangsung dan pada waktu kegiatan telah selesai. Hal-hal yang dievaluasi adalah Aspek Teknis, aspek Ekonomi, dan Aspek Sosial, dalam pembuatan dan aplikasi tricoderma pada tanaman jagung, serta dampak dari penerapan teknologi tersebut terhadap produktifitas usaha tani serta pendapatannya.

b)      Frequensi Penyuluhan

Tahapan pemilihan dan penetapan frequensi penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1) alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan, 3) prosedur pemilihan dan penetapan.

c)      Penyuluh

Penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya agar sadar bahwa menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri. Tahapan persiapan dan pelaksanaan penyuluh melaksanakan kegiatan penyuluhan berdasarkan perannya sebagai : 1) komunikator, 2) Motivator, 3) Fasilitator, 4) Inovator dan 5) Konsultan agribisnis.

Pelaksanaan Kaji Terap

A.Materi Kaji Terap

1.      Materi harus mempunyai dampak pada pemecahan masalah, peningkatan dan pengembangan usaha buudidaya jagung yang lebih produktif dan ekonomis dengan aplikasi trikoderma

2.      Materi berasal dari hasil penelitian /pengkajian/ telaahan peneliti,  penyuluh  atau  teknologi  baru yang  dihasilkan petani tentang pembuatan dan aplikasi trikoderma pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung.

B.     Lokasi kaji terap :

   Lokasi kaji terap penerapan aplikasi trikoderma dilaksanakan dilahan kelompok tani Sera Na’e Di Desa Laju, Kecamatan Langgudu,

C.     Pelaksana kaji terap :

1.    Petani pelaksana kaji terap aplikasi trokoderma adalah bapak Jamaluddin selaku ketua kelompoktani sera Nae Desa laju Kecamatan Langgudu

2.    Mampu bekerjasama dengan para penyuluh/peneliti baik dalam menyelenggarakan kaji terap maupun dalam penyebarluasan hasilnya.

D.Urutan Kegiatan

1.      Persiapan

Perencanaan kaji terap Pembuatan dan aplikasi trikoderma pada tanaman jagung yang meliputi penetapan materi, demonstrator, lokasi, pembimbing, jadwal kegiatan serta pembiayaan.

 

2.      Pelaksanaan

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah bahan pembuatan Tricoderma (nasi, beras, tanah subur dibawah rumpun bambu), gula pasir, air , benih jagung Varietas bisi 18, pupuk Kompos, Urea, SP-36, KCL, Pestisida (herbisida Round up dan Kalaris, Fungisida Antrakol). Alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah seperangkat, timbangan,  meteran, papan nama, alat tulis, penggaris dan alat penunjang lainnya (handsprayer, pacul, parang).

3.             Langka kerja     

Cara yang dilakukan dalam kajian Aplikasi Tricoderma sebagai pengendali penyakit busuk batang pada tanaman jagung dengan sumberdaya yang tersedia dan sistem pertanaman yang dilaksanakan diantaranya :

a.       Lahan dibersihkan dari tanggul-tanggul dan semak

b.      Lahan disemprot dengan di semprot menggunakan herbisida Round Up.

c.       Lahan dibuat alur tanam dengan jarak antar alur 80cmx40cm.

d.      Tebarkan pupuk kandang /kompos yang sudah di campur tricoderma pada alur

e.       Benih di rendam dengan tricoderma cair selama 15 menit baru ditanam.

f.       Benih jagung ditanam dalam larikan dengan jarak 10 cm sedalam 3 cm lalu ditutup tanah tipis.  .

g.      Umur 15 hari setelah tanam dilakukan penyemprotan herbisida kalaris untuk mengendalikan gulma purna tumbuh.

h.      Pemupukan dilakukan dua kali umur 20 hari setelah tanam dan umur 35 hari setelah tanam dosis Urea (100 kg /ha dan 150 kg/ha)

i.        Penyemprotan tricoderma cair dilakukan setiap 10 hari sampai umur 40 hari..

j.        Pengamatan dilakukan dilakukan setiap 15 hari dimulai sejak tanam. Paramater yang diamati adalah  tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah daun masa produktif.

Metode Evaluasi Penyuluhan

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan konsentrasi pada studi perkembangan. Menurut Sukmadinata, N. S,  (2011),  studi perkembangan bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya.

1). Evaluasi Pengetahuan

Alat analisis tingkat pengetahuan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif menggunakan kategori dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai 1 (satu) dan salah diberi nilai 0 (nol). Sehingga jika jawaban benar semua maka nilainya adalah1 x 20 = 20, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 0 x 20 = 0. dengan demikian akan diperoleh katagori : 3 kategori sebagai berikut : 0-6 (pengetahuan rendah), 7-13 (pengetahuan sedang) 14-20 (pengetahuan tinggi)

Rentangan skor =  

2).Evaluasi Sikap

            Pengukuran sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi tricoderma pada tanaman jagung dalam evaluasi ini menggunakan skala ordinal, dengan penyataan

Sangat Setuju (SS),

Setuju (S),

Ragu (R),

Tidak Setuju (TS)

dan Sangat Tidak Setuju (STS).

= 5

= 4

= 3

= 2

= 1

 

Setelah data terkumpul jumlah jawaban responden dijumlahkan dan dihitung menggunakan skala likert untuk mengetahui mean T(MT) sebagai berikut

MT = (∑T)/n

Dimana : MT = Mean T

∑T = Jumlah rata-rata

n.  = Jumlah responden

Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok dimana responden itu termasuk.  Perbandingan relative ini akan menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorable dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. 

Agar perbandingan itu menjadi punya arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti kita harus mengubah skor individual menjadi skor standar.

Salah satu skor standar yang digunakan dalam skala likert adalah skor T, yaitu :

X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

= Mean Skor kelompok

s = Deviasi standar skor kelompok

Pengambilan kesimpulan didasarkan pada nilai skor T, jika total skor responden lebih kecil dari 50 maka responden tersebut memiliki sikap negative (unfavorable) dan jika sokre responden lebih besar atau sama dengan 50  maka responden memiliki sikap positif terhadap penggunaan Pengendalian penyakit busuk batang pada tanaman jagung menggunakan trikoderma.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan TA meliputi: Data populasi, teknis budidaya jagung, jumlah luas lahan, kelembagaan tani, Data  tersebut berupa data primer dan data Sekunder.

Data primer daapat diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner atau format berupa data karakteristik sasaran seperti umur, pendidikan, luas lahan, lama usaha sedangkan data sekunder merupakan data yang sudah diolah bersumber dari lembaga desa,  kecamatan seperti data potensi / keadaan wilayah, keadaan kelembagaan.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut ::

a.       Aspek Teknis

Menggunakan Format / tabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah populasi, jumlah tanaman yang terserang, Produksi jagung

b.      Aspek Ekonomi

Menggunakan format analisis biaya produksi dan pendapatan usaha tani padi.

c.         Aspek Sosial

Aspek sosial menggunakan kuisioner mengenai pengetahuan dan sikap petani.

Instrumen dan Kuisioner

Instruumen

 Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, pedoman wawancara dan form pengumpulan dokumen. Kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi  dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui Arikunto (2006).

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani dan sikap petani dalam menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi trikoderma pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung.

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan

Dimensi

Indikator

Butir

 Tahu.

1.    Responden tahu gejala serangan penyakit busuk batang jagung

2.    Responden tahu penyebab penyakit busuk batang jagung

3.    Reponden tahu cara penularan penyakit busuk batang jagung

4.    Responden tahu kondisi lingkungan yang sesuai penularan penyakit

5.    Responden tahu manfaat trikoderma

1,2,3,4,5

Memahami. 

6.    Responden paham cara pengendalian penyakit busuk batang konsep PHT

7.    Respponden paham pengendalian penyakit secara hayati

8.    Responden paham  cara pengendalian penyakit busuk batang dengan trichoderma sp

6,7,8

Aplikasi.

 

9.    Responden dapat mengaplikasikan  trikoderma

10.              Responden dapat memperoleh bahan-bahan pembuatan trichoderma

11.              Responden dapat menentukan keberhasilan aplikasikan trichoderma

12.              Responden dapat mengaplikasikan tricoderma pada tanaman jagung

9.11.12

Analisis.

13.  Responden menganalisis keuntungan aplikasi trichoderma

14.  Responden dapat merencanakan pembuatan trichoderma

15.  Responden dapat melatih cara pembuatan trichoderma

13,14,15

Sintesis.

16.  Responden dapat memperbanyak trichoderma

17.  Responden dapat memfasiltasi pembuatan dan aplikasi trichodema pada petani lain

16,17

Evaluasi.

 

18.              Responden dapat membandingkan aplikasi trichoderma dengan pestida kimia

19.              Responden dapat menyimpulkan keunggulaan aplikasi trikoderma

20.              Responden dapat melakukan uji coba aplikasi trichoderma

18,19,20

 

Tabel 3 Kisi-kisi kuisioner Sikap

Dimensi

Indikator

Butir

 Menerima

1.      Responden mau mengaplikasikan trikoderma

2.      Reponden mau mengendalikan penyakit dengan konsep PHT

1,2,

Merespon

3.      Responden tertarik dengan trichoderma sangat sederhana

4.      Responden berminat karena bahan sangat mudah

2,4

Menilai

 

5.      Responden meyakini penggunaan ttrichoderma  hemat biaya

6.      Responden mau memprakarsai gerakan pemanfaatan tricchoderma

5,6

mengelola

7.      Responden mau mempertahankan pengendalian penyakit dengan trickhoderma

8.      Responden mengelola usaha pembuatan trichoderma

7,8

Karakteristik  

9.      Responden dapat memperbanyak trichoderma

10.  Responden dapat memfasiltasi pembuatan dan aplikasi trichodema pada petani lain

9,10

 

Kuesioner

            Berdasarkan instrumen yang telah disusun maka dapat dibuat kuesioner pengetahuan dan sikap dapat diliihat pada lampiran 5.

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam kajian ini diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel frekuensi/tabulasi dan disajikan dalam bentuk deskriptif.

1.    Aspek Pengetahuan

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani adalah kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai 1 (satu) dan salah diberi nilai 0 (nol). Sehingga jika jawaban benar semua maka nilainya adalah 1 x 20 =20, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 0 x 20 = 0. dengan demikian akan diperoleh katagori :

Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani maka digunakan analisis deskriptif rata-rata (mean) dengan menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor tanpa denda  menurut Widoyono (2012)

Sk = B

Keterangan :

Sk = Skor yang diperoleh peserta.

B = Jumlah jawaban benar.

Setelah skor dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu

·         Kategori 0-6     Pengetahuan Rendah

·         Katergori 7-13 Pengetahuan Sedang

·         Kategori 14-20.  Pengetahuan Tinggi

2.        Evaluasi Sikap

Evaluasi sikap yang dilakukan menggunakan skala likert (Azwar (2013), yakni variabel yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dan dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang dapat diukur. Berdasarkan indikator-indikator tersebut kemudian dibuat pernyataan atau pertanyaan sebanyak 10 pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan  sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Pernyataan Positif:

Sangat Setuju                    (SS) = 5

Setuju                                (S) = 4

Netral                                (N) = 3

Tidak Setuju                       (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju         ( STS) =1

Pernyataan Negatif:

Sangat Setuju                         (SS) = 1

Setuju                                       (S) = 2

Netral                                        (N) = 3

Tidak Setuju                            (TS) = 4 Sangat Tidak Setuju                (STS = 5

 

Setelah data terkumpul jumlah jawaban responden dijumlahkan dan dihitung menggunakan skala likert untuk mengetahui mean T(MT) sebagai berikut

MT = (∑T)/n

Dimana : MT = Mean T

∑T = Jumlah rata-rata

n. = Jumlah responden

Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok dimana responden itu termasuk. Perbandingan relative ini akan menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorable dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Agar perbandingan itu menjadi punya arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti kita harus mengubah skor individual menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang digunakan dalam skala likert adalah skor T, Yaitu :


X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

= Mean Skor kelompok

s = Deviasi standar skor kelompok

Pengambilan kesimpulan didasarkan pada nilai skor T, jika total skor responden lebih kecil dari 50 maka responden tersebut memiliki sikap negative (unfavorable) dan jika sokre responden lebih besar atau sama dengan 50 maka responden memiliki sikap positif terhadap penggunaan aplikasi penggunaan trikoderma pada tanaman jagung.

3.      Analisa ekonomi usahatani budidaya jagung

Untuk mengukur pendapatan usahatani menggunakan analisa rata-rata pendapatan usahatani bawang merah yang menerapkan teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung dibandingkan dengan usahatani teknologi tanpa aplikasi trikoderma, sp dengan rumus :

a)      Menghitung Biaya total Produksi (TC) = VC + FC

·         TC = Total Cost

·         VC = Variable Cost / Biaya Variabel

·         FC = Fixet Cost ( biaya tetap)

b) Penerimaan  (TR) = Total Produksi X Harga

c) Pendapatan = TR – TC

d) R/C = TR/TC

3.9 Populasi Dan Sampel

            Populasi meliputi kelompok tani di Kecamatan Langgudu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) dari populasi kelompoktani di Kecamatan Langgudu sebanyak 20 kelompok.  Untuk menentukan  ukuran sampel  digunakan rumus dari Taro Yamane, Riduwan (2005),  sehingga jumlah  sampel  sebesar 25 responden dari anggota kelompoktani.

 Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengukuran terhadap variabel-variabel yang diamati maka perlu dijelaskan pengertian, dan batasan operasional sebagai berikut.

1.  Rancangan penyuluhan adalah suatu konsep yang akan digunakan dalam penyampaian materi tentang  pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanamann jagung

2.  Penyuluhan dalam penelitian ini adalah Penyuluhan yang dilakukan pada anggota kelompok tani Sera Na’e Desa Laju Kecamatan Langgudu berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan materi, media dan metode penyuluhan.

3.  Materi adalah pesan yang disampaikan dalam penyuluhan yaitu materi pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanaman Jagung

4.  Metode penyuluhan adalah cara/teknik dalam menyampaikan materi penyuluhan pembuatan dan aplikasi trichodermapada tanaman Jagung

5.  Media penyuluhan adalah media yang digunakan dalam penyuluhan untuk menyampaikan materi penyuluhan pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanaman Jagung

6.  Kaji terap  adalah metode penyuluhan untuk menyampaikan materi penyuluhan pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanaman Jagung.

7.  Perubahan prilaku adalah perubahan yang terjadi pada individu petani berupa perubahan pengetahuan dan sikap setelah kegiatan penyuluhan pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanaman Jagung

8.  Pengetahuan adalah pengetahuan petani tentang pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanaman Jagung

9.    Sikap  adalah sikap petani dalam pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanaman Jagung

10. Evaluasi teknis adalah evaluasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Jagung yang menggunakan Trickoderma, sp

11. Evaluasi  ekonomi adalah evaluasi keuntungan yang diperoleh petani pelaksana pembuatan dan aplikasi trichoderma pada tanaman Jagung

12. Evaluasi Sosial adalah evaluasi tingkat pengetahuan dan sikap petani setelah dilakukan penyuluhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah

4.1.1 Luas dan letak geografis Desa Laju

            Desa Laju terletak di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima luas wilayahnya 972 Ha, terdiri dari 9 RW, 19 RT dan 9 Dusun. Yaitu Dusun Karano, Dusun Kananga, Dusun Sakolo, Dusun Mangge Rombo, Dusun Sumber Sari, Dusun Palikaja, Dusun Sera Na’e, Dusun Nadi dan Dusun Pasir Putih dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara

Desa Ngali/desa lido

Belo

Sebelah Selatan

Lautan hindia

 

Sebelah Timur

Desa doro,oo

Langgudu

Sebelah Barat

Desa wilamaci

Monta

 

 

 

Jarak dari Desa Laju ke ibu kota Kecamatan 7 Km, jarak ke ibu kota Kabupaten Bima 50 km, jarak ke ibu kota Provinsi di Mataram 689 km.

4.1.2 Topografi

Desa Lajumerupakan desa yang berada didaerah dataran rendah, dengan ketinggian ± 10meter diatas permukaan laut (mdpl). Sebagian besar wilayah desa adalah lahan pertanian/sawah/tegalan/ Hutan dengan permukaan tanah datar 30%, berbukit-bukit 50% dan lereng20%. Suhu rata-rata harian mencapai 27 32oC dan curah hujan rata-rata 28 – 33 Mm/tahun.

 Hidrologi dan Klimatologi

            Sumber air yang ada di Desa Laju meliputi air permukaan dan air tanah.Air permukaan berupa sungai. Sesuai dengan kebijakan penyediaan air baku untuk irigasi, maka di Desa Laju mendapat pasokan pelayanan irigasi berasal dari Perpipaan Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga, masyarakat sebagian menggunaan air bersih darisumur gali dan sumur pompa/bor.

Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan

Pada umumnya lahan yang berada atau terdapat di Desa Laju digunakan secara produktif, karena merupakan lahan yang subur terutama untuk lahan pertanian, jadi hanya sebagian kecil saja yang tidak dimanfaatkan oleh warga, hal ini pula menunjukan bahwa kawasan Desa Lajuadalah daerah yang memiliki sumber daya alam yang memadai.Luas lahan wilayah menurut penggunaan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya

Sawah (Ha)

Darat  (Ha)

½ Teknis

Tadah Hujan

Pasang

Surut

Pemukiman

Pertanian

Perkantoran

Perkebunan

Lainnya

-

121

0

5

350

2

638

1992

Sumber: Data Profil Desa Laju

 Kependudukan

Penduduk Desa Laju berdasarkan data terakhir hasil sensus Penduduk Tahun 2020 tercatat sebanyak 1.325 jiwa, Tahun 2018 sebanyak 1.285Jiwa, Sehingga mengenai pendudukDesa Laju mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya dengan rata-rata 1,22 %, untuk lebih jelasnya sebagaimana kita lihat dalam  table berikut ini:

 

Tabel 5 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Desa LajuTahun 2020

No.

Dusun

Penduduk

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1.

Karano

367

389

756

2.

Sakolo

280

321

601

3.

Kananga

213

225

438

4.

Mangge Rombo

119

120

239

5.

Sumber Sari

400

420

820

6.

Palikaja

221

282

403

7.

Pasir Putih

271

258

529

8.

Sera Na’e

59

48

107

9.

Nadi

159

157

316

Jumlah

2.089

2.220

4.209

 

Hasil Identifikasi Keadaan Responden

              Dari hasil survei di Kecamatan Langgudu kajian penelitian Desa Laju  jumlah responden 30 orang yang menjadi sampel untuk mengukur Pengetahuan petani tentang aspek teknis aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung.

4.2.1 Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan

Jumlah Responden

Pernsetase (%)

SD

9

30

SMP

4

13

SMA

14

46

PT

2

11

Jumlah

30

100

Sumber: Data  diolah, 2023

Tabel 13 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kategori  pendidikan SD 30%, SMP13 % dan SMA 46% dan Perguruan tinggi hanya 11 %. Jumlah responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMA menggambarkan bahwa tingkat pendidikan cenderung tinggi. Tingkat pendidikan yang tingi sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan.

 Lama Usahatani  Responnden

Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 7 :

Tabel 7. Distribusi Lama Usahatani Responden

Lama Usaha

Interval

Jumlah Responden

Persentase

(%)

Baru

5-22

13

43

Sedang

23-30

4

14

Lama

31-51

13

43

Jumlah

 

30

100

Sumber: Data diolah, 2023

            Tabel 7  menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak pada kategori lama usaha 23 s/d 51 tahun sebanyak 17 orang atau 57%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah berpengalaman dalam berusaha tani Jagung.

4.2.3 Umur Responden

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 8 :

Tabel 8. Distribusi Umur Responden

No

Umur (tahun)

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

24 - 38

39 - 43

44 - 67

13

3

14

43

10

46

 

Jumlah

30

100

Sumber: Data diolah, 2023

              Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa responden memiliki umur antara 24 s/d 67 tahun, namun berdasarkan kategori umur didominasi umur antara umur muda dan umur tua, umur muda mencapai 43 % sedangkan umur tua mencapai 44%.  Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia produktif yang terbanyak sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung.

Pemilikan Lahan

            Luas pemilikan lahan akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani. Untuk mengetahui luas pemilikan lahan petani responden dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9 Luas Pemilikan lahan

No

Luas Pemlikan lahan

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

0,1 s/d 0,73 (Kecil)

0,74 – 1,37 (sedang)

1,38 s/d 1,99(Luas)

18

6

6

60

20

20

 

Jumlah

30

100

Sumber : data diolah 2023

              Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa luas pemilikan lahan responden didominasi lahan kecil sebanyak 60 % hal ini perpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani jagung di Desa Laju Kecamatan Langgudu.

4.2.5 Hasil Survei Pengetahuan

Pelaksanaan kajian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden/sampel terhadap aspek teknis Trickoderma, sp pada tanaman jagung sebelum penyuluhan dilakukan. Kajian yang dilakukan pada tanggal 25 Januari 2023 dengan cara survei atau melakukan wawancara secara tertutup pada 30 orang responden anggota kelompok tani Sera Nae dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

          Kajian terhadap pengetahuan responden diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan nilai maksimal 100. Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  responden dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 10:

Tabel 10 Kategori Pengetahuan Petani

No

Kategori Penilaian

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

1-6

11

348

44

2

Sedang

7 - 13

14

504

56

3

Tinggi

14 - 20

0

0

0

Jumlah

 

30

852

100

Sumber : Data diolah, 2023.

            Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis aplikasi Trickoderma, sptemasuk Pengetahuan rendah sebanyak 44 % dan sedang 56%.  Rendahnya  tingkat pengetahuan petani di Kelompoktani Sera Nae juga dipengaruhi oleh teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung merupakan teknologi baru. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan tentang teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung.

Penerapan Kaji Terap

Kaji Terap Trickoderma, sp Pada Tanaman Jagung

            Teknologi aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung sesuai dengan pelaksanaan  yang ditetapkan dengan menggunakan kaji terap yang dilaksanakan di lahan milik bapak Bambang sebagai ketua kelompok tani Sera Nae seluas 0.20 ha yang dilahan petani yang menerapkan teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung dan petani yang tidak menerapkan teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung. Kajian meliputi penerapan teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung dibanding tanpa aplikasi trikoderma. Penerapan aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung dan tanpa aplikasi trikoderma masing-masing dilakukan pada lahan seluas 0,20 ha.

1.      Alat dan Bahan

Alat dan bahan kegiatan kaji terap dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Alat dan Bahan Kaji Terap Aplikasi Trickoderma, sp

No

Alat dan bahan

Volume/Unit

Kegunaan

 

Pacul

1 unit

Pembuatan bedeng

2

Handsprayer

1 unit

Aplikasi pestisida

3

Terpal

4 unit

Pengeringan

4

Benih

200 kg

Pencacah bahan

5

Trikoderma

200 kg

Pupuk

6

Pupuk urea

100 kg

Pupuk

7

Pupuk SP36

100 kg

Pupuk

8

Pupuk NPK Phonska

40 kg

Pupuk

9

Herbisida

1 ltr

Pengendali gulma

10

Insektisida

2 ltr

Pengendali hama

11

Fungisida

2 kg

Pengendali penyakit

12

Trikoderma

2 ltr

Fungisida Bio hayati

 

2.      Kegiatan Kaji Terap

Langkah-langkah meliputi kegiatan pengolahan tanah, aplikasi aplikasi trikoderma, sp, penanaman, pemupukan, pengendalian OPT, Panen dan pasca panen dengan urutan dan langkah kegiatan  pada Tabel 20.

Tabel 12 Langkah Kaji Terap Aplikasi Trikoderma

No

Kegiatan

Teknis Pelaksanaan

1

Penanaman

Jarak tanam 70 cm x 20 cm,

2

Pemupukan

Pada umur 15 hst, Di dengan cara di tugal sedalam 5 cm

3

Penyemprotan POC

Bersamaan waktu pemupukan

4

Penyemprotan H/P

Aplikasi trikoderma

5

Panen

Umur 120 Hst, dengan cara di petik lalu di   

6

Pasca panen

di jemur selama 7 hari  Di ikat masing-masing 5 kg

 

Hasil Kaji Terap Aplikasi Trickoderma, sp

 Hasil aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung menunjukkan perbedaan baik dari segi produksi maupun biaya produksi dan keuntungan ekonomi. Untuk mengetahui produksi jagung dengan aplikasi Trickoderma, sp dibanding yang tidak menggunakan Trickoderma, spdapat dilihat pada Tabel 13:

Tabel 13. Keadaan Tanaman dan Produksi Hasil Kaji Terap

No

Keadaan tanaman

Aplikasi Trikoderma

Tanpa Trikoderma

1

Tinggi Tanaman (cm)

253

249

2

Jumlah Populasi

64

75

3

Bobot Jagung (gram )

214

150

4

Produksi (ton/Ha)

7

6.8

Sumber : data diolah 2023

Dari Tabel 13 diatas menunjukkan perbedaan antara perlakuan kaji terap aplikasi Trickoderma,sp dibanding tanpa aplikasi Trickoderma, sp . Hal ini dipengaruhi Trickoderma, sp mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro.

Analisa Ekonomi

1.      Biaya Usahatani.

Biaya usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan atau digunakan pada kegiatan kaji terap aplikasi Trickoderma, sp mulai dari proses penyiapan benih sampai panen. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya variabel (biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja) dan biaya tetap (Sewa tanah, pajak dan sewa alat).  Biaya Variabel merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan petani responden pada usaha tani Jagung, yang besar kecilnya berpengaruh langsung terhadap hasil produksi. Sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang tidak habis digunakan pada masa produksi dan tidak tergantung pada besarnya produksi. Rekapitulasi analisa usahatani dapat dilihat pada Tabel 14 :

 Tabel 14.    Biaya Produksi  Usahatani Jagung

Uraian

Aplikasi Trikoderma

Tanpa Aplikasi Trikoderma

Sarana Produksi

4.130.000

   5.340.000

Tenaga Kerja

8.000.000

   8.000.000

Biaya Penyusutan

100.000

      100.000

Total Biaya (Rp)

12.230.000

   13.340.000

Sumber  : Data  diolah, 2023.

Tabel 14 menunjukkan bahwa biaya penyusutan alat,  biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja pada kaji terap aplikasi Trickoderma, sp lebih rendah dibanding tanpa aplikasi Trickoderma, sp. Tingginya biaya usahatani pada tanpa Aplikasi Trickoderma, sp disebabkan tingginya sarana produksi seperti pestisida.

2.      Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung

Pendapatan Usaha tani merupakan seilisih antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau pendapatan bersih yang diperoleh dari sisa pengurangan nilai produksi dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usaha kegiatan usaha taninya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15:

Tabel 5.  Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan

Uraian

Aplikasi Trikoderma

Tanpa Trikoderma

Selisih

Total Biaya (Rp)

12.130.000

11.935.300

194.700

Produksi jagung kering (Kg)

7.200

6.500

700

Nilai Jual (Rp/Kg)

4.800

4.500

300

Jumlah Penerimaan (Rp)

34.560.000

29.250.000

5.310.000

Pendapatan  (Rp)

22.430.000

17.314.700

5.115.300

R/C

2,85

2,45

0,40

Sumber  : Data  diolah, 2023

Tabel 15 menunjukkan bahwa rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kaji terap pada usahatani jagung aplikasi Trickoderma, sp sebesar Rp. 22.430.000,- dengan R/C 2,85 dan pada cara petani sebesar Rp. 17.314.700,- dengan R/C 2,45, sehingga terjadi selisih pendapatan Rp. 5.115.300- dalam luasan 1,00 hektar. Tingginya tingkat pendapatan petani yang menerapkan aplikasi Trickoderma, sp dipengaruhi tingginya produksi yang mencapai 7000 kg pada luas 1 Ha serta mutu yang dihasilkan lebih baik sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani ditentukan fungsi modal, produksi, mutu produksi dan nilai produksi yang diterima. Selain itu juga adanya kemajuan petani Jagung dalam mengelola usaha taninya dengan baik. Faktor pendukung kemampuan pengolahan tersebut adalah pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerima dan menerapkan inovasi dan atau teknologi baru.

RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

Rancangan Penyuluhan

Identifikasi Potensi Wilayah.

Identifikasi Potensi Wilayah dilakukan untuk memperoleh data keadaan wilayah dan agroekosistem meliputi keadaan fisik wilayah, keadaan sosial, keadaan ekonomi dan potensi pendukung yang diperoleh dari data primer maupun data sekunder.

1. Tahapan Identifikasi Potensi Wilayah

·      Identifikasi potensi wilayah dilakukan dengan cara mengumpulkan data seluruh data potensi-potensi wilayah dan agroekosistem yang berasal dari data monografi desa/ kecamatan/ BPP dan lain-lain.

·      Identifikasi keadaan serangan penyakit dan wawancara pemanfaatan pemanfaatan trikoderma

·      Merumuskan dan menetapkan potensi wilayah dengan menggunakan analisa masalah dan penyebab masalah, penetapan prioritas dan penetapan faktor penentu.

Hasil identifikasi menggambarkan keadaan, prioritas masalah dan faktor penyebab masalah, faktor penentu, kebutuhan penyesuaian masalah dalam bentuk rencana kebutuhan materi penyuluhan.

2. Hail Identifikasi Potensi Wilayah

Komoditi unggulan di Desa Laju adalah padi, jagung dan bawang merah dengan luas tanam padi 221 ha, jagung 605 Ha, dan bawang merah 78 ha. Produktivitas jagung hanya mencapai 5.6 Ton / ha, jagung 6,8 ton ha, bawang merah hanya 12 ton / ha.

Kendala umum yang dihadapi pada budidaya jagung adalah serangan penyakit busuk batang yang sangat merugikan petani sehingga berdampak pada terjadinya rendahnya produksi jagung, pengendalian yang dilakukan mengandalkan penggunaan pestisida kimia yang sangat mahal harganya dan berdampak pada terjadinya kerusakan ekosistem dan resdu terhadap bahan makanan.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan limbah organik seperti jerami, kotoran sapi dan kambing sebagai Trikoderma.

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan aplikasi Trickoderma, sp dilaksanakan di Poktan Sera Nae Desa Laju Kecamatan Langgudu dengan jadwal sebagai berikut :

Tebel   16 Jadwal Kegiatan Penyuluhan Aplikasi trikoderma, sp

No

Hari / tanggal

Kegiatan

Lokasi

1

Senen, 30 Januari 2023 s/d 30 mei 2023

Kaji Terap

Lahan Milik Bapak Bambang Poktan Sera Nae

2

30 mei 2023

Temu Lapang

Lahan Milik Bapak Bambang Poktan Sera Nae

 

Pemilihan lokasi kegiatan penyuluhan dengan pertimbangan bahwa untuk aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung dan temu lapang dilakukan di poktan Sera Nae karena berada di tempat yang mudah dijangkau dan sering dilalui serta bersamaan dengan kegiatan penanaman jagung

Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan aplikasi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung adalah petani di Desa Laju Kecamatan Langgudu yang dipilih secara sengaja  anggota kelompok tani sera na’e yang melakukan usahatani jagung yaitu sebanyak 30 orang dan belum memiliki pengetahuan dan sikap terhadap pengendalian penyakit busuk batang jagung dengan aplikasi Trickoderma, sp

 Menetapkan Tujuan Penyuluhan.

Tujuan penyuluhan pada kegiatan penyuluhan agar 65 % petani mengetahui dan mau mengendalikan penyakit busuk batang dengan aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung.

Penetapan tujuan penyuluhan didasarkan pada hasil survei terhadap tingkat pengetahuan petani tentang aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani termasuk kategori rendah sebanyak 44 % dan kategori sedang sebanyak 56% sehingga tujuan penyuluhan ditetapkan untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani dalam berusahatani jagung agar terjadi peningkatan pendapatan

Mardikanto (1991) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah: (1) perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan mendalam terutama mengenai ilmu-ilmu teknis pertanian dan ilmu pengolahan lahan, (2) perubahan dalam kecakapan dan ketrampilan teknis yang lebih baik dan kecakapan atau ketrampilan pengolahan usaha yang lebih efisien, dan (3) perubahan sikap yang lebih progresif serta motivasi tindakan yang lebih rasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian mempunyai tujuan edukatif, baik yang bersifat edukatif sosiologis seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, maupun edukatif ekonomis berupa kenaikan pendapatan dan keuntungan usahatani nya.

Menetapkan  Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang ditetapkan pada kegiatan penyuluhan adalah pengendalian penyakit busuk batang dengan aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung.

Penetapan materi penyuluhan berdasarkan pertimbangan penetapan materi penyuluhan dimana aplikasi  Trickoderma, sp pada tanaman jagung menduduki prioritas utama dari materi lain sedangkan berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani masih pada kategori randah yaitu 44 % dan kategori sedang 56% sehingga meteri penyuluhan ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani dalam berusahatani jagung agar terjadi peningkatan pendapatan.

Materi tersebut dipilih karena secara teknis memiliki keunggulan komperatif dimana hasil kaji terap aplikasi Trickoderma, sp dengan produksi 7 ton jagung kering dibanding tanpa aplikasi Trickoderma, sp dengan produksi 6,8 ton jagung kering, sedangkan berdasarkan analisis ekonomi lebih menguntungkan dengan rata – rata pendapatan yang diperoleh dilahan kaji terap pada usahatani jagung aplikasi Trickoderma, sp usahatani jagung aplikasi Trickoderma, sp sebesar Rp. 22.430.000,- dengan R/C 2,85 dan pada cara petani sebesar Rp. 17.314.700,- dengan R/C 2,45, sehingga terjadi selisih pendapatan Rp. 5.115.300- dalam luasan 1,00 hektar. dan secara sosial sangat dibutuhkan oleh petani di Desa Laju Kecamatan Langgudu   karena adanya penggunaan trikoderma hemat biaya pembelian pestisida.

Hal ini sesuai dengan amanat UU SP3K, 2006 Pasal 27 menyatakan bahwa (1)materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. (2)Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan, pendapat Soekartawi  (2008), bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan termotifasi untuk mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat kesejahteraannya

Menetapkan Metode dan Teknik Penyuluhan

Metode penyuluhan yang ditetapkan pada penyuluhan pengendalian penyakit busuk batang aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung adalah metode kaji terap yang dikombinasikan dengan metode temu lapang dan ceramah sedangkan teknik penyuluhan dilakukan melalui pendekatan kelompok.

Penetapan metode penyuluhan berdasarkan kontektualisasi penetapan metode penyuluhan Karakteristik sasaran ( Umur sasaran, Pendidikan Lama usaha, Luas lahan, Kondisi sosial ekonomi dan lingkunganProgram yang sedang berjalan).

Pemilihan metode kaji terap karena teknologi aplikasi Trickoderma, sp merupakan salah satu teknologi baru yang perlu diuji cobakan sebelum disebarluaskan. Metode temu lapang bertujuan untuk menyampaikan informasi hasil kaji terap yang dilakukan oleh pelaksana kaji terap dan peneliti kepada petani sasaran pada saat kegiatan panen dan pengambilan ubinan jagung yang diaplikasikan dengan Trickoderma, sp sedangkan metode ceramah bertujuan agar memberikan pemahaman secara mendalam tentang pengertian, dan keunggulan  aplikasi trikoderma sp pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman.

Wahyuti, 2013 menyatakan bahwa tujuan utama pemilihan metode penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel, b) mendorong sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bisa belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan kreativitas sasaran bisa meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

Penetapan Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang ditetapkan dalam rancangan penyuluhan adalah media folder dan media sesungguhnya. Pemilihan media Folder dan media sesungguhnya didasarkan pada analisis penetapan dan pemilihan media penyuluhan dengan memperhatikan metode penyuluhan, katrakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, kondisi dan tingkat adopsi.

Media folder untuk memberikan penjelasan yang mendalam terhadap materi teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung serta keuntungan teknologi aplikasi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung menambah daya tarik karena dilengkapi gambar-gambar serta analisa usahatani jagung. Alasan lain adalah bahwa walaupun petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun para petani memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis sehingga mempermudah dalam penerimaan materi yang disampaikan.

Menurut Rustandi dan Warnaen 2019, Media merupakan saluran atau perantara yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Tujuan penggunaan media adalah untuk memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan demikian media berperan penting antara lain dalam memberikan pengalaman yang kongkrit dan sesuai dengan tujuan penyuluhan. Kemampuan literasi visual sangat penting dalam bidang pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, khususnya bagi para guru, dosen, penyuluh, maupun pelatih/fasilitator lainnya karena dengan demikian mereka dapat lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi penyuluhan, pelajaran/pelatihannya.

Frekwensi Penyuluhan.

Frekwensi penyuluhan yang dilakukan pada penyuluhan tentang aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung adalah sebanyak 1 (satu) kali, hal ini dilakukan agar memberikan pemahaman secara mendalam sehingga terjadi perubahan pengetahuan dan sikap petani tentang aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung.

Penyuluh Pertanian

Penyuluh yang melakukan kegiatan Penyuluh pertanian tentang aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung adalah Penyuluh Pertanian Desa Laju Kecamatan Langgudu.

Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan merupakan Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung. Dalam pelaksanaan penyuluhan terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain :

Persiapan

1.       Koordinasi Lokasi Kegiatan

Berdasarkan hasil koordinasi dengan anggota kelompoktani Sera Nae Desa Laju Kecamatan Langgudu pelaksanaan penyuluhan tentang kaji terap aplikasi Trickoderma, sp dilaksanakan di lahan usaha milik bapak bambang dengan pertimbangan bahwa memiliki kemauan melakukan aplikasi trikoderma pada tanaman jagung dan kelompoktani Sera Nae berada dekat dengan jalan yang sering dilalui sehingga petani lain dapat melihat hasil kaji terap.

2.       Persiapan penyusunan LPM dan perbanyakan media penyuluhan folder.

3.       Langkah Langkah Pelaksanaan Penyuluhan

Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) sebagai berikut :

a.       Pembukaan oleh Ketua kelompok

Dalam sambutannya ketua kelompok menyampaikan topik dan  tujuan kegiatan penyuluhan serta tata urutan kegiatan, dilanjutkan pembagian Post test kepada peserta.

b.      Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh. / Peneliti.

Pada kegiatan penyuluhan penyuluh membagikan folder untuk dibaca oleh peserta. Penyuluh memberikan penyuluhan dengan metode ceramah menjelaskan  tentang penyakit busuk batang, teknik pengendalian penyakit busuk batang,  pengendalian menggunakan trichoderma, sp.

c.       Berbagi pengalaman oleh Petani pelaksana kaji terap.

Pelaksana kaji terap menyampaikan bahwa dengan Trickoderma, sp dapat mengendalikan penyakit busuk batang jagung  produksinya lebih tinggi dibandingkan tanpa penggunaan Trikoderma. Dengan penggunaan Trickoderma, sp juga mengurangi serangan penyakit.

d.      Tanya jawab.

Salah satu peserta temu lapang  diberikan kesempatan untuk bertanya kepada 2 oarang peserta yaitu bapak khaerudin mengatakan bahwa penggunaan aplilkasi trikoderma menyebabkan pertumbuhan rumput sangat cepat sehingga menambah biaya penyiangan dan herbisida. Sedangkan bapak Ruslana mengatakan bahwa penggunaan trikoderma, sp  membutuhkan prosesnya lama baru sembuh

Petani pelaksana menjelaskan  bahwa pada penggunaan Trickoderma, sp tidak ada pertumbuhan rumput yang begitu tinggi, sedangkan penyuluh / peneliti menjelaskan bahwa penggunaan Trickoderma, sp berbeda dengan pestisida kimia. Karena proses pembuatan yang relatif cepat biayanya rendah. Sedangkan tujuan utama penggunaan Trickoderma, sp untuk selain pengendalian Opt juga untuk meningkatkan ketahanan terhadap serangan penyakit.

e.       Penutup dan menyimpulkan

Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tujuan penyuluhan tercapai dan untuk melakukan perbaikan terhadap perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap petani tentang aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung.

Evaluasi Pengetahuan

Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan tentang aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung. Evaluasi dilakukan dengan cara membagikan kuisioner evaluasi pengetahuan kepada 30 orang sasaran penyuluhan pada kegiatan temu lapang.

          Evaluasi terhadap pengetahuan sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan nilai maksimal 20. Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  sasaran dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 17:

Tabel 25 Kategori Pengetahuan Petani Berdasarkan Rentang  Skor

No

Kategori Penilaian

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

1--6

0

0

0

2

Sedang

7-13

7

76

24

3

Tinggi

14-20

23

399

76

Jumlah

 

30

433

100

Sumber : Data diolah, 2023

Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap aplikasi pada tanaman jagung setelah dilakukan penyuluhan dimana terdapat 23 orang responden atau 76 % termasuk kategori pengetahuan tinggi. Peningkatan pengetahuan petani sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan.

Evaluasi Sikap

Evaluasi terhadap sikap sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 10  pernyataan. Evaluasi sikap yang dilakukan menggunakan skala likert (Azwar (2013), Pengambilan kesimpulan didasarkan pada nilai skor T, jika total skor responden lebih kecil dari 50 maka responden tersebut memiliki sikap negative (unfavorable) dan jika sokre responden lebih besar atau sama dengan 50  maka responden memiliki sikap positif terhadap teknologi aplikasi trikoderma pada pengendalian penyakit busuk batang pada tanaman jagung.

Tabel 18 Kategori Sikap Petani terhadap trikoderma

No

Sikap

T.Skore

Jumlah Responden

Persentase %

1

Negatif

T< 50

10

33

2

Positif

T>50

20

67

Jumlah

 

30

100

Sumber : Data diolah, 2023

Dari data tersebut menunjukkan bahwa petani sasaran sebanyak 17 orang atau 67% memiliki sikap positif terhadap teknologi aplikasi trikoderma pada pengendalian penyakit busuk batang pada tanaman jagung sedangkan sebanyak 10 orang peserta 33% yang memiliki sikap negative terhadap teknologi aplikasi trikoderma pada pengendalian penyakit busuk batang tanaman jagung. Tingginya sikap positif petani sasaran tidak terlepas dari stimulus yang diberikan melalui penyuluhan yang terus menerus dan berkelanjutan melalui metode pendekatan kelompok maupun perorangan.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

Kesimpulan

 

1.    Rancangan penyuluhan disusun untuk menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan kepada sasaran berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah,  kaji terap  dilakukan di poktan Sera Nae. Sasaran penyuluhan  adalah petani jagung di Desa Laju sebanyak 30 orang dan belum memiliki pengetahuan dan sikap terhadap pembuatan dan aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung. Tujuan penyuluhan adalah agar 65 % petani mengetahui dan mau menerapkan teknologi trikoderma, sp pada tanaman jagung. Materi penyuluhan adalah aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung. Metode penyuluhan adalah metode kaji terap yang dikombinasikan dengan metode temu lapang dan ceramah sedangkan teknik penyuluhan dilakukan melalui pendekatan kelompok. Media penyuluhan dalam rancangan penyuluhan adalah media folder dan media sesungguhnya.

2      Pelaksanaan penyuluhan merupakan tahap kedua setelah perencanaan penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan disesuaikan perencanaan materi hasil evaluasi kaji terap karena secara teknis materi penyuluhan memiliki keunggulan komperatif, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dan memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap aplikasi Trickoderma, sp pada tanaman jagung. Meliputi persiapan dengan melakukan koordinasi baik dengan anggota kelompok maupun pihak lain tantang lokasi dan jadwal kegiatan, Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi aplikasi aplikasi trikoderma, sp pada tanaman jagung berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) meliputi Pembukaan oleh Ketua kelompok, Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh / peneliti. Berbagi pengalaman oleh Petani pelaksana kaji terap. Melakukan Tanya jawab, Penutup dan menyimpulkan

3      Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan 20 % katergori pengetahuan sedang dan 80% kategori pengetahuan tinggi sedangkan hasil evaluasi sikap menunjukkan 67% petani memiliki sikap positif dan 33 % petani yang memiliki sikap negatif terhadap aplikasi Trickoderma, sppada tanaman jagung.

Saran

1.      Kiranya teknologi aplikasi Trickoderma, sppada tanaman jagung dapat dijadikan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia yang sedang langka, serta bisa menjadi peluang agribisnis untuk dapat dikembangkan

2.      Kepada para penyuluh dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan pertanian lebih mengarah pada pengembangan pertanian ramah lingkungan

3.      Kepada pemerintah kiranya dapat melakukan pengembangan gerakan pertanian yang lebih luas melalui stimulus baik melalui bantuan sarana prasaran benih pupuk dan pelatihan maupun demonstrasi farmer dan demonstrasi area sehingga dapat mensukseskan gerakan pertanian ramah lingkungan

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi, 2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta

Anang  2021, Teknologi Sederhana Eksplorasi, Perbanyakan dan Aplikasi Jamur trichoderma sp. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Bali.

Arikunto, 2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara, Yogyakarta.

Arsyad, 2003. Petunjuk Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya.

Astuti P.U, dan Honorita B, 2012. Pengetahuan Petani dalam Pemanfaatan Pekarangan Terpadu di Propinsi Bengkulu. Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

Azwar, 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

__________ 2011. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

BPTP NTB, 2010. Petunjuk teknis SL PTT Jagung. Kementrian Pertanian.

BPP Langgudu, 2021. Laporan Demplot Budidaya Jagung. BPP Langgudu Kabupaten Bima

BPP Langgudu, 2021. Programa Penyuluhan Pertanian tingkat Kecamatan Langgudu Tahun 2003. BPP Langgudu Kabupaten Bima

BPS, 2021. Kecamatan Langgudu Dalam Angka Tahun 2022.

Erwin, 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level Supervisor.

Herning P, 2010. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Biopestisida Oleh Petani Di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. Skripsi Universitas Sebelas Maret.

Ika Ferry Yunianti dkk, 2021. Pengkajian pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) terhadap pertumbuhan dan hasil padi di lahan sawah tadah hujan.

Kartasapoetra A.G, 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Kementan 2019. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2019-2024.

Mardikanto T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

___________,2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press Surakarta.

Maryunianta, 2011. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Budidaya Nilam.

                 Universitas Sumatera Utara.

Munandar, 2003.  Pengembangan SDM Pertanian untuk Pembangunan Pertanian Sistem dan Usaha Agribisnis dalam Era Otonomi Daerah. Jakarta

Muhammad Anwar, 2020. Pelatihan perbanyakan trichoderma sp. Dengan media beras di dusun solong desa esanggrahan kecamatan montong gading lombok timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Journal ISSN p: 2775-9164 Universitas Gunung Rinjani

Moeldoko 2018, Sistem Tanam Rapat Tingkatkan Produktivitas Jagung. Siaran Pers. Kediri. Sabtu, 20 Okt 2018 | 10:29 WIB. Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)

Nazir M, 2008. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.

Permentan Nomor 3 /permentan/OT.140/2/2015 tentang Pedoman Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2015.

Setiana, 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Gahlia Indonesia. Bogor.

Samsudin, 1989. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian dan Modernsiasi Pertanian. Penerbit: Bina Cipta. Bandung

Silalahi U, 2012. Metode Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama, Bandung.

Soedarmanto, 1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang

Soekartawi, 2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara,. Jakarta.

Soekanto S, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Sonia AH, 2018. Efektivitas Trichoderma sp. yang Ditambahkan pada
Kompos Daun untuk Pengendalian Penyakit Layu
Fusarium pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp.) di Desa
Pancasari Kabupaten Buleleng
. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 7, No. 3, Juli 2018

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.

Sulaiman dan Ella Frisella, 2020. Pengaruh Pemberian Trichoderma Harzianum Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis * Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Iskandarmuda Jalan Kampus Unida No. 15, Surien Banda Aceh *e-mail: sky.agriculture@gmail.com 2020

Sutarto, 2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani Dengan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Komoditas Jagung Di Sidoharjo Wonogiri.         Agritex No 24 November 2008.

Teguh DB. 2021, Cara Gampang Isolasi Trichoderma, Pake Media Nasi. Tabloit Sinar Tani, Reportase Nattasya, 02 Maret 2021.

UU RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan. Yayasan pengembangan Sinar Tani, Jakarta

Wahjuti U, 2007. Metodologi penyuluhan Partisipatif. STPP Malang

________2013, Modul Metoda Penyuluhan Pertanian I, STPP Malang.

Walgito B, 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Andi offset, Yogyakarta.

Wawan dan Dewi, 2011. Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta.

Wawan Apzani , I.M. Sudantha, M.T. Fauzi , 2014. Aplikasi biokompos stimulator trichoderma spp. Dan biochar tempurung kelapa untuk pertumbuhan dan hasil jagung (zea mays l.) Di lahan kering, Program Studi MagisterPengelolaan Sumberdaya Lahan Kering,Program PascasarjanaUniversitas Mataram

Widoyoyo E.P, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.                               Pustaka Pelajar

Wirartha I. M, 2005. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit: Andi. Yogyakarta

Winarno, 2018. Produksi Jagung Bisa 12 Ton/Ha, Artikel Bisnis.com 

Yudha, M.K. 2016. Pemanfaatan empat isolat Trichoderma sp. untuk mengendalikan penyakit akar gada pada tanaman caisin. Jurnal Kultivasi Vol. 15(3) Desember 2016

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PKL I

Penyakit Busuk Batang Jagung (Versi bahasa Bima)

Laporan PKL II Ma'ruf STPP Malang