Laporan PKL I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, oleh karena itu Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang sebagai salah satu lembaga pendidikan kedinasan di Kementerian Pertanian yang menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, sikap dan berkehidupan bermasyarakat juga harus berkepribadian yang sesuai dengan kultur dan lingkungannya, memiliki kemampuan di bidang penyuluhan pertanian yang profesional, memiliki integritas moral, sikap mental dan etos kerja tinggi dan berkarakter serta memiliki kemampuan mengembangkan program penyuluhan pertanian dalam rangka mendukung keberhasilan program pembangunan pertanian melalui penyelenggaraan pendidikan Diploma IV.
Program Diploma IV dilaksanakan di STPP Malang dengan pola pembelajaran In and Out Campus Learning System. Pembelajaran in campus dilaksanakan pada semester ganjil sedangkan out campus dilaksanakan pada semester genap melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Pola pembelajaran In and Out Campus, mahasiswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengasah kompetensinya melalui proses pembelajaran dalam kondisi nyata di lapangan, sehingga tujuan penyelenggaraan pendidikan untuk mengasilkan penyuluh ahli yang profesional dengan kompetensi profesi penyuluh seperti yang tertuang dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) penyuluh pertanian dapat tercapai.
Bagi mahasiswa semester II STPP Malang Praktik Kerja Lapangan I diharapkan mampu untuk mencapai kompetensi dalam identifikasi potensi wilayah dan agroekosistem tingkat desa melalui pengumpulan data primer dan data sekunder dengan metode pendekatan Partisipatory Rural Aprisal (PRA), menganalisis data PRA, membuat peta usahatani desa sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan pertanian desa serta melakukan penyuluhan pertanian mandiri atau magang penyuluhan yang dilakukan penyuluhan pertanian sesuai materi penyuluhan berdasarkan rencana kegiatan penyuluhan pertanian (RKPP) desa Tahun 2013..
Memperhatikan hal tersebut maka PKL I akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2013 di Desa Lido Kecamatan Belo Kabupaten Bima karena memiliki potensi yang luas dalam pengembangan Agribisnis Padi, Palawija dan sayuran.
1.2 Tujuan Praktek kerja Lapangan (PKL)
1. Mahasiswa dapat mengumpulkan data primer dan data sekunder (data internal dan data eksternal) desa dengan metode PRA.
2. Mahasiswa dapat menganalaisis data hasil PRA.
3. Mahasiswa dapat membuat Peta Usahatani desa sebagai bahan penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Desa
4. Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan mandiri atau magang penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian di desa dengan materi yang terdapat dalam Rencana Kegiatan penyuluhan (RKP) Tahun 2013 Penyuluh Desa
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis adalah:
a) Penulis dapat berlatih melakukan beban tugas kerja penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat petani yang ada ditingkat Desa Lido Kecamatan Belo Kabupaten Bima;
b) Penulis dapat melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah/swasta, pengusaha tani dan stakeholder lain yang ada di Desa Lido Kecamatan Belo dan di Kabupaten Bima guna untuk menambah pemahaman tentang penyuluhan;
c) Penulis dapat berlatih dalam bermasyarakat dengan kondisi sosiokultur yang berada di Desa Lido Kecamatan Belo Kabupaten Bima.
1.3.2 Manfaat bagi pihak terkait :
a) Mengenal STPP sebagai penyelenggara pendidikan program D IV Penyuluhan Pertanian;
b) Membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan rutin terkait dengan penyuluhan pertanian yang di lakukan instansi, pengusaha dan petani;
c) Menciptakan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dibidang penelitian maupun pemberdayaan SDM pertanian.
1.3.3 Manfaat bagi STPP Malang adalah:
a) Dihasilkan SDM Penyuluh Pertanian Ahli yang memiliki integritas moral, professional, inovatif, kredibel, dan berwawasan global serta memiliki etos kerja yang tinggi dalam membangun sistem penyuluhan pertanian;
b) Dapat melaksanakan tanggung jawab STPP Malang dalam rangka menyebarluaskan inovasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha di daerah asal/wilayah kerja mahasiswa;
c) Meningkatkan eksistensi STPP Malang sebagai lembaga pendidikan penyuluhan pertanian;
d) Meningkatkan kerjasama STPP Malang dengan instansi maupun stakeholder lainnya.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Waktu dan Tempat.
Kegiatan PKL I dilaksanakan di Desa Lido Kecamatan Belo Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada tanggal 30 April s/d 16 Agustus 2013.
2.2 Metode Pelaksanaan
2.2.1 Identifikasi Potensi Wilayah
2.2.1.1 Pengumpulan Data Primer
Dalam melakukan pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara terstrukstur secara individu dari beberapa sumber baik petani maupun keluarganya serta masyarakat pelaku agribisnis lainya dan diskusi kelompok berdasarkan teknik dan isntrumen PRA diawali dengan pembentukan Tim PRA untuk mengkaji sejumlah topik informasi mengenai aspek-aspek Peta Sumberdaya desa, Identifikasi Kegiatan usaha tani dan sumber mata pencaharian, Peta Transek desa, Identifikasi kalender musim, Identifikasi bagan kecenderungan, Identifikasi Hubungan kelembagaan (Diagram Venn).
2.2.1.2 Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan dan pengolahan data sekunder adalah proses untuk mempelajari keadaan desa/wilayah berdasarkan data informasi yang telah ada. Beberapa jenis data sekunder yang di kumpulkan sebagai data pendukung PRA untuk penyuluhan agribisnis antara lain Data agroklimak wilayah, Batas wilayah, Kependudukan, Kelembagaan formal dan non formal yang ada di wilayah, Tata guna lahan, Jenis usaha masyarakat, Tingkat pendidikan rata-rata, Sarana dan prasarana di wilayah, Program-program pembangunan pertanian yang sedang berjalan atau yang pernah dilaksanakan di wilayah, Teknologi yang di terapkan, Data produksi, luas areal usaha tani, jumlah ternak dan komoditi utama yang di kembangkan di wilayah.
2.2.1.3 Analisa Data
Analisa PRA di tingkat desa/kelurahan di lakukan setelah semua data/informasi di peroleh melalui teknis/instrumen PRA dan data sekunder.
Langkah-langkah yang di lakukan dalam analisis PRA ini adalah:
1. Analisa potensi
a. Berdasarkan hasil yang di peroleh dari instrumen/teknis yang telah di kumpulkan maka di lakukan rekapitulasi potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut yang menyangkut potensi:
• Sumberdaya manusia
• Sumberdaya alam
• Kelembagaan Agribisnis
• Sarana Penunjang
b. Diskusikan kembali hasil rekapitulasi potensi, barangkali masih ada potensi yang belum terinventaris pada hasil pengumpulan data melalui instrumen PRA. Kelompokan potensi-potensi yang sama, karena mungkin saja ada kesamaan potensi yang ada di wilayah dusun, sehingga akan di peroleh rekapitulasi potensi yang ada di wilayah.
2. Analisa masalah
a. Berdasarkan hasil yang di peroleh di setiap instrumen yang telah di kumpulkan maka lakukan rekapitulasi masalah-masalah yang ada di wilayah tersebut yang menyangkut masalah
• Sumberdaya manusia
• Sumberdaya alam
• Kelembagaan agribisnis
• Sarana Penunjang
b. Diskusi kembali hasil rekapitulasi masalah, barangkali masih ada masalah yang belum terinventarisasi dapat hasil pengumpulan data melalui instrumen PRA.
c. Kelompokan masalah-masalah yang sama, karena mungkin saja kesamaan masalah yang ada di wilayah lingkungan, sehingga akan di peroleh rekapitulasi masalah yang ada di kelurahan.
d. Melakukan perengkingan dan urutan prioritas masalah, dengan menggunakan teknik perengkingan yang di sepakati. Apabila hasil perengkingan telah di lakukan untuk masing-masing dusun maka data tersebut dapat di gunakan sebagai bahan untuk perengkingan di tingkat desa. Apabila masalah yang di temukan di kelurahan cukup banyak, sepakati masalah-masalah mana saja yang di jadikan prioritas. Pilih 3 sampai 5 masalah prioritas dengan menggunakan kriteria-kriteria yang disepakati misalnya: di hadapi oleh sebagian besar petani, memiliki nilai strategis dll.
e. Merumuskan faktor penyebab masalah dari urutan prioritas yang telah di susun secara partisipatif.
3. Pembuatan peta usaha Tani desa
Pembuatan peta Usaha tani desa dilakukan secara diskusi dengan memperhatikan Analsia data dan keadaan serta perengkingan masalah yang diahapi baik dalam PRA maupun berdasarkan Potensi wilayah desa.
4. Penyusunan Program pembangunan Desa
Penyusunan Program pembangunan desa dilakukan melalui acara diskusi dengan melibatkan semua lapisan masyarakat berdasarkan hasil perengkingan dan analisis program desa.
2.2.2 Kegiatan Penyuluhan Pertanian Mandiri dan Magang Penyuluhan
Penyuluhan Pertanian Mandiri dan Magang Penyuluhan dilakukan dengan memperhatikan Rencana Kegiatan penyuluhan Pertanian (RKPP) Tahun 2013 yang telah disusun oleh Penyuluh Pertanian Desa Lido Kecamatan Belo atau berdasarkan masalah yang diahadapi pada saat Praktek Kerja Lapangan (PKL) sedang berlangsung.
Tahapan kegiatan penyuluhan mandiri adalah sebagai berikut :
Menyusun Naskah Uraian Materi
Menyusun media Penyiluhan pertanian
Menyusun Lembar Persiapan Menyuluh
Menyusun Petunjuk lapangan (Petlap) atau Peket satuan keterampilan (PSK)
BAB III
HASIL PELAKSANAAN
3.1 Identifikasi Potensi wilayah dan Agroekosistem
3.1.1 Sumber Daya Alam
3.1.1.1 Deskripsi Umum Wilayah.
Desa Lido merupakan salah satu Desa yang ada Kecamatan Belo di Kabupaten Bima dengan luas wilayah kerja disekitar 11,72 km2.
Secara administrasi Desa Lido teridiri dari 3 Dusun yaitu dusun Tonggondoa, dusun Lido dan dusun Renggesuma. Adapun batas-batas wilayah Desa Lido adalah sebagai berikut :
- Sebelah Barat : Desa Monta Kecamatan Monta
- Sebelah Timur : Desa Soki Kecamatan Belo
- Sebelah Selatan : Desa Soki Kecamatan Belo
- Sebelah Utara : Desa Ngali Kecamatan Belo
Untuk mengetahui lebih jelas keadaan wilayah Desa Lido dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:
.
Gambar 1 peta wilayah Desa Lido
Berdasarkan jarak orbitasi Desa Lido dengan ibukota Kecamatan Belo adalah 6 km, untuk menempuh perjalanan menuju ibukota kecamatan dapat menggunakan sepeda motor, mobil, atau kendaraan tradisional berupa benhur melalui jalan aspal, sementara jarak dengan ibukota Kabupaten Bima adalah 20 km dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum seperti mobil angkutan umum dan sepeda motor sedangkan dengan ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat adalah 500km dapat menggunakan bis umum.
3.1.1.2 Karakteristik Lahan dan Iklim
1. Keadaan Lahan
Wilayah Desa Lido mempunyai topografi yang sangat berfariasi dengan ketinggian berkisar antara 6-70 meter dpl. dengan berfariasinya. topografi tersebut sangat pengaruh terhadap fisografi dimana 73 % merupakan pegunungan dan hanya 27 % berupa daratan rendah.
Untuk mengetahui lebih jelas keadaan lahan dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:
Tekstur tanah terdiri dari tanah lempung liat hingga lempung berpasir, PH sangat bervariasi tergantung kondisi tanahnya. pada tanah kebun dan tanah tegalan kisaran PH tanahnya antara 5 – 6, pada lahan sawah irigasi PH rata-rata 4. Keadalaman solum tanah berkisar 1,5 s/d 3 meter dengan kondisi drainase kurang baik dan asal pembentukan tanahnya dari endapan abu vulkanik.
Luas lahan pertanian desa Lido adalah seluas 1.172 hektar terdiri dari tanah darat 143 hektar, tanah tanah sawah irigasi 174 hektar dan tanah perkebunan dan kehutanan 869 Hektar. Data luas lahan Desa Lido dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Luas lahan Pertanian Desa Lido Kecamatan Belo Tahun 2012
2. Iklim dan Curah Hujan.
Wilayah ini termasuk iklim tropis Type E4 (menurut Smith dan Ferguson, 1951) dimana suhu udara siang hari berkisar antara 30-330C dan suhu udara pada malam hari 19-200C dengan kelembaban udara rata-rata berkisar 51-81 % pada musim kemarau rata-rata 62 sampai 97 % pada musim hujan.
Curah Hujan rata-rata Desa Lido Kecamatan Belo selama lima tahun terakhir 119 mm dengan hari hujan 109 hari, curah hujan terbanyak terjadi pada November, Desember, Januari, Pebruari, Maret setiap bulannya dengan kalsifikasi 5 bulan basah dan 7 bulan kering.
Tabel 2. Data Curah Hujan selama 5 tahun terakhir Desa Lido
3. Luas Usaha Tani, Produktifitas dan permasalahannya.
Berdasarkan data potensi agroekosistem di Desa Lido terdapat beberapa komoditi yang diusahakan petani terdiri dari Tanaman pangan (padi, jagung dan kedele), Hortikultura (mangga, Pisang, cabe dan Bawang merah), Peternakan (Sapi, Kambing dan Ayam) sedangkan dan perkebunan / kehutanan ( Jati, jambu mete) untuk mengetahui luas dan produksi maka dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel. 3 Luas usahatani dan Produksi Desa Lido tahun 2012
Sumber : BPP Kecamatan Belo 2012.
Memperhatikan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa produksi komoditas unggulan Desa yaitu bawang merah dengan produktivitas rata-rata 12,6 ton hektar serta mutu produksi belum sesuai dengan permintaan pasar sementara berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh M. Zairin Tahun 2000 di Desa Pai Kecamatan Wera dan hasil kaji tindak yang dilakukan oleh Balai penyuluhan pertanian Kecamatan Belo Tahun 2011 bahwa produksi Bawang Merah Varietas Philipina mencapai 15,17 Ton /hektar umbi kering sedangkan komoditi tanaman pangan utama seperti padi, jagung, kedele masih juga sangat rendah, berdasarkan hasil Demonstrasi Plot Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah di So Temba Nae Desa Cenggu pada periode tanam Desember 2012 s/d Maret 2013 dan Demplot padi System Of Rice Intensification (SRI) di So Kalate Desa Lido pada periode tanam April s/d Juli 2013 produksi padi sawah mencapai 8 ton / hektar gabah kering panen, begitu juga dengan komoditi kedele masih dapat ditingkatkan hingga 2,75 ton /hektar Biji kering, sedangkan jagung bisa mencapai 7 ton pipilan kering (BPTP NTB, 2001).
Kendala utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas komoditi ungulan dan komoditi tanaman pangan utama di Desa Lido adalah semakin menurunnya tingkat kesuburan lahan, bahan organik yang rendah, serta PH yang masam, hal ini dipengaruhi oleh pola tanam yang terus menerus tanpa memperhatikan sistem pertanian berkelanjutan yang tidak diimbangi dengan pemberian bahan organik dan pengapuran, pemupukan N dosis tinggi tanpa diimbangi pupuk P ,K dan unsur makro maupun mikro serta penggunaan pestisida kimia sintetis dosis tinggi. Selain kendala teknologi faktor iklim dan cuaca yang selalu berubah juga sangat berpengaruh dalam pengembangan agribisnis komoditi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan / kehutanan dan peternakan, hal ini berdampak pada terjadinya serangan hama penyakit tanaman, penyakit ternak, ketersediaan air dan keadaan sosial masyarakat.
Untuk mengetahui permasalahan dan kendala dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 sebagai berikut:
Guna memecahkan masalah dan kendala diatas maka perlu menerapkan teknologi yang sesuai kondisi wilayah dan agroekosistem serta asumsi masukan rendah, dan dilengkapi dengan analisis ekonomi, yang mempertimbangkan aksesesibiltas, pasar, komoditas unggulan dan kelayakan ekonomi komoditas terpilih baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan / perkebunan(BPTP NTB, 2005).
Hasil pengolahan diperoleh 3 pewilayahan komoditas pertanian dengan zona agroekologinya sebagai berikut:
1. Sistem pertanian lahan kering untuk pengembangan hutan tanaman industri pada kelerengan > 45% seperti sonokling, mahoni dan lain-lain seluas 669 Hektar di oi seli.
2. Sistem pertanian lahan kering berbasis tanaman perkebunan permanen dan tanaman industri pada kelerengan 10 s/d 45 % seluas 343 Hektar dengan tanaman jambu mete, jati dengan tanaman pangan sebagai tumpang sari / tanaman sela seperti padi gogo, jagung,kedele, bawang merah dan tanaman Hijauan malkanan ternak di Tolo ompu baru .
3. Sistem pertanian lahan basah berbasis tanaman pangan (padi sawah, Jagung, Kedele, tanaman hortikultura (mangga, sirsak, pepaya, Sayuran bawang merah, cabe, mentimun) seluas 180 hektar di Tolo lido, Tolomango, Talaga Na,e, La Janggi, La Wila, kalate, Soja, la Dore, Tawali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta sumber daya sebagai berikut :
Gambar 5 Peta sumberdaya dan pewilayahan komoditas pertanian
Dalam rangka meningkatkan produksi optimum dan berkelanjutan maka perlu dilakukan sistem pertanian berkelanjutan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, sistem masukan luar rendah dan sistem pengendalian hama terpadu(Karwan A.Salikin,2003)
Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud hanya apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan tepat, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan. Penggunaan lahan yang tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk generasi penerus di masa-masa mendatang. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan.(Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,1999)
3.1.2 Sumber Daya Manusia
3.1.2.1 Jumlah Penduduk Umum dan Kepadatan
Jumlah penduduk di Desa Lido pada akhir tahun 2012 sebanyak 1.714 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 845 jiwa (49 %) dan perempuan sebanyak 869 jiwa (51%), (Monografi Desa Lido 2012). Untuk lebih jelasnya data penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel. 4 Data Penduduk Menurut Jenis Kelamain Desa Lido tahun 2012
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa persentase wanita lebih besar 51% dari laki 49% dan berdasarkan sex ratio maka jumlah wanita lebih besar dari laki-laki artinya setiap 100 jiwa wanita terdapat 97, 24 laki-laki.
Jika dikaitkan dengan kriteria kepadatan penduduk menurut Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960 tentang klasifikasi kepadatan penduduk suatu daerah digolongkan menjadi empat golongan dimana klasifikasi penduduk tertuang dalam table tabel 5 sebagai berikut
Komentar
Posting Komentar