Jurnal Ilmiah
Rancangan Penyuluhan tentang pembuatan Pemupukan organik Bokashi
di
Kecamatan Wera Kabupaten Bima
Nurhaidah, Suhirmanto, Ma’ruf.
Polbangtan Malang
Agustus 2023
Kecamatan Wera
sebagai salah satu sentra pengembangan komoditas pertanian dan peternakan
banyak mengasilkan bahan limbah organik seperti jerami padi dan jagung,
brangkasan kacang tanah, kotoran sapi dan kambing belum dimanfaatkan secara
optimal. Limbah tersebut hanya dibuang dan dibakar sehingga menyebabkan
terjadinya polusi udara karena petani di Kecamatan Wera belum mau dan mampu melakukan pembuatan
dan aplikasi pupuk organik untuk digunakan pada komoditi pertanian seperti
padi, jagung bawang merah dan kacang tanah.
Sehubungan dengan hal
tersebut maka mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada Tugas akhir
perlu melakukan penelitian dan penyuluhan yang berjudul “Rancangan Penyuluhan tentang
pembuatan Pemupukan organik Bokashi di Kecamatan Wera Kabupaten Bima”. Tujuan penelitian Untuk mengetahui
pengetahuan petani tentang pembuatan pupuk organic di Kecamatan Wera Kabupaten
Bima, Untuk mengetahui rancangan penyuluhan meningkatan pengetahun petani
tentang pembuatan pupuk organic di Kecamatan Wera Kabupaten Bima.
Hasil survei pengetahuan Sebelum penyuluhan tingkat
pengetahuan petani responden terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi
termasuk Pengetahuan sedang dengan skor 219 atau sebanyak 37 % dari skor
maksimal, sedangkan setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan tingkat
pengetahuan menjadi kategori tinggi dengan skor 452 atau sebanyak 75 % dari
skor maksimal sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 42%.
keterampilan petani dalam pembuatan pupuk bokashi terdapat 20 responden atau
67% termasuk kategori cukup trampil sedangkan secara umum termasuk kategori
cukup trampil.
Untuk meningkatkan pengetahuan petani maka
perlu disusun rancangan penyuluhan Materi yang ditetapkan pada kegiatan penyuluhan di kelompoktani Tani
Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab.Bima yaitu teknologi pembuatan pupuk
organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran, Tujuan penyuluhan adalah agar 65% petani di
kelompok tani Tani Sama Ngawa tau dan trampil dalam pembuatan
pupuk organik bokashi. Sasaran penyuluhan yaitu petani yang belum
mendapatkan penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk
organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran atau petani yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah pada
Kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab. Bima dengan jumlah petani yakni 30 orang.metode penyuluhan
yang ditetapkan adalah metode ceramah dan demonstrasi cara (demcar).
Media yang digunakan pada kegiatan penyuluhan adalah media folder dan media sesungguhnya, Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan
penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan keterampilan petani
tentang pembuatan dan aplikasi Pupuk Bokashi.
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertanian mempunyai peranan penting
dalam kehidupan manusia karena berfungsi sebagai penyedia pangan, pakan untuk
ternak, dan bioenergi. Peran pertanian sangat strategis dalam mendukung
perekonomian nasional, terutama mewujudkan ketahanan pangan, peningkatan daya
saing, penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan. Selain itu, mendorong
pertumbuhan agroindusti di hilir dan memacu ekspor komoditas pertanian untuk
meningkatkan devisa negara. Di sisi lain, penyediaan kebutuhan pangan
masyarakat merupakan tugas utama yang tidak ringan, yaitu diperkirakan penduduk
Indonesia pada tahun 2050 mencapai 330,9 juta jiwa, terbesar keenam di dunia
setelah India, Tiongkok, Nigeria, Amerika Serikat dan Pakistan (United Nations
Population 2019).
Dalam rangka menyediakan pangan
masyarakat sebagai wujud ketahanan pangan dalam negeri yang telah dituangkan ke
dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun
2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020-2024, maka sektor pertanian diharapkan berkontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas di Indonesia dengan menitik beratkan pada peningkatan
produksi komoditi strategis nasional yaitu komoditi padi, jagung, kedele,
bawang merah, cabe, daging dan telur. (Kementan 2021)
Untuk meningkatkan produksi komoditi pertanian dalam negeri diperlukan
strategi pencapaian produksi yang akan dilakukan dengan peningkatan
produktivitas melalui kegiatan optimalisasi pembinaan didaerah sentra produksi
maupun daerah pengembangan yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah maupun stakeholder,
Instansi terkait maupun masyarakat pertanian lainnya(Kementan 2021).
Keberhasilan
produksi produk pertanian (food availibility) tidak terlepas oleh
beberapa faktor utama. Faktor tersebut dibedakan menjadi dua bagian yaitu
faktor internal dan faktor eksternal yang keduanya saling mempengaruhi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri petani dan lahan yang menjadi tempat usaha meliputi
kompetensi SDM, Pemilikan lahan dan tingkat kesuburan lahan sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar petani yang sifatnya
berbeda-beda bagi setiap petani seperti iklim / cuaca, sarana prasarana seperti
benih, pupuk dan pestisida serta kebijakan pemerintah.(Ditjen Tanaman
Pangan,2021)
Pupuk
merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan produksi pertanian karena
pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman, atau bisa juga dikatakan sebagai makanan
tambahan. Beberapa manfaat pupuk bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan dan
mempercepat pertumbuhan serta perkembangan tanaman yang sudah kita budidayakan,
dapat meningkatkan dan mempercepat hasil produksi tanaman, dapat meningkatkan
kesuburan tanaman yang kita budidayakan sehingga tanaman lebih tahan dari
berbagai macam hama dan penyakit, dapat memanipulasi lingkungan di sekitar
tanaman sehingga sesuai untuk pertumbuhan dan juga perkembangan tanaman yang
bersangkutan dan terakhir dapat merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun
tanaman.
Revolusi Hijau pada tahun 1984 menjadikan Indonesia
sebagai negara swasembada pangan besar dunia pada dekade 1980-an. Dampak
positif Revolusi Hijau, yakni: Meningkatnya kesejahteraan petani Menguatnya
perekonomian pedesaan Meningkatkan ketahanan pangan nasional Membuka kesadaran
masyarakat pedesaan akan pentingnya adaptasi teknologi. Revolusi Hijau tidak
hanya memberikan dampak positif, namun juga memberi dampak negatif yaitu
Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida yang tidak ramah
lingkungan Penggunaan teknologi modern dalam usaha tani yang belum merata
menimbulkan kesenjangan Munculnya kapitalisasi dalam sektor pertanian
(Kompas.com 2022)
Selama ini upaya peningkatan produksi pertanian yang
dilakukan oleh petani di Kecamatan Wera mengandalkan pupuk an organik seperti
Urea, SP36 dan KCl dosis tinggi tanpa diimbangi pemberian pupuk organik
sehingga menyebabkan berkurangnya kandungan organk tanah, mengakibatkan tekstur
tanah menjadi padat, kemampuan tanah menyimpan air berkurang serta minimnya
udara tanah yang sangat berpengaruh bagi pernapasan akar tanaman. Berdasarkan
hasil uji sifat tanah sederhana yang dilakukan oleh TIM BPP kecamatan Wera
menunjukkan bahwa kandungan organik tanah di Kecamatan Wera hanya 1,2%
sedangkan tanah yang baik menurut
Balitnah 2019 adalah tanah yang mengandung bahan organik sekitar 5%.
Sementara itu dengan diberlakukan Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang alokasi
pupuk bersubsidi dan harga eceran tertinggi akan menyebabkan terjadinya
kelangkaan pupuk anorganik dan beberapa komoditi strategis dan unggulan seperti
kacang tanah dan bawang merah tidak mendapat alokasi pupuk bersubsidi maka
petani harus membeli pupuk an organik non subsidi yang harganya mahal dan
langka.
Salah
satu solusi yang ditawarkan pemerintah melalui kementrian pertanian untuk
mengatasi permasalahan pupuk subsidi yang jumlahnya sangat terbatas adalah
Gerakan Pertanian Organik (Genta organik) merupakan suatu gerakan pertanian pro
organik yang meliputi pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah
tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal. Gerakan ini mendorong petani
untuk memproduksi pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah secara
mandiri melalui percontohan dan tidak mengandalkan bantuan pemerintah
pusat dengan tujuan untuk menyuburkan
tanah-tanah Indonesia untuk meningkatkan produksi pertanian di saat harga pupuk
mahal, menerapkan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, Menekan biaya
produksi pertanian dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Kecamatan Wera
sebagai salah satu sentra pengembangan komoditas pertanian dan peternakan
banyak mengasilkan bahan limbah organik seperti jerami padi dan jagung,
brangkasan kacang tanah, kotoran sapi dan kambing belum dimanfaatkan secara
optimal. Limbah tersebut hanya dibuang dan dibakar sehingga menyebabkan
terjadinya polusi udara karena petani di Kecamatan Wera belum mau dan mampu melakukan pembuatan
dan aplikasi pupuk organik untuk digunakan pada komoditi pertanian seperti
padi, jagung bawang merah dan kacang tanah (IPW-2022).
Berdasarkan hal tersebut perlu
memanfatkan semua sumber daya pertanian yang ada secara optimal dengan
memanfaatkan inovasi teknologi. Saat ini Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan) bersama perguruan tinggi dan lembaga penelitian
lainnya telah menghasilkan berbagai paket teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali potensi sumber daya pertanian dalam upaya
peningkatan produktivitas, kualitas, dan kapasitas produksi. Berbagai varietas
serta klon tanaman dan ternak unggul, teknologi pupuk, alat dan mesin
pertanian, bioteknologi, nanoteknologi, aneka teknologi budi daya, pascapanen,
dan pengolahan hasil pertanian telah tersedia. Meskipun, aneka paket teknologi
telah tersedia, namun belum semuanya dapat diadopsi petani karena berbagai
kendala, seperti terbatasnya permodalan, lemahnya kelembagaan, skala usaha yang
relatif kecil, terbatasnya keterampilan, dan belum meratanya kegiatan
diseminasi teknologi di tingkat petani seperti teknologi pembuatan pupuk
organik.
Kecamatan
Wera Kabupaten Bima merupakan salah
satu sentra pengembangan komoditas strategis pertanian dan peternakan di
Propinsi Nusa Tenggara Barat dan telah memberikan kontribusi terhadap
penyediaan pangan dan pemenuhan gizi nasional. Komoditas strategis pertanian
dan peternakan yang diusahakan petani di Kecamatan Wera adalah komoditas Padi,
jagung kacang tanah dan bawang merah yang diusahakan pada lahan sawah maupun
lahan kering sedangkan komoditas peternakan meliputi ternak sapi, kambing dan
ayam, hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2020 –
2024 dengan program strategis peningkatan produksi tanaman pangan padi, jagung,
kedele, bawang merah dan cabe sedangkan komoditias strategis peternakan
meliputi peningkatan produksi Sapi/kerbau dan telur. (BPP Wera , 2022)
Berdasarkan data potensi wilayah
Kecamatan Wera Tahun 2021 bahwa luas areal tanam komoditi pertanian yang
diusahakan petani yaitu padi 4617 ha, Jagung 1846 ha, Kacang tanah 5707 ha dan
bawang merah 1246 ha, dengan total produksi padi 23.359 ton GKP, Jagung 13886
ton pipilan kering, kacang tanah 7786 polong kering dan bawang merah 14605 ton
umbi kering sedangkan populasi peternakan seperti sapi 9276 ekor, kambing 12857
ekor, sedangkan ayam 67.804 ekor. (BPS 2022)
Sebagai upaya meningkatkan adopsi
inovasi pemupukan organik tim BPP Kecamatan Wera telah melakukan penyuluhan
tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk
kandang, pupuk bokashi pada tanaman padi dan tanaman bernilai tinggi seperti tanaman
jagung, tanaman kacang tanah dan bawang
merah namun relatif masih banyak petani
di Kecamatan Wera yang tingkat adopsi inovasi pembuatan dan aplikasi pupuk
organik masih rendah, karena penyuluhan
yang dilakukan belum mengacu pada penetapan materi, sasaran, metode dan media
penyuluhan yang belum sesuai dengan keadaan sasaran. Hal ini mengindikasikan
bahwa belum terjadi perubahan perilaku pada sebagian besar petani sebagaimana
tujuan yang diharapkan tercapai dari kegiatan penyuluhan tentang pemupukan
organik karena pembuatan dan aplikasi pupuk organik dianggap rumit dan sulit
untuk dilaksanakan.
Roger (2003) menyatakan bahwa
sifat-sifat inovasi akan menentukan
petani mengadopsi atau tidak suatu inovasi, yaitu sifat keunggulan
relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan dicoba, dan dapat dibedakan dengan
yang lama. Sedangkan menurut
Schiffman dan Kanuk (2010), ada lima karakteristik produk/Inovasi tersebut yang
dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi antara lain: 1)
Keuntungan relatif (relative
advantages), adalah
merupakan tingkatan dimana suatu ide dianggap suatu yang lebih baik dari pada
ide-ide yang ada sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan. 2) Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi
dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan
kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel
dengan ciriciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide
yang kompatibel. 3).Kerumitan (Complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi
dianggap relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan
digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi.
4).Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi
dalam skala kecil. Ide baru yang dapat
dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang
tidak dapat dicoba lebih dahulu. 5).Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi
dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga
mempercepat proses adopsi.
Guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani diperlukan penyuluhan
pertanian yang sesuai dengan standar teknis penetapan materi, penetapan
sasaran, penetapan metode dan media penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik
sebagai sebagai alternatif lain dalam menambah kandungan hara dengan
pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan yang ada disekitar lingkungan
usahatani melalui penyuluhan seperti yang tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Wera Tahun 2021 agar terjadinya perubahan
prilaku petani dalam menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi pupuk organik
sehingga mengurangi biaya pembelian pupuk an organik dan akan memperbaiki tekstur tanah serta
tersedianya kandungan hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Sehubungan
dengan hal tersebut maka mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada
Tugas akhir perlu melakukan penelitian dan penyuluhan yang berjudul “Rancangan
Penyuluhan tentang pembuatan Pemupukan organik Bokashi di Kecamatan Wera
Kabupaten Bima”.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
meningkatkan pengetahuan petani tentang pembuatan pupuk
organic Bokashi di Kecamatan Wera Kabupaten Bima?
2.
Bagaimana
rancangan penyuluhan meningkatkan pengetahun petani
tentang pembuatan pupuk organic Bokashi di
Kecamatan Wera Kabupaten Bima?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengetahuan petani tentang pembuatan pupuk organic di Kecamatan Wera
Kabupaten Bima
2.
Untuk
mengetahui rancangan penyuluhan meningkatan pengetahun petani tentang pembuatan
pupuk organic di Kecamatan Wera Kabupaten Bima
METODE
PELAKSANAAN
3.1. Lokasi dan Waktu
Kajian
dilaksanakan di Kecamatan Wera Kabupaten
Bima. Pelaksanan Kajian dengan tujuan untuk mengetahui Tingkat pengetahuan
petani tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik pada bulan Januari s/d
April 2023, dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Wera sebagian besar petaninya belum mengadopsi penggunaan
pupuk organik.
3.2. Metode Kajian
Metode
kajian dalam penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey yaitu untuk
mengetahui tingkat Pengetahuan petani dalam mengetahui, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, sintesa dan mengevaluasi tentang teknik pembuatan
dan aplikasi pupuk organik.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam
kajian ini adalah seluruh anggota yang berjumlah 102 orang dari Kelompok tani Samangawa
Desa Nangawera Kecamatan Wera Kabupaten
Bima.
Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugyono,2007). Pengambilan sampel dalam kajian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan
sampel dilakukan secara acak dari jumlah populasi yang ada tanpa memperhatikan
strata dari populasi yang ada.
Jumlah sampel
dalam kajian ini adalah diambil sebanyak 30 % dari jumlah populasi yaitu
sebanyak 30 orang. Arikunto (2008), menyatakan apabila kurang dari 100 lebih
baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 55 % atau lebih.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer adalah data pengetahuan petani tentang
pembuatan dan aplikasi pupuk organik Bokashi dan data sekunder.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kajian ini
dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner sebanyak 20 pertanyaan tentang
teknik pembuatan dan aplikasi pupuk organik bokashi sedangkan untuk mengukur
tingkat keterampilan menggunakan instrumen / kuisioner sebanyak 10 soal sebagai
berikut :
Tabel
1. Instrumen Pengetahuan petani tentang pupuk organik bokashi
Dimensi |
Indikator |
Butir |
Tahu. |
1.
Responden dapat menjelaskan pengertian pupuk organik 2.
Responden dapat menjelaskan sumber pupuk Hijau 3.
Reponden tahu bahan pembuatan pupuk kandang 4. Responden tahu proses
pembuatan pupuk kompos 5.
Responden tahu proses pembuatan pupuk
hayati |
1,2,3,4,5 |
Memahami. |
6.
Responden paham pupuk urea, sp36 sebagai pupuk an organik 7.
Respponden paham kandungan unsurhara pupuk organik 8.
Responden paham kandungan
unsurhara pupuk an organik |
6,7,8 |
Aplikasi. |
9. Responden dapat membuat pupuk
bokashi 10.
Responden dapat memperoleh bahan-bahan pembuatan bokashi 11.
Responden dapat menentukan keberhasilan pembuatan pupuk bokashi 12.
Responden dapat mengaplikasikan pupuk organik bokashi |
9.11.12 |
Analisis. |
13. Responden menganalisis
keuntungan aplikasi pupuk orgaik 14. Responden dapat
merencanakan pembuatan pupuk organik 15. Responden dapat melatih
cara pembuatan pupuk boksi |
13,14,15 |
Sintesis. |
16. Responden dapat memperbanyak pupuk
bokashi 17. Responden dapat
memfasiltasi pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi pada petani lain |
16,17 |
Evaluasi. |
18.
Responden dapat membandingkan aplikasi pupuk organik bokashi 19.
Responden dapat menyimpulkan keunggulaan aplikasi keunggulan pupuk organik
bokashi 20.
Responden dapat melakukan uji coba aplikasi pupuk organik bokashi |
18,19,20 |
Tabel
2. Instrument keterampilan
Dimensi |
Indikator |
Butir |
Meniru |
1. Responden
dapat memperhatikan cara persiapan dengan tepat 2. Responden
dapat memperhatikan cara memilih bahan tepat pada praktek pembuatan bokashi 3. Responden dapat menirukan cara
pembuatan pupuk bokashi |
1,2,3 |
Memanipulasi |
4. Responden
dapat melakukan persiapan dengan tepat sesuai petunjuk teknis 5. Responden
dapat memilih bahan tepat
pada praktek pembuatan bokashi sesuai petunuk teknis 6.
Responden dapat melakukan pembuatan pupuk
bokashi sesuai petunjuk teknis |
4,5,6 |
Ketetapan |
7. Responden
dapat mendemonstrasikan cara persiapan pembuatan pupuk bokasi pada peserta lain 8. Responden
dapat mendemonstrasikan cara memilih bahan tepat pada praktek pembuatan bokashi
kepada peserta lain 9.
Responden dapat mendemonstrasikan cara
pembuatan pupuk bokashi kepada peserta lain |
7,8,9 |
Artikulasi |
10.
Responden dapat menentukan ciri pupuk bokashi yang baik 11.
Responden dapat mengembangkan usaha pembuatan pupuk bokashi sebagai sebuah kebutuhan 12.
Responden dapat mengaplikasikan pupuk bokashi pada tanaman |
10, 11,12 |
Pengalamiahan |
13.
Responden dapat menyusun rencana kebutuhan pupuk bokashi 14.
Responden dapat mengelola usaha pembuatan pupuk bokashi 15.
Responden dapat menemukan hal baru dalam pembauatan pupuk bokashi |
13, 14, 15 |
3.6 Analsis
Data
Data yang
diperoleh dalam kajian ini diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel
frekuensi/tabulasi dan disajikan dalam bentuk deskriptif terhadap peningkatan
pengetahuan petani dalam mengetahui,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesa dan mengevaluasi sedangkan
peningkatan keterampilan petani meliputi keterampilan meniru, memanipulasi,
mengalamiahkan dan artikulasi tentang teknik pembuatan pupuk bokashi.
a)
Analisis
data pengetahuan
Untuk mengetahui
pengetahuan diukur menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan tes obyektif sebanyak
20 pertanyaan dimana setiap jawaban benar di beri nilai 1 sedangkan jawaban
salah di beri nilai 0 lalu dianalisis menggunakan anailsis deskriptif
persentase sebagai berikut (Arikunto,
2021):
P= F/n x 100%
Keterangan :
P= besaran
persentase
F= frekwensi
jawaban benar
n= Jumlah
responden
3.3 Rancangan Penyuluhan
3.3.1 Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan adalah petani di Kelompoktani Samangawa, Desa Nangawera,
KecamatanWera, Kabupaten Bima yang ditetapkan sebagai sampel
penelitian. Petani yang belum memiliki pengetahuan menjadi sasaran utama penyuluhan sedangkan petani yang sudah menerapkan
sebagai agen pembaharu yang membantu peneliti dan penyuluh dalam meningkatkan
perubahan prilaku
3.3.2 Penetapan
Materi
Materi yang disuluhkan adalah paket teknologi pembuatan pupuk
organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran. Penetapan materi dilaksanakan setelah diadakan
identifikasi kebutuhan penyuluhan diharapkan dapat membantu petani dalam
menyelesaikan permasalahan, kelangkaan pupuk dan keadaan lahan pertanian
3.3.3 Metode, Teknik dan Media Penyuluhan
Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah metode
pendekatan kelompok
ceramah dan demonstrasi cara. Sedangkan teknik
yang digunakan adalah berdasarkan kontektualisasi penetapan metode penyuluhan.
Media penyuluhan yang digunakan adalah disesuaikan dengan keadaan sasaran yang
berisi tentang materi yang mudah dipahami dan mudah dilakukan oleh petani. (Poster dan
Brosur)
3.3.4 Evaluasi
Penyuluhan
Pelaksanaan
penyuluhan adalah untuk mengetahui prilaku (pengetahuan dan Keterampilan)
petani tentang pembuatan pupuk organik bokashi
a).
Analisis data pengetahuan
Untuk mengetahui
pengetahuan diukur menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan tes obyektif
sebanyak 20 pertanyaan dimana setiap jawaban benar di beri nilai 1 sedangkan
jawaban salah di beri nilai 0 lalu dianalisis menggunakan anailsis deskriptif
persentase sebagai berikut (Arikunto,
2021):
P= F/n x 100%
Keterangan :
P= besaran
persentase
F= frekwensi
jawaban benar
n= Jumlah
responden
Pengambilan
kesimpulan dengan menggunakan 3 (tiga) katergori:
Setelah jawaban
benar dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori dengan rumus sebagai berikut :=
100-1/3= 33
Sehingga diperoleh kategori pada
tabel sebagai berikut sebagai berikut :
Tabel
3 Kategori Pengetahuan petani
No |
Interval |
Kategori |
1 |
67
– 100 % |
Pengetahuan
Tinggi |
2 |
>33
– 66 % |
Pengetahuan
sedang |
3 |
1
– 33 % |
Pengetahuan
Rendah |
b).Analisis data keterampilan
Untuk mengukur tingkat
keterampilan petani dalam pembuatan dan aplikasi pupuk organik bokashi adalah
menggunakan rating skala dari kurang trampil sampai ke sangat trampil dari
jumlah soal masing-masing sebanyak 15 soal dengan keterangan
penilaian:
1 = tidak trampil,
1
=
cukup trampil,
2
=
trampil,
3
= sangat trampil
Tabel
4 Kategori keterampilan petani
No |
Interval |
Persentase (%) |
Kategori |
1 |
46-60 |
76-100 |
Sangat trampil |
2 |
31-45 |
51
- 75 |
Cukup trampil |
3 |
16-30 |
26
– 50 |
Trampil |
4 |
1-15 |
1
– 25 |
Kurang/tidak trampil |
3.4 Kerangka
Pikir
IDENTIFIKASI
WILAYAH
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
4.1.1 Tingkat
Pendidikan Responden
Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 5 :
Tabel
5. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan |
Jumlah Responden |
Pernsetase (%) |
SD |
6 |
20 |
SMP |
5 |
17 |
SMA |
16 |
53 |
PT |
3 |
10 |
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber:
Data diolah, 2023
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden
terbanyak terdapat pada kategori
pendidikan SD 20%, SMP 5 % dan SMA16% dan perguruan tinggi 10 % Jumlah
responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMA menggambarkan bahwa tingkat
pendidikan masih tinggi. Tingkat pendidikan yang cenderung tinggi sangat
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan
serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
yang diusahakan.
4.1.2 Lama Usahatani
Responnden
Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung
mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian
kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama usaha petani responden dapat
dilihat pada Tabel 5 :
Tabel
5. Distribusi Lama Usahatani Responden
Lama Usaha (tahun) |
Interval |
Jumlah Responden |
Persentase (%) |
Baru |
1 - 6 |
15 |
50 |
Sedang |
7 - 12 |
12 |
40 |
Lama |
13 - 18 |
3 |
10 |
Jumlah |
|
30 |
100 |
Sumber: Data diolah, 2023
Tabel 5 Menunjukkan bahwa secara
umumpengalaman usaha tani responden jumlah responden termasuk kategori antara 1
s/d 18 tahun.dan terbanyak pada kategori lama usaha 1 s/d 12 tahun, sebanyak 27 orang atau 90%. Hal ini
menunjukkan bahwa petani responden sudah berpengalaman dalam berusaha tani baik
usahatani padi, jagung dan bawang merah.
4.1.3 Umur Responden
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal
yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Distribusi umur responden dapat
dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Umur Responden
No |
Umur (tahun) |
Jumlah (Orang) |
Presentasi (%) |
1 2 3 |
1 s/d 15 16 s/d 64 ‘> 64 |
0 30 0 |
0 100 0 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber: Data
diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan
bahwa responden memiliki umur antara 16 S/D 64 tahun sebanyak 30 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki
usia produktif yang terbanyak sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang pembuatan
pupuk organik bokashi.
4.1.4 Pemilikan Lahan
Luas pemilikan lahan akan
berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani. Untuk mengetahui luas
pemilikan lahan petani responden dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel .7 Luas Pemilikan lahan
No |
Luas Pemlikan
lahan |
Jumlah (Orang) |
Presentasi (%) |
1 2 3 |
0,10 – 0,50(Sempit) 0,51-0,95(sedang
) 0,96 – 1,99
(Luas) |
17 13 0 |
67 33 0 |
|
Jumlah |
30 |
100 |
Sumber : data
diolah 2023
Berdasarkan
tabel 7 menunjukkan bahwa luas pemilikan lahan responden didominasi lahan sempit
67% dan Sedang sebanyak 33 % responden hal ini berpengaruh terhadap produksi
dan pendapatan petani di Desa Nanga Wera Kecamatan Wera.
4.2
Implementasi Rancangan Penyuluhan
4.2.1 Penetapan Materi Penyuluhan
Materi yang
ditetapkan pada kegiatan penyuluhan di
kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab.Bima yaitu teknologi pembuatan pupuk
organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran
Penetapan
materi tersebut didasarkan pada hasil survei pengetahuan petani tentang teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran menujukkan tingkat
pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis teknologi pembuatan
pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh
petani sasaran
temasuk Pengetahuan tinggi sebanyak 60 % pengetahuan sedang20% dan pengetahuan rendah 20%
UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2
menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan
pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan
sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu
pengetahuan. sedangkan materi penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai bahan
penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama
dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi,
rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan
4.2.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan
Memperhatikan
tingkat pengetahuan petani sudah termasuk kategori tinggi namun belum memiliki
sikap positif terhadap sistem pemupukan berimbang maka perlu ditetapkan tujuan
penyulauah untuk merubah sikap petani yang mengacu pada prinsip ABCD.
Tujuan
penyuluhan adalah agar 65% petani di kelompok tani Tani Sama Ngawa tau dan
trampil dalam pembuatan
pupuk organik bokashi. Penetapan tujuan penyuluhan mengacu pada Permentan
Nomor 43 Tahun 2013 tentang standar kompetensi kerja Nasional Indonesia bagi
Penyuluh pertanian bahwa dalam menetapkan tujuan penyuluhan mengacu pada rumusan ABCD yaitu Audenc, Behavior,
Condition, Degreedan SMART yaitu
Specifik, Measurable, Actionary, Realistik, time bound.
Soedarmanto, 2001, menyatakan bahwa
Penyuluhan pertanian ditujukan untuk membantu petani dalam memecahkan persoalan
yang dihadapi dengan cara-cara baru yang terbukti lebih baik dari cara lama.
Dapat dirumuskan secara jelas, singkat dan mudah dipahami petani, sehingga
petani sebagai sasaran utama dapat mengetahui hasil akhir yang ingin dicapai.
Secara khusus tujuan penyuluhan merupakan peningkatan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan motifasinya, meskipun ada faktor yang sangat
berpengaruh yang harus dihadapi dalam pencapaian tujuan ini adalah faktor pendorong,
faktor penghambat, dan faktor penggangu.
4.2.3 Penetapan Sasaran Penyuluhan
Sasaran
penyuluhan yaitu petani yang belum mendapatkan penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran atau petani yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah pada
Kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab. Bima dengan jumlah petani yakni 30 orang.
Hal ini sesuai dengan amanat UU. No.
16 Tahun 2006, bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah:
1. Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat
penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara.
2.
Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.
3.
Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati
pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat
4.2.4 Penetapan Metode Penyuluhan
Untuk
mencapai tujuan penyuluhan perlu ditetapkan metode penyuluhan perlu
mempertimbangkan: musim, keadaan usahatani, permasalahan di lapangan, fasilitas
sasaran penyuluhan yang telah dikemukakan terdahulu, sangat diperlukan dalam menetapkan
kombinasi metode. Pertimbangan akan
menghasilkan permilihan ini satu atau lebih metode penyuluhan.
Berdasarkan Kontekstualisasi Hasil
Identifikasi Lapangan dan tingkat adopsi bahwa petani sudah memiliki
pengetahuan termasuk kategori tinggi sedangkan untuk merubah pengetahuan diperlukan metode penyuluhan yang
ditetapkan adalah metode ceramah dan demonstrasi cara (demcar)..
Wahyuti, 2013 menyatakan bahwa tujuan
utama pemilihan metode penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya
tujuan penyuluhan pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel,
b) mendorong sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bisa belajar menolong
dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses sumber daya, teknologi, pasar
maupun modal, c) mengembangkan kreativitas sasaran bisa meningkatkan
produktivitas usahanya guna mencapai kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat
proses adopsi inovasi teknologi pertanian, e) mempermudah penyampaian materi
oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian
4.2.5 Penetapan Media
Penetapan
Media yakni merubah perilaku dan pengetahuan petani dengan segala sesuatu
yang dapat digunakan agar menambah pengetahuan petani yang dapat merubah
perlakuan, sehingga dalam menetapkan media penyuluhan perlu memperhatikan
karakteristik sasaran ( Umur, Pendidikan, Luas Uaha, Lama usaha), Tujuan
penyuluhan, materi penyuluhan, tingkat adopsi dan psiko social dalam masyarakat.
Berdasarkan sasaran pendidikan SD 20%,
SMP 5 % dan SMA16% dan perguruan tinggi 10 %. Jumlah responden dengan tingkat
kelulusan pada bangku SMA menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih tinggi.
Tingkat pendidikan yang cenderung tinggi sangat berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi
sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan
Memperhatikan tingkat pendidikan sasaran
maka media yang digunakan pada kegiatan penyuluhan adalah media folder dan media sesungguhnya
5.2
Pelaksanaan Penyuluhan
Pelaksanaan
penyuluhan merupakan tahap kedua setelah perencanaan penyuluhan. Pelaksanaan
penyuluhan harus disesuaikan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai
yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap pembuatan dan
aplikasi Pupuk Bokashi.
Dalam
pelaksanaan penyuluhan terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan
antara lain :
5.2.1 Persiapan
1. Koordinasi
Lokasi Kegiatan
Berdasarkan hasil koordinasi dengan
anggota kelompoktani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera pelaksanaan
penyuluhan tentang Demonstrasi pembuatan Pupuk Bokashi dilaksanakan di Kandang
Ternak sapi meilik bapak H Burhan dengan pertimbangan bahwa alat dan bahan
cukup tersdia dan aplikasi Pupuk Bokashi dilaksanakan di Sama Ngawa dengan
pertimbangan bahwa di kelompoktani Sama Ngawa berada dekat dengan jalan yang
sering dilalui sehingga petani lain.
2.
Persiapan
penyusunan LPM dan perbanyakan media penyuluhan folder.
3. Langkah Langkah
Pelaksanaan Penyuluhan
Langkah-langkah pelaksanaan
penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk bokashi berdasarkan Lembar persiapan menyuluh
(LPM) sebagai berikut :
a.
Pembukaan
oleh Ketua kelompok
Dalam
sambutannya ketua kelompok menyampaikan topik dan tujuan kegiatan penyuluhan serta tata urutan
kegiatan, dilanjutkan pembagian Post test kepada peserta.
b.
Penyampaian
Materi Penyuluhan oleh penyuluh. / Peneliti.
Pada kegiatan
penyuluhan penyuluh membagikan brosur untuk dibaca oleh peserta. Penyuluh
sebagai komunikator dan edukator memberikan penyuluhan dengan metode ceramah
menjelaskan Pengertian dan
prinsip.keunggulan dan kelemahan Pupuk Bokashi, cara pembuatan Pupuk Bokashi.
Dan aplikasi Pupuk Bokashi.
c.
Tanya
jawab.
Salah satu peserta temu lapang diberikan kesempatan untuk bertanya kepada 2
oarang peserta yaitu bapak Asikin mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik
menyebabkan pertumbuhan rumput sangat cepat sehingga menambah biaya penyiangan
dan herbisida. Sedangkan bapak Alwi mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik
membutuhkan pupuk organik yang banyak sehingga menambah biaya transportasi dan
biaya tenaga kerja.
Petani pelaksana
menjelaskan bahwa pada penggunaan Pupuk
Bokashi tidak ada pertumbuhan rumput yang begitu tinggi, sedangkan penyuluh /
peneliti menjelaskan bahwa penggunaan pupuk Bokashi berbeda dengan pupuk
organik lain. Karena proses pembuatan yang relatif cepat biasanya pupuk yang
belum matang biji gulma belum mati sehingga pertumbuhan gulma sangat tinggi.
Sedangkan tujuan utama penggunaan Pupuk Bokashi untuk menambah bahan organik
tanah dan mengatasi kendala kelangkaan pupuk.
d. Penutup dan menyimpulkan
5.3
Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam
pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
tujuan penyuluhan tercapai dan untuk melakukan perbaikan terhadap perencanaan
dan pelaksanaan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan
penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan dan
aplikasi Pupuk Bokashi.
5.3.1 Evaluasi Pengetahuan
Pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan terhadap teknologi pembuatan pupuk organik bokashi sebelum
penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan. Evaluasi pengetahuan responden
diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20
pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya
0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan nilai maksimal
600.
1.
Evaluasi
Awal (Free Test)
Evaluasi awal dilakukan sebelum
pelaksanaan penyuluhan dengan cara survei pada tanggal 1
April s/d 14 Mei 2023 melalui wawancara secara tertutup menggunakan
kusioner pada 30 orang responden anggota kelompoktani Sama Ngawa
dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Dari interpretasi skor minimal dan
maksimal maka tingkat pengetahuan
responden berdasarkan hasil evaluasi awal dapat dikategorikan seperti
disajikan dalam Tabel 8:
Tabel
8 Pengetahuan Petani Berdasarkan free test
No |
Nama Responden |
Skore
Maks. |
Tes
awal |
||
Skore |
% |
Kategori |
|||
1 |
Abas |
20 |
7 |
35 |
Sedang |
2 |
Abbas |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
3 |
Agusalim ssos |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
4 |
Furkan ardidianto |
20 |
6 |
30 |
Rendah |
5 |
Hasan |
20 |
7 |
35 |
Sedang |
6 |
Husen mahmud |
20 |
6 |
30 |
Rendah |
7 |
Ibrahim |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
8 |
Muhamad ali |
20 |
10 |
50 |
Sedang |
9 |
Sudirman |
20 |
6 |
30 |
Rendah |
10 |
M Yusuf |
20 |
10 |
50 |
Sedang |
11 |
Maryam |
20 |
6 |
30 |
Rendah |
12 |
Misbah |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
13 |
Mislan |
20 |
6 |
30 |
Rendah |
14 |
Ramlin |
20 |
5 |
25 |
Rendah |
15 |
Sudirman |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
16 |
Sulaiman |
20 |
7 |
35 |
Sedang |
17 |
M. yamin |
20 |
4 |
20 |
Rendah |
18 |
Abdul jalil |
20 |
10 |
50 |
Sedang |
19 |
Arwin agustiawan |
20 |
5 |
25 |
Rendah |
20 |
Aryanto |
20 |
7 |
35 |
Sedang |
21 |
Burhan |
20 |
4 |
20 |
Rendah |
22 |
M Sardin |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
23 |
Ruslan |
20 |
4 |
20 |
Rendah |
24 |
Salahudin |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
25 |
Abubakar |
20 |
9 |
45 |
Sedang |
26 |
Asiah |
20 |
8 |
40 |
Sedang |
27 |
Fatimah |
20 |
4 |
20 |
Rendah |
28 |
Hadijah |
20 |
12 |
60 |
Sedang |
29 |
Haerudin |
20 |
6 |
30 |
Rendah |
30 |
Kamuriah |
20 |
7 |
35 |
Sedang |
Jumlah |
600 |
219 |
36,5 |
Sedang |
Sumber : Data diolah, 2023.
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebelum
penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden terhadap pembuatan dan aplikasi
pupuk bokashi termasuk Pengetahuan sedang dengan skor 219 atau sebanyak 36,5 %
dari skor maksimal,
2.
Evaluasi
akhir (Post Test)
Evaluasi akhir dilakukan setelah
pelaksanaan penyuluhan dengan cara membagikan kusioner pada 30 orang responden anggota kelompoktani Sama Ngawa
dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Dari interpretasi skor minimal dan
maksimal maka tingkat pengetahuan
responden berdasarkan hasil evaluasi akhir dapat dikategorikan seperti
disajikan dalam Tabel 9:
Tabel
9 Pengetahuan Petani Berdasarkan Post Test
No |
Nama Responden |
Tes
Akhir |
Peningkatan % |
||
Skore |
% |
Kategori |
|||
1 |
Abas |
12 |
60 |
sedang |
25 |
2 |
Abbas |
13 |
65 |
sedang |
20 |
3 |
Agusalim ssos |
18 |
90 |
Tinggi |
45 |
4 |
Furkan ardidianto |
17 |
85 |
Tinggi |
55 |
5 |
Hasan |
12 |
60 |
Sedang |
25 |
6 |
Husen mahmud |
15 |
75 |
Tinggi |
45 |
7 |
Ibrahim |
13 |
65 |
sedang |
20 |
8 |
Muhamad ali |
14 |
70 |
Tinggi |
20 |
9 |
Sudirman |
16 |
80 |
Tinggi |
50 |
10 |
M Yusuf |
16 |
80 |
Tinggi |
30 |
11 |
Maryam |
14 |
70 |
Tinggi |
40 |
12 |
Misbah |
10 |
50 |
Sedang |
5 |
13 |
Mislan |
17 |
85 |
Tinggi |
55 |
14 |
Ramlin |
18 |
90 |
Tinggi |
65 |
15 |
Sudirman |
15 |
75 |
Tinggi |
30 |
16 |
Sulaiman |
17 |
85 |
Tinggi |
50 |
17 |
M. yamin |
16 |
80 |
Tinggi |
60 |
18 |
Abdul jalil |
14 |
70 |
Tinggi |
20 |
19 |
Arwin agustiawan |
18 |
90 |
Tinggi |
65 |
20 |
Aryanto |
17 |
85 |
Tinggi |
50 |
21 |
Burhan |
14 |
70 |
Tinggi |
50 |
22 |
M Sardin |
16 |
80 |
Tinggi |
35 |
23 |
Ruslan |
13 |
65 |
Sedang |
45 |
24 |
Salahudin |
19 |
95 |
Tinggi |
50 |
25 |
Abubakar |
15 |
75 |
Tinggi |
30 |
26 |
Asiah |
14 |
70 |
Tinggi |
30 |
27 |
Fatimah |
14 |
70 |
Tinggi |
50 |
28 |
Hadijah |
16 |
80 |
Tinggi |
20 |
29 |
Haerudin |
17 |
85 |
Tinggi |
55 |
30 |
Kamuriah |
12 |
60 |
Sedang |
25 |
Jumlah |
600 |
452 |
75,3 |
Tinggi |
38,83 |
Tabel 9 menunjukkan bahwa setelah
dilakukan penyuluhan terjadi perubahan tingkat pengetahuan menjadi kategori
tinggi dengan skor 452 atau sebanyak 75,3 % dari skor maksimal sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan sebesar 38,83%.
Peningkatan
pengetahuan petani sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan
penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem
serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati
(2011), penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami
kesulitan dalam menjalankan tugasnya didorong oleh perasaan dari dalam
dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan. Kemampuan berkomunikasi
penyuluh berhasil dengan baik karena didukung dengan pendekatan
kepada petani jauh sebelum penyuluh menjadi pemandu lapang SL PTT
padi. Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian
merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa,
kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyebutkan
bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan
kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir
dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik - teknik
pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat.
Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses
adopsi inovasi. Diharapkan pengembangan
berbagai inovasi teknologi yang terkait dengan aplikasi Pupuk Bokashi dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan.
5.3.2 Evaluasi keterampilan
Evaluasi terhadap keterampilan sasaran diukur
dengan cara melakukan penilaian terhadap kemampuan melakukan
praktek pembuatan bokashi setelah dilakukan demonstrasi cara oleh penyuluh sebanyak 15
pernyataan. Evaluasi keterampilan
menggunakan teknik rating scale sebagai berikut :
Tabel
10 Kategori keterampilan petani
No |
Nama Responden |
Skore |
Persentase (%) |
Kategori |
1 |
Abas |
46 |
76,7 |
Sangat Trampil |
2 |
Abbas |
44 |
73,3 |
Cukup trampil |
3 |
Agusalim ssos |
45 |
75,0 |
Cukup Trampil |
4 |
Furkan ardidianto |
36 |
60,0 |
Cukup Trampil |
5 |
Hasan |
27 |
45,0 |
Trampil |
6 |
Husen mahmud |
38 |
63,3 |
Cukup Trampil |
7 |
Ibrahim |
41 |
68,3 |
Cukup Trampil |
8 |
Muhamad ali |
30 |
50,0 |
Trampil |
9 |
Sudirman |
28 |
46,7 |
Trampil |
10 |
M Yusuf |
33 |
55,0 |
Trampil |
11 |
Maryam |
30 |
50,0 |
Trampil |
12 |
Misbah |
37 |
61,7 |
Cukup Trampil |
13 |
Mislan |
37 |
61,7 |
Cukup Trampil |
14 |
Ramlin |
36 |
60,0 |
Cukup Trampil |
15 |
Sudirman |
33 |
55,0 |
Cukup Trampil |
16 |
Sulaiman |
52 |
86,7 |
Sangat Trampil |
17 |
M. yamin |
38 |
63,3 |
Cukup Trampil |
18 |
Abdul jalil |
34 |
56,7 |
Cukup Trampil |
19 |
Arwin agustiawan |
35 |
58,3 |
Cukup Trampil |
20 |
Aryanto |
37 |
61,7 |
Cukup Trampil |
21 |
Burhan |
40 |
66,7 |
Cukup Trampil |
22 |
M Sardin |
34 |
56,7 |
Cukup Trampil |
23 |
Ruslan |
29 |
48,3 |
Kurang
Trampil |
24 |
Salahudin |
30 |
50,0 |
Trampil |
25 |
Abubakar |
46 |
76,7 |
Sangat Trampil |
26 |
Asiah |
35 |
58,3 |
Cukup Trampil |
27 |
Fatimah |
32 |
53,3 |
Cukup Trampil |
28 |
Hadijah |
32 |
53,3 |
Cukup Trampil |
29 |
Haerudin |
33 |
55,0 |
Cukup Trampil |
30 |
Kamuriah |
52 |
86,7 |
Sangat trampil |
Jml |
600 |
1100 |
61,11 |
Cukup trampil |
Tabel diatas menunjukkan bahwa
keterampilan petani dalam pembuatan pupuk bokashi terdapat 20 responden atau
67% termasuk kategori cukup trampil.
Syafruddin,
dkk (2006) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyatakan
bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan
pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik
individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk
kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang
berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan
bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan
dengan tanpa didasari pengetahuan
5.4 Rencana Tindak Lanjut
1.
Melakukan
Penyuluhan Secara Kontinyu/terus menerus tentang pembuatan dan aplikasi pupuk
bokashi agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
2.
Melakukan
Demonstrasi plot (Demplot ) tentang aplikasi pupuk organik bokashi pada semua
tanaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Hasil
survei pengetahuan Sebelum penyuluhan tingkat pengetahuan petani responden
terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk bokashi termasuk Pengetahuan sedang dengan
skor 219 atau sebanyak 37 % dari skor maksimal, sedangkan setelah dilakukan
penyuluhan terjadi perubahan tingkat pengetahuan menjadi kategori tinggi dengan
skor 452 atau sebanyak 75 % dari skor maksimal sehingga terjadi peningkatan
pengetahuan sebesar 42%. keterampilan petani dalam pembuatan pupuk bokashi
terdapat 20 responden atau 67% termasuk kategori cukup trampil sedangkan secara
umum termasuk kategori cukup trampil.
2.
Untuk meningkatkan pengetahuan petani
maka perlu disusun rancangan penyuluhan Materi yang ditetapkan pada kegiatan penyuluhan di kelompoktani Tani
Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab.Bima yaitu teknologi pembuatan pupuk
organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran, Tujuan penyuluhan adalah agar 65% petani di
kelompok tani Tani Sama Ngawa tau dan trampil dalam pembuatan
pupuk organik bokashi. Sasaran penyuluhan yaitu petani yang belum
mendapatkan penyuluhan tentang teknologi pembuatan pupuk
organik bokashi yang belum dikuasai oleh petani sasaran atau petani yang memiliki tingkat pengetahuan yang masih rendah pada
Kelompoktani Tani Sama Ngawa Desa Nanga Wera Kecamatan Wera Kab. Bima dengan jumlah petani yakni 30 orang. metode penyuluhan yang ditetapkan adalah
metode ceramah dan demonstrasi cara (demcar). Media yang
digunakan pada kegiatan penyuluhan adalah media folder dan media sesungguhnya, Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan
penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan keterampilan petani
tentang pembuatan dan aplikasi Pupuk Bokashi.
5.2 Saran
1.
Bagi petani yang berpengetahuan rendah perlu disusun rancangan
penyuluhan pertanian dengan materi Tehnik pembuatan bokashi
2.
Hendaknya
penyuluh dapat melakukan penyuluhan berdasarkan desain penyuluhan yang sesuai
permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi.
2009. Psikologi Sosial. Rineka
Cipta. Jakarta
Arikunto,
2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara, Yogyakarta.
________,2021.
Evaluasi Pendidikan Edisi 3 Bina Aksara. Yogyakarta
Arsyad, 2003.Petunjuk
Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional.
Bhinekha, Surabaya.
Azwar. 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
__________ 2011.
Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
BPP Wera. 2022. Laporan Demplot Kacang Tanah. BPP Wera
Kabupaten Bima.
BPP Wera, 2022. Programa Penyuluhan Pertanian Tahun 2023.
BPP Wera Kabupaten Bima.
BPS, 2022, Kecamatan Wera Dalam Angka Tahun 2021.
Erwin. 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level
Supervisor.
Kartasapoetra,
A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Kementan
2015. Rencana Strategis Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019.
Mahmudah.
2010. Psikologi Sosial. UIN Maliki
Press. Malang
Mardikanto. T.
1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.
Sebelas Maret University Press, Surakarta.
___________,2009.
Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS
dan UNS Press Surakarta.
Muh. Asaad dan
Warda 2009, Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Bawang Merah Asal Biji.
Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km
17,5 Makassar e-mail : bptp-sulsel@litbang.deptan.go.id Diterima : 20 Mei 2009;
Disetujui untuk publikasi : 21 Pebruari 2010
Nazir
M, 2008, Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Peraturan
Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.
Wirartha, I, M.
2005. Metodelogi Penelitian Sosial
Ekonomi. Penerbit: Andi. Yogyakarta
Samsudin. 1989. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian dan
Modernsiasi Pertanian. Penerbit: Bina Cipta. Bandung
Silalahi
U. 2012. Metode Penelitian Sosial.
PT Rafika Aditama, Bandung.
Soekartawi,
2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian,
Bina Aksara,. Jakarta.
Soedarmanto,
1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang
Soekanto, S.
2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono.
2007. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.
Sunarto.
2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani Dengan
Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Komoditas Jagung Di Sidoharjo Wonogiri.
Agritex No 24
November 2008.
UU
RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan
Pertanian,Perikanan dan Kehutanan. Yayasan pengembangan Sinar Tani, Jakarta
Umi
Puji Astuti dan Bunayah Honorita, 2012. Pengetahuan
Petani dalam Pemanfaatan Pekarangan Terpadu di Propinsi Bengkulu.
Balai
Pengakajian Teknologi Pertanian Bengkulu.
Wahjuti
U, 2007. Metodologi penyuluhan
Partisipatif. STPP Malang
________2013,
Modul Metoda Penyuluhan Pertanian I,
STPP Malang.
Walgito B. 1999.
Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Andi offset, Yogyakarta.
Wawan dan Dewi.
2011. Teori dan pengukuran Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta.
Widoyoyo
Eko Putro, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen
Penelitian.
Pustaka Pelajar
Komentar
Posting Komentar