Jurnal Ilmiah

Rancangan Penyuluhan tentang pembuatan Pemupukan organik Bokashi

 di Kecamatan Wera Kabupaten Bima

Nurhaidah, Suhirmanto, Ma’ruf.

Polbangtan Malang

Agustus 2023

 

Kecamatan Wera sebagai salah satu sentra pengembangan komoditas pertanian dan peternakan banyak mengasilkan bahan limbah organik seperti jerami padi dan jagung, brangkasan kacang tanah, kotoran sapi dan kambing belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah tersebut hanya dibuang dan dibakar sehingga menyebabkan terjadinya polusi udara karena petani di Kecamatan Wera belum mau dan mampu melakukan pembuatan dan aplikasi pupuk organik untuk digunakan pada komoditi pertanian seperti padi, jagung bawang merah dan kacang tanah.

Sehubungan dengan hal tersebut maka mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada Tugas akhir perlu melakukan penelitian dan penyuluhan yang berjudul “Rancangan Penyuluhan tentang pembuatan Pemupukan organik Bokashi di Kecamatan Wera Kabupaten Bima”.   Tujuan penelitian Untuk mengetahui pengetahuan petani tentang pembuatan pupuk organic di Kecamatan Wera Kabupaten Bima, Untuk mengetahui rancangan penyuluhan meningkatan pengetahun petani tentang pembuatan pupuk organic di Kecamatan Wera Kabupaten Bima.

Hasil survei pengetahuan Sebelum penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi termasuk Pengetahuan sedang dengan skor 219 atau sebanyak 37 % dari skor maksimal, sedangkan setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan tingkat pengetahuan menjadi kategori tinggi dengan skor 452 atau sebanyak 75 % dari skor maksimal sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 42%. keterampilan petani dalam pembuatan pupuk bokashi terdapat 20 responden atau 67% termasuk kategori cukup trampil sedangkan secara umum termasuk kategori cukup trampil.

Untuk meningkatkan pengetahuan petani maka perlu disusun rancangan penyuluhan Materi yang ditetapkan  pada kegiatan penyuluhan di kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab.Bima  yaitu teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran, Tujuan penyuluhan adalah agar 65% petani di kelompok tani Tani Sama Ngawa tau dan trampil dalam pembuatan pupuk organik bokashi. Sasaran penyuluhan yaitu petani yang belum mendapatkan penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran atau petani yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah pada Kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab. Bima  dengan jumlah petani yakni 30 orang.metode penyuluhan yang ditetapkan adalah metode ceramah dan demonstrasi cara (demcar). Media yang digunakan pada kegiatan penyuluhan adalah media folder  dan media sesungguhnya, Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan dan aplikasi Pupuk Bokashi.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pertanian mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena berfungsi sebagai penyedia pangan, pakan untuk ternak, dan bioenergi. Peran pertanian sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional, terutama mewujudkan ketahanan pangan, peningkatan daya saing, penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan. Selain itu, mendorong pertumbuhan agroindusti di hilir dan memacu ekspor komoditas pertanian untuk meningkatkan devisa negara. Di sisi lain, penyediaan kebutuhan pangan masyarakat merupakan tugas utama yang tidak ringan, yaitu diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2050 mencapai 330,9 juta jiwa, terbesar keenam di dunia setelah India, Tiongkok, Nigeria, Amerika Serikat dan Pakistan (United Nations Population 2019).

Dalam rangka menyediakan pangan masyarakat sebagai wujud ketahanan pangan dalam negeri yang telah dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, maka sektor pertanian diharapkan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di Indonesia dengan menitik beratkan pada peningkatan produksi komoditi strategis nasional yaitu komoditi padi, jagung, kedele, bawang merah, cabe, daging dan telur. (Kementan 2021)

Untuk meningkatkan produksi komoditi pertanian dalam negeri diperlukan strategi pencapaian produksi yang akan dilakukan dengan peningkatan produktivitas melalui kegiatan optimalisasi pembinaan didaerah sentra produksi maupun daerah pengembangan yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun stakeholder,  Instansi terkait maupun masyarakat pertanian lainnya(Kementan 2021).

Keberhasilan produksi produk pertanian (food availibility) tidak terlepas oleh beberapa faktor utama. Faktor tersebut dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang keduanya saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri petani dan lahan yang menjadi tempat usaha meliputi kompetensi SDM, Pemilikan lahan dan tingkat kesuburan lahan sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar petani yang sifatnya berbeda-beda bagi setiap petani seperti iklim / cuaca, sarana prasarana seperti benih, pupuk dan pestisida serta kebijakan pemerintah.(Ditjen Tanaman Pangan,2021)

Pupuk merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan produksi pertanian karena pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman, atau bisa juga dikatakan sebagai makanan tambahan. Beberapa manfaat pupuk bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan serta perkembangan tanaman yang sudah kita budidayakan, dapat meningkatkan dan mempercepat hasil produksi tanaman, dapat meningkatkan kesuburan tanaman yang kita budidayakan sehingga tanaman lebih tahan dari berbagai macam hama dan penyakit, dapat memanipulasi lingkungan di sekitar tanaman sehingga sesuai untuk pertumbuhan dan juga perkembangan tanaman yang bersangkutan dan terakhir dapat merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun tanaman.

Revolusi Hijau pada tahun 1984 menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan besar dunia pada dekade 1980-an. Dampak positif Revolusi Hijau, yakni: Meningkatnya kesejahteraan petani Menguatnya perekonomian pedesaan Meningkatkan ketahanan pangan nasional Membuka kesadaran masyarakat pedesaan akan pentingnya adaptasi teknologi. Revolusi Hijau tidak hanya memberikan dampak positif, namun juga memberi dampak negatif yaitu Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida yang tidak ramah lingkungan Penggunaan teknologi modern dalam usaha tani yang belum merata menimbulkan kesenjangan Munculnya kapitalisasi dalam sektor pertanian (Kompas.com 2022)

Selama ini upaya peningkatan produksi pertanian yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Wera mengandalkan pupuk an organik seperti Urea, SP36 dan KCl dosis tinggi tanpa diimbangi pemberian pupuk organik sehingga menyebabkan berkurangnya kandungan organk tanah, mengakibatkan tekstur tanah menjadi padat, kemampuan tanah menyimpan air berkurang serta minimnya udara tanah yang sangat berpengaruh bagi pernapasan akar tanaman. Berdasarkan hasil uji sifat tanah sederhana yang dilakukan oleh TIM BPP kecamatan Wera menunjukkan bahwa kandungan organik tanah di Kecamatan Wera hanya 1,2% sedangkan tanah yang baik menurut  Balitnah 2019 adalah tanah yang mengandung bahan organik sekitar 5%. Sementara itu dengan diberlakukan Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang alokasi pupuk bersubsidi dan harga eceran tertinggi akan menyebabkan terjadinya kelangkaan pupuk anorganik dan beberapa komoditi strategis dan unggulan seperti kacang tanah dan bawang merah tidak mendapat alokasi pupuk bersubsidi maka petani harus membeli pupuk an organik non subsidi yang harganya mahal dan langka.

Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah melalui kementrian pertanian untuk mengatasi permasalahan pupuk subsidi yang jumlahnya sangat terbatas adalah Gerakan Pertanian Organik (Genta organik) merupakan suatu gerakan pertanian pro organik yang meliputi pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal. Gerakan ini mendorong petani untuk memproduksi pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah secara mandiri melalui percontohan dan tidak mengandalkan bantuan pemerintah pusat  dengan tujuan untuk menyuburkan tanah-tanah Indonesia untuk meningkatkan produksi pertanian di saat harga pupuk mahal, menerapkan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, Menekan biaya produksi pertanian dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Kecamatan Wera sebagai salah satu sentra pengembangan komoditas pertanian dan peternakan banyak mengasilkan bahan limbah organik seperti jerami padi dan jagung, brangkasan kacang tanah, kotoran sapi dan kambing belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah tersebut hanya dibuang dan dibakar sehingga menyebabkan terjadinya polusi udara karena petani di Kecamatan Wera belum mau dan mampu melakukan pembuatan dan aplikasi pupuk organik untuk digunakan pada komoditi pertanian seperti padi, jagung bawang merah dan kacang tanah (IPW-2022).

Berdasarkan hal tersebut perlu memanfatkan semua sumber daya pertanian yang ada secara optimal dengan memanfaatkan inovasi teknologi. Saat ini Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bersama perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya telah menghasilkan berbagai paket teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan untuk menggali potensi sumber daya pertanian dalam upaya peningkatan produktivitas, kualitas, dan kapasitas produksi. Berbagai varietas serta klon tanaman dan ternak unggul, teknologi pupuk, alat dan mesin pertanian, bioteknologi, nanoteknologi, aneka teknologi budi daya, pascapanen, dan pengolahan hasil pertanian telah tersedia. Meskipun, aneka paket teknologi telah tersedia, namun belum semuanya dapat diadopsi petani karena berbagai kendala, seperti terbatasnya permodalan, lemahnya kelembagaan, skala usaha yang relatif kecil, terbatasnya keterampilan, dan belum meratanya kegiatan diseminasi teknologi di tingkat petani seperti teknologi pembuatan pupuk organik.

Kecamatan Wera Kabupaten Bima merupakan salah satu sentra pengembangan komoditas strategis pertanian dan peternakan di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan telah memberikan kontribusi terhadap penyediaan pangan dan pemenuhan gizi nasional. Komoditas strategis pertanian dan peternakan yang diusahakan petani di Kecamatan Wera adalah komoditas Padi, jagung kacang tanah dan bawang merah yang diusahakan pada lahan sawah maupun lahan kering sedangkan komoditas peternakan meliputi ternak sapi, kambing dan ayam, hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2020 – 2024 dengan program strategis peningkatan produksi tanaman pangan padi, jagung, kedele, bawang merah dan cabe sedangkan komoditias strategis peternakan meliputi peningkatan produksi Sapi/kerbau dan telur. (BPP Wera , 2022)

Berdasarkan data potensi wilayah Kecamatan Wera Tahun 2021 bahwa luas areal tanam komoditi pertanian yang diusahakan petani yaitu padi 4617 ha, Jagung 1846 ha, Kacang tanah 5707 ha dan bawang merah 1246 ha, dengan total produksi padi 23.359 ton GKP, Jagung 13886 ton pipilan kering, kacang tanah 7786 polong kering dan bawang merah 14605 ton umbi kering sedangkan populasi peternakan seperti sapi 9276 ekor, kambing 12857 ekor, sedangkan ayam 67.804 ekor. (BPS 2022)

Sebagai upaya meningkatkan adopsi inovasi pemupukan organik tim BPP Kecamatan Wera telah melakukan penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk bokashi pada tanaman padi dan tanaman bernilai tinggi seperti tanaman jagung,  tanaman kacang tanah dan bawang merah  namun relatif masih banyak petani di Kecamatan Wera yang tingkat adopsi inovasi pembuatan dan aplikasi pupuk organik masih rendah,  karena penyuluhan yang dilakukan belum mengacu pada penetapan materi, sasaran, metode dan media penyuluhan yang belum sesuai dengan keadaan sasaran. Hal ini mengindikasikan bahwa belum terjadi perubahan perilaku pada sebagian besar petani sebagaimana tujuan yang diharapkan tercapai dari kegiatan penyuluhan tentang pemupukan organik karena pembuatan dan aplikasi pupuk organik dianggap rumit dan sulit untuk dilaksanakan.

Roger (2003) menyatakan bahwa sifat-sifat inovasi akan menentukan   petani mengadopsi atau tidak suatu inovasi, yaitu sifat keunggulan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan dicoba, dan dapat dibedakan dengan yang lama. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2010), ada lima karakteristik produk/Inovasi tersebut yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi antara lain: 1) Keuntungan relatif (relative advantages), adalah merupakan tingkatan dimana suatu ide dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan. 2) Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel dengan ciriciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel. 3).Kerumitan (Complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi. 4).Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dalam  skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu. 5).Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga mempercepat proses adopsi.

 Guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani diperlukan penyuluhan pertanian yang sesuai dengan standar teknis penetapan materi, penetapan sasaran, penetapan metode dan media penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik sebagai sebagai alternatif lain dalam menambah kandungan hara dengan pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan yang ada disekitar lingkungan usahatani melalui penyuluhan seperti yang tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Wera Tahun 2021 agar terjadinya perubahan prilaku petani dalam menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi pupuk organik sehingga mengurangi biaya pembelian pupuk an organik dan akan memperbaiki tekstur tanah serta tersedianya kandungan hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Sehubungan dengan hal tersebut maka mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada Tugas akhir perlu melakukan penelitian dan penyuluhan yang berjudul “Rancangan Penyuluhan tentang pembuatan Pemupukan organik Bokashi di Kecamatan Wera Kabupaten Bima”.  

1.2 Rumusan Masalah

1.       Bagaimana meningkatkan pengetahuan petani tentang pembuatan pupuk organic Bokashi di Kecamatan Wera Kabupaten Bima?

2.       Bagaimana rancangan penyuluhan meningkatkan pengetahun petani tentang pembuatan pupuk organic Bokashi di Kecamatan Wera Kabupaten Bima?

1.3 Tujuan

1.       Untuk mengetahui pengetahuan petani tentang pembuatan pupuk organic di Kecamatan Wera Kabupaten Bima

2.       Untuk mengetahui rancangan penyuluhan meningkatan pengetahun petani tentang pembuatan pupuk organic di Kecamatan Wera Kabupaten Bima

METODE PELAKSANAAN

3.1.  Lokasi dan Waktu

Kajian dilaksanakan di  Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Pelaksanan Kajian dengan tujuan untuk mengetahui Tingkat pengetahuan petani tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik pada bulan Januari s/d April 2023, dengan pertimbangan bahwa  Kecamatan Wera sebagian besar petaninya belum mengadopsi penggunaan pupuk organik.

3.2.  Metode Kajian

Metode kajian dalam penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif  dengan pendekatan survey yaitu untuk mengetahui tingkat Pengetahuan petani dalam mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesa dan mengevaluasi tentang teknik pembuatan dan aplikasi pupuk organik.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam kajian ini adalah seluruh anggota yang berjumlah 102 orang dari Kelompok tani Samangawa Desa Nangawera  Kecamatan Wera Kabupaten Bima.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugyono,2007). Pengambilan sampel dalam kajian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak dari jumlah populasi yang ada tanpa memperhatikan strata dari populasi yang ada.

Jumlah sampel dalam kajian ini adalah diambil sebanyak 30 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 30 orang. Arikunto (2008), menyatakan apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 55 % atau lebih.

3.4.  Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer adalah data pengetahuan petani tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik Bokashi dan data sekunder.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner sebanyak 20 pertanyaan tentang teknik pembuatan dan aplikasi pupuk organik bokashi sedangkan untuk mengukur tingkat keterampilan menggunakan instrumen / kuisioner sebanyak 10 soal sebagai berikut :

Tabel 1. Instrumen Pengetahuan petani tentang pupuk organik bokashi

Dimensi

Indikator

Butir

 Tahu.

1.    Responden dapat menjelaskan pengertian pupuk organik

2.    Responden dapat menjelaskan sumber pupuk Hijau

3.    Reponden tahu bahan pembuatan pupuk kandang

4.    Responden tahu proses pembuatan pupuk kompos

5.    Responden tahu proses pembuatan pupuk hayati

1,2,3,4,5

Memahami. 

6.    Responden paham pupuk urea, sp36 sebagai pupuk an organik

7.    Respponden paham kandungan unsurhara pupuk organik

8.    Responden paham  kandungan unsurhara pupuk an organik

6,7,8

Aplikasi.

 

9.   Responden dapat membuat pupuk bokashi

10.                   Responden dapat memperoleh bahan-bahan pembuatan bokashi

11.              Responden dapat menentukan keberhasilan pembuatan pupuk bokashi

12.              Responden dapat mengaplikasikan pupuk organik bokashi

9.11.12

Analisis.

13.  Responden menganalisis keuntungan aplikasi pupuk orgaik

14.  Responden dapat merencanakan pembuatan pupuk organik

15.  Responden dapat melatih cara pembuatan pupuk boksi

13,14,15

Sintesis.

16.  Responden dapat memperbanyak pupuk bokashi

17.  Responden dapat memfasiltasi pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi pada petani lain

16,17

Evaluasi.

 

18.              Responden dapat membandingkan aplikasi pupuk organik bokashi

19.              Responden dapat menyimpulkan keunggulaan aplikasi keunggulan pupuk organik bokashi

20.              Responden dapat melakukan uji coba aplikasi pupuk organik bokashi

18,19,20

 

Tabel 2. Instrument keterampilan

 

Dimensi

Indikator

Butir

Meniru

1.       Responden dapat memperhatikan cara persiapan dengan tepat

2.       Responden dapat memperhatikan cara memilih bahan tepat pada praktek pembuatan bokashi

3.        Responden dapat menirukan cara pembuatan pupuk bokashi

1,2,3

Memanipulasi

4.     Responden dapat melakukan persiapan dengan tepat sesuai petunjuk teknis

5.       Responden dapat memilih bahan tepat pada praktek pembuatan bokashi sesuai petunuk teknis

6.        Responden dapat melakukan pembuatan pupuk bokashi sesuai petunjuk teknis

4,5,6

Ketetapan

7.       Responden dapat mendemonstrasikan cara persiapan pembuatan pupuk bokasi pada peserta lain

8.       Responden dapat mendemonstrasikan cara memilih bahan tepat pada praktek pembuatan bokashi kepada peserta lain

9.        Responden dapat mendemonstrasikan cara pembuatan pupuk bokashi kepada peserta lain

7,8,9

Artikulasi

 

10.    Responden dapat menentukan ciri pupuk bokashi yang baik

11.    Responden dapat mengembangkan usaha pembuatan pupuk bokashi sebagai sebuah kebutuhan

12.    Responden dapat mengaplikasikan pupuk bokashi pada tanaman

10, 11,12

Pengalamiahan

13.    Responden dapat menyusun rencana kebutuhan pupuk bokashi

14.    Responden dapat mengelola usaha pembuatan pupuk bokashi

15.    Responden dapat menemukan hal baru dalam pembauatan pupuk bokashi

13, 14, 15

3.6 Analsis Data

Data yang diperoleh dalam kajian ini diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel frekuensi/tabulasi dan disajikan dalam bentuk deskriptif terhadap peningkatan pengetahuan petani  dalam mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesa dan mengevaluasi sedangkan peningkatan keterampilan petani meliputi keterampilan meniru, memanipulasi, mengalamiahkan dan artikulasi tentang teknik pembuatan pupuk bokashi.

a)      Analisis data pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan diukur menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan tes obyektif sebanyak 20 pertanyaan dimana setiap jawaban benar di beri nilai 1 sedangkan jawaban salah di beri nilai 0 lalu dianalisis menggunakan anailsis deskriptif persentase sebagai berikut  (Arikunto, 2021):

P= F/n x 100%

Keterangan :

P= besaran persentase

F= frekwensi jawaban benar

n= Jumlah responden

3.3 Rancangan Penyuluhan

3.3.1 Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan adalah petani di Kelompoktani Samangawa,  Desa Nangawera, KecamatanWera, Kabupaten Bima yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. Petani yang belum memiliki pengetahuan menjadi sasaran utama penyuluhan sedangkan petani yang sudah menerapkan sebagai agen pembaharu yang membantu peneliti dan penyuluh dalam meningkatkan perubahan prilaku

3.3.2  Penetapan Materi

Materi yang disuluhkan adalah paket teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran. Penetapan materi dilaksanakan setelah diadakan identifikasi kebutuhan penyuluhan diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan, kelangkaan pupuk dan keadaan lahan pertanian

3.3.3 Metode, Teknik dan Media Penyuluhan

Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah metode pendekatan kelompok ceramah dan demonstrasi cara. Sedangkan teknik yang digunakan adalah berdasarkan kontektualisasi penetapan metode penyuluhan. Media penyuluhan yang digunakan adalah disesuaikan dengan keadaan sasaran yang berisi tentang materi yang mudah dipahami dan mudah dilakukan oleh petani. (Poster dan Brosur)

3.3.4 Evaluasi Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan adalah untuk mengetahui prilaku (pengetahuan dan Keterampilan) petani tentang pembuatan pupuk organik bokashi

a). Analisis data pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan diukur menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan tes obyektif sebanyak 20 pertanyaan dimana setiap jawaban benar di beri nilai 1 sedangkan jawaban salah di beri nilai 0 lalu dianalisis menggunakan anailsis deskriptif persentase sebagai berikut  (Arikunto, 2021):

P= F/n x 100%

Keterangan :

P= besaran persentase

F= frekwensi jawaban benar

n= Jumlah responden

Pengambilan kesimpulan dengan menggunakan 3 (tiga) katergori:

Setelah jawaban benar dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori dengan rumus sebagai berikut := 100-1/3= 33

Sehingga diperoleh kategori pada tabel sebagai berikut sebagai berikut :

Tabel 3 Kategori Pengetahuan petani

No

Interval

Kategori

1

67 – 100 %

Pengetahuan Tinggi

2

>33 – 66 %

Pengetahuan sedang

3

1 – 33 %

Pengetahuan Rendah

 

b).Analisis data keterampilan

Untuk mengukur tingkat keterampilan petani dalam pembuatan dan aplikasi pupuk organik bokashi adalah menggunakan rating skala dari kurang trampil sampai ke sangat trampil dari jumlah soal masing-masing sebanyak 15 soal dengan keterangan penilaian:

1    = tidak trampil,

1          = cukup trampil,

2          = trampil,

3           = sangat trampil

Tabel 4 Kategori keterampilan petani

No

Interval

Persentase (%)

Kategori

1

46-60

76-100

Sangat trampil

2

31-45

51 - 75

Cukup trampil

3

16-30

26 – 50

Trampil

4

1-15

1 – 25

Kurang/tidak trampil

 

3.4 Kerangka Pikir  

 

IDENTIFIKASI WILAYAH

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Karakteristik Responden

4.1.1 Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 5 :

Tabel 5. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan

Jumlah Responden

Pernsetase (%)

SD

6

20

SMP

5

17

SMA

16

53

PT

3

10

Jumlah

30

100

                 Sumber: Data  diolah, 2023

Tabel 5 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kategori  pendidikan SD 20%, SMP 5 % dan SMA16% dan perguruan tinggi 10 % Jumlah responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMA menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih tinggi. Tingkat pendidikan yang cenderung tinggi sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan.

4.1.2 Lama Usahatani  Responnden

Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 5 :

Tabel 5. Distribusi Lama Usahatani Responden

Lama Usaha

(tahun)

Interval

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

Baru

1 - 6

15

50

Sedang

7 - 12

12

40

Lama

13 - 18

3

10

Jumlah

 

30

100

Sumber: Data diolah, 2023

            Tabel 5 Menunjukkan bahwa secara umumpengalaman usaha tani responden jumlah responden termasuk kategori antara 1 s/d 18 tahun.dan terbanyak pada kategori lama usaha 1 s/d 12 tahun,  sebanyak 27 orang atau 90%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah berpengalaman dalam berusaha tani baik usahatani padi, jagung dan bawang merah.

4.1.3 Umur Responden

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Umur Responden

No

Umur (tahun)

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

1 s/d 15

16 s/d 64

‘> 64

0

30

0

0

100

0

 

Jumlah

30

100

Sumber: Data diolah, 2023

              Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa responden memiliki umur antara 16 S/D 64 tahun sebanyak 30 orang (100%).  Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia produktif yang terbanyak sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik bokashi.

4.1.4 Pemilikan Lahan

            Luas pemilikan lahan akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani. Untuk mengetahui luas pemilikan lahan petani responden dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :

Tabel .7 Luas Pemilikan lahan

No

Luas Pemlikan lahan

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

0,10 – 0,50(Sempit)

0,51-0,95(sedang )

0,96 – 1,99 (Luas)

17

13

0

67

33

0

 

Jumlah

30

100

Sumber : data diolah 2023

              Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa luas pemilikan lahan responden didominasi lahan sempit 67% dan Sedang sebanyak 33 % responden hal ini berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani di Desa Nanga Wera Kecamatan Wera.

4.2 Implementasi Rancangan Penyuluhan

4.2.1 Penetapan Materi Penyuluhan

Materi yang ditetapkan  pada kegiatan penyuluhan di kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab.Bima  yaitu teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran

Penetapan materi tersebut didasarkan pada hasil survei pengetahuan petani tentang teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran menujukkan tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran temasuk Pengetahuan tinggi sebanyak 60 % pengetahuan sedang20% dan pengetahuan rendah 20%

UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2 menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan. sedangkan materi penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai bahan penyuluhan yang akan  disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan

4.2.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan

Memperhatikan tingkat pengetahuan petani sudah termasuk kategori tinggi namun belum memiliki sikap positif terhadap sistem pemupukan berimbang maka perlu ditetapkan tujuan penyulauah untuk merubah sikap petani yang mengacu pada prinsip ABCD.

Tujuan penyuluhan adalah agar 65% petani di kelompok tani Tani Sama Ngawa tau dan trampil dalam pembuatan pupuk organik bokashi. Penetapan tujuan penyuluhan mengacu pada Permentan Nomor 43 Tahun 2013 tentang standar kompetensi kerja Nasional Indonesia bagi Penyuluh pertanian bahwa dalam menetapkan tujuan penyuluhan mengacu pada rumusan ABCD yaitu Audenc, Behavior, Condition, Degreedan SMART yaitu Specifik, Measurable, Actionary, Realistik, time bound.

Soedarmanto, 2001, menyatakan bahwa Penyuluhan pertanian ditujukan untuk membantu petani dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dengan cara-cara baru yang terbukti lebih baik dari cara lama. Dapat dirumuskan secara jelas, singkat dan mudah dipahami petani, sehingga petani sebagai sasaran utama dapat mengetahui hasil akhir yang ingin dicapai. Secara khusus tujuan penyuluhan merupakan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motifasinya, meskipun ada faktor yang sangat berpengaruh yang harus dihadapi dalam pencapaian tujuan ini adalah faktor pendorong, faktor penghambat, dan faktor penggangu.

4.2.3    Penetapan Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan yaitu petani yang belum mendapatkan penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran atau petani yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah pada Kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab. Bima  dengan jumlah petani yakni 30 orang.

            Hal ini sesuai dengan amanat UU. No. 16 Tahun 2006, bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah:

1. Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara.

2.  Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.

3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang   meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat

4.2.4    Penetapan Metode Penyuluhan

   Untuk mencapai tujuan penyuluhan perlu ditetapkan metode penyuluhan perlu mempertimbangkan: musim, keadaan usahatani, permasalahan di lapangan, fasilitas sasaran penyuluhan yang telah dikemukakan terdahulu, sangat diperlukan dalam menetapkan kombinasi metode.  Pertimbangan akan menghasilkan permilihan ini satu atau lebih metode penyuluhan.

Berdasarkan Kontekstualisasi Hasil Identifikasi Lapangan dan tingkat adopsi bahwa petani sudah memiliki pengetahuan termasuk kategori tinggi sedangkan untuk merubah pengetahuan diperlukan metode penyuluhan yang ditetapkan adalah metode ceramah dan demonstrasi cara (demcar)..

Wahyuti, 2013 menyatakan bahwa tujuan utama pemilihan metode penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel, b) mendorong sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bisa belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan kreativitas sasaran bisa meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian

4.2.5    Penetapan Media

Penetapan Media yakni merubah perilaku dan pengetahuan petani dengan segala sesuatu yang dapat digunakan agar menambah pengetahuan petani yang dapat merubah perlakuan, sehingga dalam menetapkan media penyuluhan perlu memperhatikan karakteristik sasaran ( Umur, Pendidikan, Luas Uaha, Lama usaha), Tujuan penyuluhan, materi penyuluhan, tingkat adopsi dan psiko social dalam masyarakat.

Berdasarkan sasaran pendidikan SD 20%, SMP 5 % dan SMA16% dan perguruan tinggi 10 %. Jumlah responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMA menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih tinggi. Tingkat pendidikan yang cenderung tinggi sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan

Memperhatikan tingkat pendidikan sasaran maka media yang digunakan pada kegiatan penyuluhan adalah media folder  dan media sesungguhnya

5.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan merupakan tahap kedua setelah perencanaan penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap pembuatan dan aplikasi Pupuk Bokashi.

Dalam pelaksanaan penyuluhan terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain :

5.2.1 Persiapan

1.       Koordinasi Lokasi Kegiatan

Berdasarkan hasil koordinasi dengan anggota kelompoktani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera pelaksanaan penyuluhan tentang Demonstrasi pembuatan Pupuk Bokashi dilaksanakan di Kandang Ternak sapi meilik bapak H Burhan dengan pertimbangan bahwa alat dan bahan cukup tersdia dan aplikasi Pupuk Bokashi dilaksanakan di Sama Ngawa dengan pertimbangan bahwa di kelompoktani Sama Ngawa berada dekat dengan jalan yang sering dilalui sehingga petani lain.

2.       Persiapan penyusunan LPM dan perbanyakan media penyuluhan folder.

3.       Langkah Langkah Pelaksanaan Penyuluhan

Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk bokashi berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) sebagai berikut :

a.       Pembukaan oleh Ketua kelompok

Dalam sambutannya ketua kelompok menyampaikan topik dan  tujuan kegiatan penyuluhan serta tata urutan kegiatan, dilanjutkan pembagian Post test kepada peserta.

b.      Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh. / Peneliti.

Pada kegiatan penyuluhan penyuluh membagikan brosur untuk dibaca oleh peserta. Penyuluh sebagai komunikator dan edukator memberikan penyuluhan dengan metode ceramah menjelaskan  Pengertian dan prinsip.keunggulan dan kelemahan Pupuk Bokashi, cara pembuatan Pupuk Bokashi. Dan aplikasi Pupuk Bokashi.

c.       Tanya jawab.

Salah satu peserta temu lapang  diberikan kesempatan untuk bertanya kepada 2 oarang peserta yaitu bapak Asikin mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik menyebabkan pertumbuhan rumput sangat cepat sehingga menambah biaya penyiangan dan herbisida. Sedangkan bapak Alwi mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik membutuhkan pupuk organik yang banyak sehingga menambah biaya transportasi dan biaya tenaga kerja.

Petani pelaksana menjelaskan  bahwa pada penggunaan Pupuk Bokashi tidak ada pertumbuhan rumput yang begitu tinggi, sedangkan penyuluh / peneliti menjelaskan bahwa penggunaan pupuk Bokashi berbeda dengan pupuk organik lain. Karena proses pembuatan yang relatif cepat biasanya pupuk yang belum matang biji gulma belum mati sehingga pertumbuhan gulma sangat tinggi. Sedangkan tujuan utama penggunaan Pupuk Bokashi untuk menambah bahan organik tanah dan mengatasi kendala kelangkaan pupuk.

d.      Penutup dan menyimpulkan

5.3 Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tujuan penyuluhan tercapai dan untuk melakukan perbaikan terhadap perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan dan aplikasi Pupuk Bokashi.

5.3.1 Evaluasi Pengetahuan

Pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan terhadap teknologi pembuatan pupuk organik bokashi sebelum penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan. Evaluasi pengetahuan responden diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan nilai maksimal 600.

1.    Evaluasi Awal (Free Test)

Evaluasi awal dilakukan sebelum pelaksanaan penyuluhan dengan cara survei pada tanggal 1 April s/d 14 Mei 2023 melalui wawancara secara tertutup menggunakan kusioner pada 30 orang responden anggota kelompoktani Sama Ngawa dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

          Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  responden berdasarkan hasil evaluasi awal dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 8:

Tabel 8 Pengetahuan Petani Berdasarkan free test

No

Nama Responden

Skore Maks.

Tes awal

Skore

%

Kategori

1

Abas

20

7

35

Sedang

2

Abbas

20

9

45

Sedang

3

Agusalim ssos

20

9

45

Sedang

4

Furkan ardidianto

20

6

30

Rendah

5

Hasan

20

7

35

Sedang

6

Husen mahmud

20

6

30

Rendah

7

Ibrahim

20

9

45

Sedang

8

Muhamad ali

20

10

50

Sedang

9

Sudirman

20

6

30

Rendah

10

M Yusuf

20

10

50

Sedang

11

Maryam

20

6

30

Rendah

12

Misbah

20

9

45

Sedang

13

Mislan

20

6

30

Rendah

14

Ramlin

20

5

25

Rendah

15

Sudirman

20

9

45

Sedang

16

Sulaiman

20

7

35

Sedang

17

M. yamin

20

4

20

Rendah

18

Abdul jalil

20

10

50

Sedang

19

Arwin agustiawan

20

5

25

Rendah

20

Aryanto

20

7

35

Sedang

21

Burhan

20

4

20

Rendah

22

M Sardin

20

9

45

Sedang

23

Ruslan

20

4

20

Rendah

24

Salahudin

20

9

45

Sedang

25

Abubakar

20

9

45

Sedang

26

Asiah

20

8

40

Sedang

27

Fatimah

20

4

20

Rendah

28

Hadijah

20

12

60

Sedang

29

Haerudin

20

6

30

Rendah

30

Kamuriah

20

7

35

Sedang

Jumlah

600

219

36,5

Sedang

Sumber : Data diolah, 2023.

            Tabel 8 menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi termasuk Pengetahuan sedang dengan skor 219 atau sebanyak 36,5 % dari skor maksimal,

2.        Evaluasi akhir (Post Test)

Evaluasi akhir dilakukan setelah pelaksanaan penyuluhan dengan cara membagikan kusioner pada 30 orang responden anggota kelompoktani Sama Ngawa dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

          Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  responden berdasarkan hasil evaluasi akhir dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 9:

Tabel 9 Pengetahuan Petani Berdasarkan Post Test

No

Nama Responden

Tes Akhir

Peningkatan %

Skore

%

Kategori

1

Abas

12

60

sedang

25

2

Abbas

13

65

sedang

20

3

Agusalim ssos

18

90

Tinggi

45

4

Furkan ardidianto

17

85

Tinggi

55

5

Hasan

12

60

Sedang

25

6

Husen mahmud

15

75

Tinggi

45

7

Ibrahim

13

65

sedang

20

8

Muhamad ali

14

70

Tinggi

20

9

Sudirman

16

80

Tinggi

50

10

M Yusuf

16

80

Tinggi

30

11

Maryam

14

70

Tinggi

40

12

Misbah

10

50

Sedang

5

13

Mislan

17

85

Tinggi

55

14

Ramlin

18

90

Tinggi

65

15

Sudirman

15

75

Tinggi

30

16

Sulaiman

17

85

Tinggi

50

17

M. yamin

16

80

Tinggi

60

18

Abdul jalil

14

70

Tinggi

20

19

Arwin agustiawan

18

90

Tinggi

65

20

Aryanto

17

85

Tinggi

50

21

Burhan

14

70

Tinggi

50

22

M Sardin

16

80

Tinggi

35

23

Ruslan

13

65

Sedang

45

24

Salahudin

19

95

Tinggi

50

25

Abubakar

15

75

Tinggi

30

26

Asiah

14

70

Tinggi

30

27

Fatimah

14

70

Tinggi

50

28

Hadijah

16

80

Tinggi

20

29

Haerudin

17

85

Tinggi

55

30

Kamuriah

12

60

Sedang

25

Jumlah

600

452

75,3

Tinggi

38,83

 

Tabel 9 menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan tingkat pengetahuan menjadi kategori tinggi dengan skor 452 atau sebanyak 75,3 % dari skor maksimal sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 38,83%.

Peningkatan pengetahuan petani sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati (2011), penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya didorong oleh perasaan dari dalam dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan. Kemampuan berkomunikasi penyuluh berhasil dengan baik karena didukung dengan pendekatan kepada petani jauh sebelum penyuluh menjadi pemandu lapang SL PTT padi. Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik - teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi.  Diharapkan pengembangan berbagai inovasi teknologi yang terkait dengan aplikasi Pupuk Bokashi dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan.

5.3.2 Evaluasi keterampilan

Evaluasi terhadap keterampilan sasaran diukur dengan cara melakukan penilaian terhadap kemampuan melakukan praktek pembuatan bokashi setelah dilakukan demonstrasi cara oleh penyuluh sebanyak 15  pernyataan. Evaluasi keterampilan menggunakan teknik rating scale sebagai berikut :

Tabel 10 Kategori keterampilan petani

No

Nama Responden

Skore

Persentase (%)

Kategori

1

Abas

46

76,7

Sangat Trampil

2

Abbas

44

73,3

Cukup trampil

3

Agusalim ssos

45

75,0

Cukup Trampil

4

Furkan ardidianto

36

60,0

Cukup Trampil

5

Hasan

27

45,0

Trampil

6

Husen mahmud

38

63,3

Cukup Trampil

7

Ibrahim

41

68,3

Cukup Trampil

8

Muhamad ali

30

50,0

Trampil

9

Sudirman

28

46,7

Trampil

10

M Yusuf

33

55,0

Trampil

11

Maryam

30

50,0

Trampil

12

Misbah

37

61,7

Cukup Trampil

13

Mislan

37

61,7

Cukup Trampil

14

Ramlin

36

60,0

Cukup Trampil

15

Sudirman

33

55,0

Cukup Trampil

16

Sulaiman

52

86,7

Sangat Trampil

17

M. yamin

38

63,3

Cukup Trampil

18

Abdul jalil

34

56,7

Cukup Trampil

19

Arwin agustiawan

35

58,3

Cukup Trampil

20

Aryanto

37

61,7

Cukup Trampil

21

Burhan

40

66,7

Cukup Trampil

22

M Sardin

34

56,7

Cukup Trampil

23

Ruslan

29

48,3

Kurang  Trampil

24

Salahudin

30

50,0

Trampil

25

Abubakar

46

76,7

Sangat Trampil

26

Asiah

35

58,3

Cukup Trampil

27

Fatimah

32

53,3

Cukup Trampil

28

Hadijah

32

53,3

Cukup Trampil

29

Haerudin

33

55,0

Cukup Trampil

30

Kamuriah

52

86,7

Sangat trampil

Jml

600

1100

61,11

Cukup trampil

 

Tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan petani dalam pembuatan pupuk bokashi terdapat 20 responden atau 67% termasuk kategori cukup trampil.

Syafruddin, dkk (2006) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan

5.4 Rencana Tindak Lanjut

1.        Melakukan Penyuluhan Secara Kontinyu/terus menerus tentang pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani

2.        Melakukan Demonstrasi plot (Demplot ) tentang aplikasi pupuk organik bokashi pada semua tanaman.

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan

1.        Hasil survei pengetahuan Sebelum penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi termasuk Pengetahuan sedang dengan skor 219 atau sebanyak 37 % dari skor maksimal, sedangkan setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan tingkat pengetahuan menjadi kategori tinggi dengan skor 452 atau sebanyak 75 % dari skor maksimal sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 42%. keterampilan petani dalam pembuatan pupuk bokashi terdapat 20 responden atau 67% termasuk kategori cukup trampil sedangkan secara umum termasuk kategori cukup trampil.

2.        Untuk meningkatkan pengetahuan petani maka perlu disusun rancangan penyuluhan Materi yang ditetapkan  pada kegiatan penyuluhan di kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab.Bima  yaitu teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran, Tujuan penyuluhan adalah agar 65% petani di kelompok tani Tani Sama Ngawa tau dan trampil dalam pembuatan pupuk organik bokashi. Sasaran penyuluhan yaitu petani yang belum mendapatkan penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran atau petani yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah pada Kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab. Bima  dengan jumlah petani yakni 30 orang.     metode penyuluhan yang ditetapkan adalah metode ceramah dan demonstrasi cara (demcar). Media yang digunakan pada kegiatan penyuluhan adalah media folder  dan media sesungguhnya, Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan dan aplikasi Pupuk Bokashi.

5.2  Saran

1.      Bagi petani yang berpengetahuan rendah perlu disusun rancangan penyuluhan pertanian dengan materi Tehnik pembuatan bokashi

2.      Hendaknya penyuluh dapat melakukan penyuluhan berdasarkan desain penyuluhan yang sesuai permasalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi. 2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto, 2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara, Yogyakarta.

________,2021. Evaluasi Pendidikan Edisi 3 Bina Aksara. Yogyakarta

Arsyad, 2003.Petunjuk Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya.

Azwar. 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

__________ 2011. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

BPP Wera. 2022. Laporan Demplot Kacang Tanah. BPP Wera Kabupaten Bima.

BPP Wera, 2022. Programa Penyuluhan Pertanian Tahun 2023. BPP Wera Kabupaten Bima.

BPS, 2022, Kecamatan Wera Dalam Angka Tahun 2021.

Erwin. 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level Supervisor.

Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Kementan 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.

Mahmudah. 2010. Psikologi Sosial. UIN Maliki Press. Malang

Mardikanto. T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

___________,2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press Surakarta.

Muh. Asaad dan Warda 2009, Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Bawang Merah Asal Biji. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km 17,5 Makassar e-mail : bptp-sulsel@litbang.deptan.go.id Diterima : 20 Mei 2009; Disetujui untuk publikasi : 21 Pebruari 2010

Nazir M, 2008, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.

Wirartha, I, M. 2005. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit: Andi. Yogyakarta

Samsudin. 1989. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian dan Modernsiasi Pertanian. Penerbit: Bina Cipta. Bandung

Silalahi U. 2012. Metode Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama, Bandung.

Soekartawi, 2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara,. Jakarta.

Soedarmanto, 1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang

Soekanto, S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.

Sunarto. 2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani Dengan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Komoditas Jagung Di Sidoharjo Wonogiri.

         Agritex No 24 November 2008.

UU RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan. Yayasan pengembangan Sinar Tani, Jakarta

Umi Puji Astuti dan Bunayah Honorita, 2012. Pengetahuan Petani dalam Pemanfaatan Pekarangan Terpadu di Propinsi Bengkulu.

Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

Wahjuti U, 2007. Metodologi penyuluhan Partisipatif. STPP Malang

________2013, Modul Metoda Penyuluhan Pertanian I, STPP Malang.

Walgito B. 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Andi offset, Yogyakarta.

Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta.

Widoyoyo Eko Putro, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

                              Pustaka Pelajar

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PKL I

Penyakit Busuk Batang Jagung (Versi bahasa Bima)

Laporan PKL II Ma'ruf STPP Malang