Rancangan Penyuluhan Tentang Pembuatan Bawang Goreng Krispi Di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
Jurnal Ilmiah
Rancangan
Penyuluhan Tentang Pembuatan Bawang Goreng Krispi Di Kecamatan Sape Kabupaten
Bima.
Oleh
Rubiah, Luki Amar Hendrawati, Ma’ruf
Politeknik Pembangunan Pertanian
Polbangtan Malang
Mei 2023
RINGKASAN
Kecamatan
Sape sebagai salah
satu sentra pengembangan agribisnis komoditi bawang
merah terbesar di Kabupaten Bima telah memberikan kontribusi terhadap
pendapatan petani dan merupakan sumber penghasilan utama masyarakat petani
secara turun temurun karena ditunjang
kesesuaian lahan dan iklim
untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah, seperti tekstur
tanah lempung berpasir, suhu udara yang ideal dengan penyinaran
matahari sekitar 8 jam perhari serta
ketersediaan air yang cukup
Peningkatan
produksi bawang merah Kecamatan Sape belum
mampu meningkatkan pendapatan petani karena
masih terkendala dengan harga jual bawang merah
selalu fluktuatif apalagi pada saat panen raya harga jual bawang merah bisa
mencapai Rp 10.000 / kg sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan bahkan
rugi. Sehingga perlu dilakukan upaya
meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan
petani bawang merah melalui usaha Pembuatan bawang goreng melalui penyuluhan pertanian
Kajian ini
bertujuan untuk 1)Untuk mengetahui cara Desain
Penyuluhan Pembuatan bawang goreng di Kecamatan Sape Kabupaten Bima,
2)Untuk mengetahui cara pelaksanaan penyuluhan pembuatan
bawang goreng di Kecamatan Sape
Kabupaten Bima, 3)Untuk mengetahui
hasil evaluasi pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan goreng di
Kecamatan Sape Kabupaten Bima
Rancangan dan
desain penyuluhan disusun berdasarkan hasil identifikasi keadaan sasaran
penyuluhan materi penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi, tujuan penyuluhan
adalah agar 65 % petani tau dan trampil dalam pembuatan bawang goreng krispi,
sasaran penyuluhan sebanyak 20 orang anggota KWT Melati Desa Boke Kecamatan
Sape, Media penyuluhan yaitu media folder, metode penyuluhan adalah kombinasi
metode ceramah dan demonstrasi cara dan hasil sedangkan evaluasi yang dilakukan
adalah evaluasi pengetahuan dan keterampilan.
Pelaksanaan
penyuluhan pembuatan bawang goreng
mengacu pada lembar persiapan menyuluh meliputi tahap koordinasi
pemilihan lokasi dan waktu, pelaksanaan penyuluhan meliputi penyampaian materi
melalui ceramah oleh penyuluh / peneliti dan praktek pembuatan bawang goreng
krispi
Hasil evaluasi
tingkat pengetahuan sasaran sebelum penyuluhan (Free Test) 16 orang responden (80%) termasuk kategori
pengetahuan sedang dan setelah penyuluhan 14 orang responden (70%) kategori pengetahuan tinggi sehingga terjadi peningkatan 36,25 %. Berdasarkan uji
efektifitas penyuluhan ermasuk kategori cukup
efektif dengan tingkat efektifitas mencapai 58,7% sedangkan berdasarkan hasil
evaluasi keterampilan 70 % termasuk kategori tinggi sedangkan tingkat
keterampilan sasaran 80% termasuk kategori trampil.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Komoditas
bawang merah merupakan salah
satu komoditas strategis
pertanian yang bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat berpengaruh terhadap inflasi dan ekonomi
nasional. Pada tahun 2015-2018 Kementerian
Pertanian dalam rangka
meningkatkan produksi bawang merah telah
melakukan terobosan kebijakan dalam upaya peningkatan produksi bawang
merah melalui:
(1) memperbaiki aspek kebijakan; (2) pengembangan
infrastruktur; (3) pembenahan aspek kegiatan on-farm dan pascapanen;
dan (4) penanganan pasar bawang merah (Kementan,2020)
Kecamatan Sape sebagai salah
satu sentra pengembangan agribisnis komoditi bawang
merah terbesar di Kabupaten Bima telah memberikan kontribusi terhadap
pendapatan petani dan merupakan sumber penghasilan utama masyarakat petani. Luas
areal tanam bawang merah di Kecamatan Sape setiap tahun sekitar 1953,44 ha
dengan produktivitas rata-rata 12 Ton
/ha Ton umbi bawang kering untuk konsumsi dengan
harga jual rata- rata Rp.15.000/kg bawang kering.
Harga bawang merah
selalu fluktuatif apalagi pada saat panen raya harga jual bawang merah bisa
mencapai Rp 10.000 / kg sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan bahkan
rugi. Sehingga perlu dilakukan upaya
meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan
petani bawang merah melalui usaha Pembuatan
bawang goreng melalui penyuluhan pertanian.
Sehubungan dengan hal tersebut pada Tugas
Akhir
Mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang perlu melakukan kajian dan penyuluhan tentang
pembuatan bawang goreng
dengan judul “Proposal
Rancangan Penyuluhan Pembuatan Goreng Krispi di Kecamatan Sape Kabupaten Bima”.
1.1
Rumusan Masalah
- Bagaimana Desain/Perancangan Penyuluhan Pembuatan bawang goreng krispi
di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
- Bagaimana pelaksanaan penyuluhan
pembuatan bawang goreng krispi di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
- Bagaimana Evaluasi Pengetahuan dan Keterampilan petani dalam pembuatan
goreng krispi di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui cara Desain Penyuluhan Pembuatan bawang goreng di
Kecamatan Sape Kabupaten Bima
- Untuk mengetahui cara pelaksanaan penyuluhan pembuatan bawang
goreng di Kecamatan Sape Kabupaten
Bima
- Untuk mengetahui hasil evaluasi pengetahuan dan keterampilan petani
dalam pembuatan goreng di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
1.3 Manfaat
- Sebagai dasar dalam menyusun rencana penyuluhan yang sesuai dengan
kondisi sosial masyarakat
- Sebagai bahan Informasi bagi penyuluh dalam menetapkan metode dan
media penyuluhan yang sesuai dengan kemampuan dan sasaran
- Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan
sebagai upaya meningkatkan nilai tambah bagi petani bawang merah.
METODE
PELAKSANAAN
Lokasi
dan Waktu
Kegiatan kaji widya
pembuatan bawang goring krispi dari tepung maizena dilaksanakan di Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Sape pada bulan Pebruari 2023. Sedangkan hasil kajian
disuluhkan kepada kelompok wanita tani Melati di desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima pada tanggal 15 Maret 2023.
3.2 Metode
Kajian dan Alur Kajian
3.2.1 Metode Kajian
Metode kajian yang
digunakan pada kajian ini adalah Kaji Widya dengan tujuan untuk :
1.
Meningkatkan kompetetnsi dalam pembuatan bawang goreng
krispi sebagai dasar penyusunan materi penyuluhan.
2.
Mengetahui semua biaya dan pendapatan usaha pembuatan
bawang goreng krispi.
Alur Kajian
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pembuatan bawang goreng :
wajan, serok, pisau cutter, baskom, kompor gas, tupper ware, plastic kemasan,
alat pres sedangkan bahan yang digunakan adalah bawang gelondongan, tepung
beras, tepung kanji, tepung beras ketan, tepung maizena, minyak bimoli / filma.
b. Langka
kerja
Cara
yang dilakukan dalam kaji widya pembuatan
bawang goring adalah sebagai berikut :
1.
Bawang merah
dikupas kulit arinya dan potong pangkalnya.
2.
Setelah
dikupas diangin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam) ditempat yang tidak
kena matahari lansung.
3.
Cuci bawang
merah dengan air bersih lalu tiriskan airnya sampai kering.
4.
Lakukan
pengirisan dengan tipis-tipis 2 mm atau sesuai selera
5.
Bubuhkan
tepung 10 gram dan garam secukupnya pada 500 gram bawang merah yang telah
diiris secara merata.
6.
Lakukan
penggorengan sesegera mungkin pada kondisi minyak setelah panas. Selama
penggorengan harus selalu dibolak balik agar tidak menggumpal dan terjadi
pematangan serempak dan warna seragam.
7.
Setelah
dianggap matang ditandai bawang goring mengapung dan berwarna kekuningan segera
diangkat dan ditiriskan menggunakan spiner
8. Bawang goring dibiarkan dingin lalu dipacking sesuai keinginan pasar
c.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati adalah Produksi bawang goreng, jumlah biaya yang
dikeluarkan dan keuntungan usaha pembuatan bawang goreng krispi.
d.
Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari data hasil
wawancara atau diskusi langsung dengan petani responden dan penyuluh setempat
serta hasil kuesioner yang diberikan pada tiap-tiap responden.
Data sekunder diperoleh dari data
monografi Desa Boke, programa kecamatan dan instansi terkait.
e.
Metode Analisis Data
Untuk mengukur pendapatan usahatani menggunakan analisa
rata-rata pendapatan usaha pembuatan
bawang goreng krispi dengan rumus :
a)
Menghitung
Biaya total Produksi (TC) = VC + FC
·
TC = Total
Cost
·
VC = Variable
Cost / Biaya Variabel
·
FC = Fixet
Cost ( biaya tetap)
b) Penerimaan (TR)
= Total Produksi X Harga
c) Pendapatan = TR – TC
d) R/C = TR/TC
Metode
Perancangan Penyuluhan
Penetapan
Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan Pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan pembuatan bawang
goreng krispi
diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan,
meningkatkan nilai tambah terhadap pendapatan petani bawang merah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Penetapan
Sasaran Penyuluhan
Sasaran
penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi adalah
anggota kelompok wanita tani Melati Desa Boke Kecamatan Sape sebanyak 20 orang dipilih secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.
Penetapan
Materi Penyuluhan
Materi
penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah pembuatan bawang goreng krispi, karena materi
tersebut secara teknis mudah dilaksanakan dan secara ekonomi menguntungkan
petani.
Penetapan
Metode Penyuluhan
Metode yang
digunakan pada penyuluhan adalah ceramah yang dikombinasikan dengan metode
demonstrasi cara. Metode cerama bertujuan untuk memberikan pemahaman yang
mendalam terhadap materi pembuatan bawang
goreng krispi
sedangkan metode demonstrasi cara adalah agar peserta dapat melihat dan
mempraktekan cara pembuatan bawang goring krispi agar terjadi perubahan
keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.
Penetapan
Media Penyuluhan
Media yang
digunakan pada penyuluhan pembuatan bawang
goreng krispi
adalah
menggunakan media forlder dan media sesungguhnya berupa alat dan bahan pembuatan
bawang goreng. Penggunaaan media tersebut berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki
pendidikan rata-rata SMA dianggap mampu membaca dan memahami isi media yang
dibuat.
Penatapan
Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi yang
dilakukan pada penyuluhan adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan
petani. Evaluasi penyuluhan dapat dilakukan dengan
mendeskripsikan tingkatan dari pengetahuan dari yang terendah hingga yang
tertinggi,
sebagai berikut :
1. Tahap ingatan (sasaran mampu mengingat)
2.
Tahap pemahaman (sasaran memahami)
3. Tahap Penerapan (mampu menerapkan kaidah ilmu)
4. Tahap analis (sasaran mampu menganalisis)
5. Tahap sintesis (sasaran mampu mensintesis berbagai
pengetahuannya)
6. Tahap evaluasi (sasaran mampu mengevaluasi objek/kondisi)
Alat yang
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan petani adalah
kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai 5 (lima) dan salah diberi nilai 1 (satu). Sehingga
jika jawaban benar semua maka nilainya adalah 5 x 20 = 100, sedangkan jika
jawaban salah maka nilainya 1 x 20 = 20. dengan demikian akan diperoleh
katagori :
20
≤ kurang < 40
40
≤ cukup <60
60
≤ baik < 80
80
≤ sangat baik ≤ 100
Menurut Ginting (2005), untuk mengukur
pelaksanaan kegiatan menggunakan rumus efektifitas peningkatan pengetahuan
sebagai berikut :
1.
Target = Skor
Maksimal x Jumlah Responden
2. Pengetahuan sebelum penyuluhan (nilai tes awal)
3.
Kesenjangan = Target - ∑ Nilai Tes Awal
4. Pengetahuan setelah penyuluhan (nilai tes akhir)
5. Peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal
6.
Efektifitas peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes
Awal x 100 %
Kesenjangan
Kriteria
penentuan efektifitas peningkatan pengetahuan, den efektifitas penyuluhan
adalah sebagai berikut :
1. Efektif
: > 66,66 %
2. Cukup
efektif : 33,33 – 66,66 %
3. Kurang
efektif : < 33,33 %
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran
Umum Wilayah
Luas dan letak geografis Kecamatan Sape
Wilayah Kecamatan
Sape
dengan luas 232,12
km2 terbagi dalam 18 desa, dimana desa terluas adalah desa Poja dan terkecil
adalah desa Rasabou. Sebagai
pusat pemerintahan
Kecamatan Sape
desa Naru berada
pada jarak 44.6
km
dari ibukota Kabupaten Bima.
Diantara 18 desa, desa Poja
merupakan desa dengan jarak terjauh ( ±15
km) dari ibukota kecamatan.
Secara geografis wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sape terletak antara 117o 49’ dan 119o 45’ bujur timur dan 8o51’ Lintang selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Wera, Kecamatan Wawo, Kecamatan Wera dan Kecamatan Lambu
.
Tabel 1 Data Luas Wilayah
Kecamatan Sape
No |
Desa |
Luas (km2) |
% |
1 |
Sari |
49.16 |
21.18 |
2 |
Boke |
32.33 |
13.93 |
3 |
Jia |
12.42 |
5.35 |
4 |
Naru |
1.76 |
0.76 |
5 |
Bajopulau |
2.87 |
1.24 |
6 |
Bugis |
3.20 |
1.38 |
7 |
Rasabou |
0.42 |
0.18 |
8 |
Nae |
17.19 |
7.41 |
9 |
Parangina |
13.06 |
5.63 |
10 |
Raioi |
3.12 |
1.34 |
11 |
Sangia |
3.18 |
1.37 |
12 |
Kowo |
9.35 |
4.03 |
13 |
Buncu |
14.77 |
6.36 |
14 |
Poja |
61.19 |
26.36 |
15 |
Tanah
Putih |
2.63 |
1.13 |
16 |
Naru
Barat |
2.15 |
0.93 |
17 |
Lamere |
2.84 |
1.22 |
18 |
Oi
Maci |
0.48 |
0.21 |
|
Jumlah |
232.12 |
100.00 |
Sumber : BPP Sape 2022
Luas Lahan menurut penggunaan
Kecamatan Sape memiliki potensi
pertanian yang cukup luas baik dilahan
sawah maupun lahan kering. Jenis komoditas yang diusahakan oleh petani antara
lain padi, jagung, dan bawang merah sedangkan pada sektor peternakan adalah
sapi, kambing dan ayam sedangkan pada sektor kahutanan dan perkebunan yang
berpotensi yaitu jati, tebu, mahoni, asam dll. Luas penggunaan lahan di
Kecamatan Sape sesuai dengan rincian penggunaan lahan selengkapnya dalam Tabel 2
:
Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Sape
Tahun 2022
No |
Penggunaan
Tanah |
Luas
Lahan (Ha) |
Persentase
(%) |
1 |
Sawah |
1.952 |
8,41 |
2 |
Tegalan/Lahan kering |
4.303 |
18,53 |
3 |
Pekarangan dan Bangunan |
258 |
1,10 |
4 |
Kolam |
89 |
0,38 |
5 |
Hutan |
14.970 |
64,49 |
6 |
Perkebunan |
1.641 |
7,067 |
7 |
Lain-lain |
- |
0 |
Jumlah |
23.212 |
100 |
Sumber:BPP Sape, 2022.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa kecamatan Sape memiliki lahan sawah hanya 8,41% yang digunakan untuk penanaman padi, jagung dan bawang merah, dan lahan kering / tegalan sebesar 18,53 untuk usaha pertanian seperti padi gogo, jagung dan bawang merah dimusim hujan sedangkan kawasan kehutanan seluas 64 % sebagian besar digunakan untuk hutan jati dan tanaman kayu-kayuan lain dan tanaman jagung..
Jumlah Penduduk
Penduduk Kecamatan Sape
pada tahun 2021
sebanyak
63.148
jiwa,
31.817 Jiwa adalah penduduk laki-laki.
Perbandingan penduduk
laki-laki dan perempuan dapat
dilihat dari angka rasio jenis
kelamin yang menunjukkan angka 101.55. Ini berarti penduduk di
Kecamatan Sape lebih banyak penduduk laki-laki
dibandingkan penduduk perempuan.
Berdasar
luas wilayahnya, Kecamatan Sape mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 272 jiwa per
kilometer persegi. Desa Boke memiliki kepadatan terendah yaitu 41 jiwa
per Kilometer persegi. Sementara sebagian besar
penduduk didominasi penduduk berusia 16 hingga 65 tahun, sejumlah 43.701 jiwa atau 69.20% populasi
.Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022
No |
Desa /
Kelurahan |
Laki-laki |
Perempuan |
Jumlah |
1 |
Sari |
2
013 |
1
907 |
3
920 |
2 |
Boke |
675 |
662 |
1
337 |
3 |
Jia |
1
560 |
1
573 |
3
133 |
4 |
Naru |
2
010 |
2
024 |
4
034 |
5 |
Bajopulau |
1
017 |
955 |
1
972 |
6 |
Bugis |
4
266 |
4
214 |
8
480 |
7 |
Rasabou |
1
666 |
1
708 |
3
374 |
8 |
Nae |
884 |
929 |
1
813 |
9 |
Parangina |
2
704 |
2
644 |
5
348 |
10 |
Raioi |
1
921 |
1
863 |
3
784 |
11 |
Sangia |
3
199 |
3
122 |
6
321 |
12 |
Kowo |
2
009 |
2
051 |
4
060 |
13 |
Buncu |
1
712 |
1
621 |
3
333 |
14 |
Poja |
1
398 |
1
397 |
2
795 |
15 |
Tanah Putih |
755 |
758 |
1
513 |
16 |
Naru Barat |
2
018 |
1
908 |
3
926 |
17 |
Lamere |
1
047 |
1
034 |
2
081 |
18 |
Oi Maci |
963 |
961 |
1
924 |
|
Sape |
31
817 |
31
331 |
63
148 |
Sumber: BPS,2022
Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase laki-laki mencapai 50,4 % dan perempuan 49,6 % sehingga perbedaan tidak terlalu banyak berdasarkan sex ratio maka jumlah laki-laki lebih besar dari wanita artinya setiap 100 jiwa laki-laki terdapat 98 wanita.
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian
utama sebagian besar penduduk Sape bekerja di sektor pertanian khususnya
pertanian tanaman pangan. Kondisi
tersebut ditunjukkan dengan banyaknya
rumah tangga yang berpenghasilan utama di sektor pertanian (BPP Sape, 2022).
Jumlah penduduk di Kecamatan Sape
berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4:
Tabel 4. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tahun 2022
Mata Pencaharian |
Jumlah
Penduduk (Jiwa) |
Petani/pekebun/peternak |
16.727 |
ASN/TNI/POLRI |
911 |
Industri |
0 |
Perdagangan |
906 |
Jasa |
1184 |
Lainnya |
4456 |
Jumlah |
|
Sumber: BPP Sape, 2022
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Sape bermata pencaharian sebagai petani. Namun demikian pekerjaan mereka cukup beragam, kadang-kadang seorang PNS dan pensiunan juga memiliki dan menggarap sendiri lahan pertanian atau berternak ayam dan ikan. Demikian juga seorang pedagang atau jasa menggarap sawah dan memiliki ternak baik ternak besar maupun unggas.
Keadaan Pertanian
Sektor pertanian di Kecamatan Sape
memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan bagi kehidupan. Sektor
pertanian lebih diidentikkan sebagai sektor yang hanya menyediakan bahan pangan
bagi kehidupan manusia, stabilitas suatu negara dapat juga dipengaruhi
ketersediaan bahan pangan di daerah tersebut.
Ketersediaan bahan pangan akan tercukupi jika didukung oleh pertanian
yang kuat, sektor pertanian di suatu wilayah akan berjalan lebih baik apabila
didukung dengan teknologi, lahan potensial dan kualitas sumber daya manusia
yang mampu bersaing.
Luas
Tanam dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tanaman pangan
terutama padi/
beras menjadi komoditas yang
sangat strategis karena
merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. Sehingga peningkatan
kinerja pertanian tanaman pangan menjadi
salah satu andalan
untuk menjaga, memelihara dan
meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Bawang
merah merupakan tanaman hortikultura yang paling banyak diproduksi
di Kecamatan Sape. Pada tahun 2021, jumlah produksi bawang merah di kecamatan
Sape mencapai sebanyak 20.408,1
ton.
Komoditas utama dari sub sektor pertanian
tanaman pangan di Kecamatan Sape yang diusahakan petani secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 5:
Tabel 5. Komoditas Utama Kecamatan Sape Tahun
2022.
No |
Komoditi |
Luas tanam (Ha) |
Provitas (KWT/Ha) |
Produksi (TON) |
1 |
Padi |
5.544 |
58 |
13.105,2 |
2 |
Jagung |
1.200 |
106 |
32.296,03 |
3 |
Kedele |
764 |
11,82 |
549,5 |
4 |
Kacang tanah |
774 |
15 |
1404,76 |
5 |
Bawang Merah |
5.544 |
130 |
1725,401 |
6 |
Cabe |
15,57 |
|
9,45 |
7 |
Tomat |
21 |
|
36 |
Sumber: BPP Kecamatan. Sape, 2022
Komoditas utama tanaman pangan yang paling mendominasi adalah padi sebagai tanaman pangan yang banyak memberikan kontribusi terhadap ketersedian pangan dan pendapatan petani sedangkan komoditas unggulan kecamatan Sape adalah bawang merah yang ditanam setelah padi. Luas tanam bawang merah di Kecamatan Sape setiap tahun adalah 5.544 ha dengan produktivitas rata-rata 12 ton/ha dengan harga jual Rp.15.000 per kilogram sehingga sangat cocok untuk pengembangan usaha bawang goreng.
Identifikasi
Keadaan Responden
Dari hasil
survei di Kecamatan Sape kajian penelitian Desa Boke jumlah responden 20
orang yang menjadi sampel untuk mengukur karakteristik
sasaran penyuluhan sebagai dasar penepan media, metode penyuluhan pembuatan
bawang goreng krispi.
Tingkat Pendidikan Responden
Distribusi
tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan
Responden
Pendidikan |
Jumlah Responden |
Pernsetase (%) |
SD |
0 |
0 |
SMP |
3 |
15 |
SMA |
14 |
70 |
PT |
3 |
15 |
Jumlah |
20 |
100 |
Sumber: Data
diolah, 2023
Tabel 6
menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kategori pendidikan SD 32%, SMP 36 % dan SMA 32%.
Jumlah responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMP menggambarkan bahwa
tingkat pendidikan masih cenderung rendah. Tingkat pendidikan yang cenderung
rendah sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir,
penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas yang diusahakan.
Lama Usahatani Responnden
Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi
yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal
balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama usaha petani
responden dapat dilihat pada Tabel 7 :
Tabel 7. Distribusi Lama Usahatani Responden
Lama Usaha |
Interval |
Jumlah Responden |
Persentase (%) |
Baru |
0 - 3 |
0 |
0 |
Sedang |
4-7 |
13 |
65 |
Lama |
8 - 10 |
7 |
35 |
Jumlah |
|
20 |
100 |
Sumber: Data diolah, 2023
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak pada kategori lama usaha 4 s/d 7 tahun sebanyak 13 orang atau 65%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah berpengalaman dalam berusaha tani Bawang Merah dan dapat membuka usaha pembuatan bawang goreng setelah dilakukan penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi
Umur Responden
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan
fisik dan respon terhadap produktivitas usaha yang akan dijalankan. Distribusi umur responden berdasarkan kategori usia
produktif dapat dilihat
pada Tabel 8 :
Tabel 8. Distribusi Umur Responden
No |
Umur (tahun) |
Kategori |
Jumlah (Orang) |
Presentasi (%) |
1 2 3 |
0 – 15 16 – 56 56 ke atas |
Tidak produktif Produktif Tidak produktif |
0 20 0 |
0 100 0 |
|
Jumlah |
|
20 |
100 |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa responden memiliki umur antara 34 s/d 52 tahun, Hal ini menunjukkan bahwa semua responden memiliki usia produktif sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang pembuatan bawang goreng krispi
Kaji Widya Pembuatan Bawang Krispi
1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang
digunakan pada kegiatan kaji widya adalah sebagai berikut
:
Tabel 11 Alat dan bahan yang dibutuhkan pada kaji widya
No |
Alat/bahan |
Jumlah (Unit/Kg/Gram) |
I |
Alat |
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 |
Pisau Wajan Serokan Baskom Spatula Kompor Gas Tupper ware Saringan minyak |
1 2 1 1 1 1 1 1 1 |
II |
Bahan |
|
1 2 3 4 5 6 7 |
Bawang glondongan Tepung Maizena Garam halus Minyak goreng Tisu Packing Stiker |
5 100 100 2 1 1 1 |
Proses pembuatan bawang goreng krispi sebagai berikut
Tabel 12 Langkah kerja
No |
Langkah Kerja |
Waktu (Menit) |
1 |
Sortasi memisahkan dan membuang bawang yang rusak |
5 |
2 |
Pengupasan kulit ari dan pengirisan |
20 |
3 |
Penggorengan |
25 |
4 |
Pengemasan |
10 |
Produksi Bawang Goreng Krispi
Pada proses
pembuatan bawang goreng dari bahan bawang gelondongan 5 kg membutuhkan waktu 60 menit / kg dan menghasilkan 1.500 gram bawang goreng
krispi dan dipaking menggunakan packing poch sebanyak 30 kemasan
Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Bawang Goreng
1.
Biaya Usaha Pembuatan Bawang Goreng
Biaya produksi adalah semua biaya
yang dikeluarkan pada kegiatan kaji widya pembuatan bawang goreng. Biaya
produksi merupakan penjumlahan dari biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya variabel (biaya sarana produksi,
biaya tenaga kerja) dan biaya tetap (Sewa tanah, pajak dan penyusutan alat). Biaya Variabel merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan pada pembuatan
bawang goreng, yang besar kecilnya berpengaruh langsung terhadap hasil
produksi. Sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang tidak habis digunakan pada
masa produksi dan tidak tergantung pada besarnya produksi.
Rekapitulasi analisa usahatani dapat dilihat pada Tabel13 :
Tabel 13. Biaya Produksi Usaha Bawang Goreng
Uraian |
Rp |
Penyusutan (Rp) |
9.750 |
Sarana Produksi (Rp) |
184.000 |
Tenaga Kerja (Rp) |
100.000 |
Total
Biaya (Rp) |
293.750 |
Sumber : Data
diolah, 2023.
abel 13 menunjukkan bahwa biaya penyusutan alat, biaya sarana produksi dan
biaya tenaga kerja pada kaji widya
2. Biaya Produksi dan
Pendapatan usaha
Pendapatan Usaha tani merupakan
seilisih antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi atau pendapatan bersih yang diperoleh dari sisa pengurangan nilai
produksi dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usaha kegiatan
usaha taninya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14:
Tabel 14. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan
Uraian |
Jumlah |
|
Total Biaya (Rp) |
293.750 |
|
Produksi Bawang Goreng (Bks) |
30 |
|
Nilai Jual (Rp/bks) |
15.000 |
|
Jumlah Penerimaan (Rp) |
450.000 |
|
Pendapatan (Rp) |
156.250 |
|
R/C |
1,53 |
Sumber : Data
diolah, 2023
Tabel 15 menunjukkan
bahwa produksi bawang goreng yang
diperoleh dari 5 kg bawang gelondongan menghasilkan 1.500 gram bawang goreng
dan dipacking menggunakan packing dengan berat 50 gram sehingga diperoleh 30
packing dengan nilai jual Rp. 15.000 / kemasan 50 gram sehingga diperoleh
penerimaan sebesar Rp. 450.000,- dengan R/C 1,53. Setelah dikurangi biaya maka diperoleh
keuntungan sebesar Rp.156.250.
Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani ditentukan fungsi
modal, produksi, mutu produksi dan nilai produksi yang diterima. Selain itu
juga adanya kemajuan petani dalam mengelola usaha taninya dengan baik. Faktor
pendukung kemampuan pengolahan tersebut adalah pengetahuan dan keterampilan
petani dalam menerima dan menerapkan inovasi dan atau teknologi baru sehingga
dapat dikatakan pengetahuan dan keterampilan petani responden usahatani Bawang
Merah sangat baik meskipun belum mencapai sempurna
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN
PENYULUHAN
Perancangan
Penyuluhan
Penetapan Waktu dan
Lokasi
Kegiatan penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi dilaksnakan pada Hari Rabu 10 Mei 2023 di
Kelompok Wanita Tani Melati Desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
Penetapan
Materi Penyuluhan
Materi
penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah pembuatan bawang goreng krispi.
Pemilihan materi
tersebut didasarkan dari hasil kaji widya pembuatan bawang goreng
krispi yang dilakukakan di BPP Kecamatan Sape bahwa secara teknis
mudah dilaksanakan dan secara ekonomi menguntungkan dimana produksi bawang goreng yang diperoleh dari 5 kg bawang
gelondongan menghasilkan 1.500 gram bawang goreng dan dipacking menggunakan
packing dengan berat 50 gram sehingga diperoleh 30 packing dengan nilai jual
Rp. 15.000 / kemasan 50 gram sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp. 450.000,- dengan R/C 1,53. Setelah dikurangi biaya maka diperoleh keuntungan
sebesar Rp.156.250
Penetapan
Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah agar 75% wanita tani memiliki Pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan bawang goreng krispi. Dengan demikian
diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan
permasalahan, meningkatkan nilai tambah terhadap pendapatan petani bawang merah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Penetapan
Sasaran Penyuluhan
Sasaran
penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi adalah anggota
kelompok wanita tani Melati Desa Boke Kecamatan Sape sebanyak 20 orang dipilih secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.
Penetapan
Metode Penyuluhan
Metode yang
digunakan pada penyuluhan adalah ceramah yang dikombinasikan dengan metode
demonstrasi cara. Metode ceramah bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang mendalam terhadap materi pembuatan bawang goreng krispi sedangkan metode demonstrasi
cara adalah agar peserta dapat melihat dan mempraktekan cara pembuatan bawang
goring krispi agar terjadi perubahan keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.
Penetapan
Media Penyuluhan
Media yang
digunakan pada penyuluhan pembuatan bawang
goreng krispi
adalah menggunakan media forlder dan media sesungguhnya berupa alat dan bahan
pembuatan bawang goreng. Penggunaaan media tersebut berdasarkan keadaan sasaran
yang memiliki pendidikan rata-rata SMA dianggap mampu membaca dan memahami isi
media yang dibuat.
Penatapan
Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi yang
dilakukan pada penyuluhan adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petani. Evaluasi penyuluhan dapat
dilakukan dengan mendeskripsikan tingkatan dari pengetahuan dari yang terendah
hingga yang tertinggi sebagai berikut :
1. Evaluasi Pengetahuan
Evaluasi
pengetahuan sasaran dilakukan dengan cara mebagikan post test dan free test
menggunakan
kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai 1 (satu) dan salah diberi
nilai 0 (satu). Sehingga
jika jawaban benar semua maka nilainya adalah 1 x 20
= 20, sedangkan jika jawaban salah maka
nilainya 0 x 20 = 0.
dengan demikian akan diperoleh katagori :
-
0 – 6 kategori
Pengetahuan rendah
-
7 - 13 kategori
pengetahuan sedang
-
14 - 20 kategori pengetahuan
2.Keterampilan
Untuk
mengukur tingkat keterampilan menggunakan rating
skala dari kurang trampil sampai ke sangat trampil dari jumlah soal
masing-masing sebanyak 10 soal dengan keterangan
penilaian:1
= tidak trampil, 2 = cukup trampil, 3 = trampil, 4 = sangat trampil
Kategori penilaian :
·
Jika seorang responden memperoleh skor
26-28 dapat ditetapkan sangat trampil,
·
Jika seorang responden memperoleh skor
21-25 dapat ditetapkan trampil,
·
Jika seorang responden memperoleh skor
16-20 dapat ditetapkan cukup trampil,
·
Jika seorang responden memperoleh
skor 0-15 dapat ditetapkan tidak trampil
Pelaksanaan
Penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang
akan dicapai yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan keterampilan sasaran terhadap
pembuatan bawang goreng krispi. Dalam pelaksanaan penyuluhan terdapat beberapa
komponen yang perlu diperhatikan antara lain :
Persiapan
1.
Koordinasi Lokasi Kegiatan
Berdasarkan
hasil koordinasi dengan anggota KWT Melati Desa
Boke Kecamatan Sape dan Kepala BPP tentang lokasi pelaksanaan
penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi yaitu di sekretariat KWT Melati
dengan pertimbangan bahwa alat dan bahan
cukup tersedia.
2. Persiapan penyusunan LPM dan
perbanyakan media penyuluhan.
3. Langkah Langkah Pelaksanaan Penyuluhan
5.2.2 Pelaksanaan Penyuluhan
Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang
teknologi pembuatan bawang goreng krispi berdasarkan
Lembar persiapan menyuluh (LPM) sebagai berikut :
a. Pembukaan
oleh kepala BPP
Dalam sambutannya kepala
BPP menyampaikan topik dan tujuan
kegiatan penyuluhan serta tata urutan kegiatan.
b. Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh. / Peneliti.
Pada kegiatan penyuluhan
penyuluh membagikan folder untuk dibaca oleh peserta. Penyuluh sebagai
komunikator dan edukator memberikan penyuluhan dengan metode ceramah
menjelaskan tentang potensi dan
permasalahan pada komidti bawang merah yang harganya naik turun sehingga
menyebabkan tingkat pendapatan petani rendah. Pembuatan bawang goreng krispi
merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan pendapatan petani bawang merah.
c. Demonstrasi cara dan hasil Pembuatan bawang goreng
Pelaksanaan demomstrasi cara
dan hasil pembuatan bawang goreng mengacu pada folder pembuatan bawang goreng
krispi yang dibagikan pada masing-masing sasaran penyuluhan lalu diberikan
kesempatan untuk mempraktekkan proses pembuatan bawang goreng meliputi proses
sortasi, pengupasan, pengirisan, pencampuran bahan tambahan, penggorengan, packing.
d.
Penutup dan menyimpulkan
Evaluasi
Penyuluhan
Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan bawang goreng krispi.
Evaluasi
Pengetahuan
Pelaksanaan evaluasi
untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan tentang
pembuatan bawang
goreng krispi. Evaluasi dilakukan dengan cara
membagikan kuisioner evaluasi pengetahuan kepada 20 orang sasaran penyuluhan sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan
Evaluasi
terhadap pengetahuan sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20 pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar
nilainya 1 dan salah nilainya 0,
sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 1
dan nilai maksimal 20.
1.
Hasil Evaluasi Free test
Hasil evaluasi
tingkat pengetahuan sasaran
sebelum dilakukan penyuluhan dapat disajikan
dalam Tabel 16:
Tabel 16 Kategori
Pengetahuan sebelum penyuluhan
No |
Kategori
Penilaian |
Skor |
Jumlah Responden |
Total Skore |
Persentase % |
1 |
Rendah |
0-6 |
4 |
22 |
20 |
2 |
Sedang |
7-13 |
16 |
131 |
80 |
3 |
Tinggi |
14-20 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
20 |
153 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023
Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pembuatan bawang goreng krispi sebelum dilakukan penyuluhan dimana terdapat 4 orang responden
atau 20 % termasuk kategori pengetahuan rendah dan 16 orang responden (80%) kategori pengetahuan sedang.
2.
Hasil Evaluasi tes akhir ( Post
test)
Evaluasi setelah penyuluhan dilakukan dengan
cara membagikan kuisioner kepada sasaran penyuluhan. Untuk mengetahui
peningkatan pengetahuan sasaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 17 Kategori
Pengetahuan setelah penyuluhan
No |
Kategori
Penilaian |
Skor |
Jumlah Responden |
Total Skore |
Persentase % |
1 |
Rendah |
0-6 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Sedang |
7-13 |
6 |
68 |
30 |
3 |
Tinggi |
14-20 |
14 |
230 |
70 |
Jumlah |
|
20 |
298 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023
Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pembuatan bawang goreng krispi sebelum dilakukan penyuluhan dimana terdapat 6 orang responden
atau 30 % termasuk kategori pengetahuan sedang dan 14 orang responden (70%) kategori pengetahuan tinggi.
3.
Peningkatan Pengetahuan
Berdasarkan hasil evaluasi antara
free test dan post test maka dapat diperoleh peningkatan pengetahuan sebagai
berikut :
Tabel 18 Peningkatan pengetahuan
Aspek |
Skor maximal |
Free Test |
Post test |
Peningkatan |
||
Total
Skore |
% |
Total
Skore |
% |
% |
||
Pengetahuan |
400 |
153 |
38,25 |
298 |
74,5 |
36,25 |
Meningkatan pengetahuan petani sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan
penyuluhan yang dilakukan dengan penerapan metode dan media yang sesuai dengan
kondisi wilayah dan agroekosistem serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi
penyuluhan. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati (2011), penyuluh yang
terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan
tugasnya didorong oleh perasaan dari dalam dirinya untuk mengabdi ditempat
manapun ditugaskan.
4. Efektifitas Penyuluhan
Menurut Ginting
(2005), untuk mengukur pelaksanaan kegiatan menggunakan rumus efektifitas
peningkatan pengetahuan sebagai berikut :
1. Target = Skor Maksimal x Jumlah Responden
Target = 20 x 20 = 400
2. Pengetahuan sebelum penyuluhan (nilai tes awal) = 78
3.
Kesenjangan = Target - ∑ Nilai Tes Awal
Kesenjangan = 400 – 153 = 247
4. Pengetahuan setelah penyuluhan (nilai tes akhir) =298
5. Peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal
Peningkatan Pengetahuan = 298 – 153 = 145
6.
Efektifitas peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes
Awal x 100 %
Kesenjangan
Efektifitas = |
145 |
X 100% |
247 |
||
= |
58,7 % |
|
Kriteria
penentuan efektifitas peningkatan pengetahuan, den efektifitas penyuluhan
adalah sebagai berikut :
1. Efektif
: > 66,66 %
2. Cukup
efektif : 33,33 – 66,66 %
3. Kurang
efektif : < 33,33 %
Berdasarkan hasil
uji efektifitas penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi di KWT melati Desa
Boke termasuk kategori cukup efektif dengan tingkat efektifitas mencapai 58,7%.
Peningkatan
pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian
dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi
untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyebutkan bahwa
pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian
masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik - teknik pendidikan
tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Peningkatan
pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi
inovasi.
Evaluasi Keterampilan
Evaluasi keterampilan Pembuatan Bawang Goreng
Hasil
perhitungan pada skala keterampilan dapat dilihat pada Tabel 19
sebagai berikut
Tabel 19 Kategori Keterampilan Petani pembuatan bawang goreng
No |
Kategori |
Skore |
Jumlah
Responden |
Persentase % |
1 |
Sangat Trampil |
31-40 |
5 |
25 |
2 |
Trampil |
21-30 |
11 |
55 |
3 |
Cukup trampil |
11-20 |
4 |
20 |
4 |
Kurang trampil |
1-10 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
20 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023
Dari data
tersebut menunjukkan bahwa petani sasaran sebanyak 4
orang peserta ( 20%) termasuk kategori sangat trampil,
sebanyak 11 orang atau 55%
kategori trampil sedangkan sebanyak 5
orang peserta 25% kategori cukup trampil terhadap
teknologi pembuatan bawang goreng
Tingginya
keterampilan petani sasaran tidak terlepas dari beberapa komponen pembentuk
keterampilan yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif, terbentuknya
keterampilan tersebut sangat dipengaruhi stimulus yang diberikan melalui
penyuluhan. Syafruddin, dkk (2006) dalam Astuti dan Honorita (2012),
menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan
pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik
individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk
kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula.
Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku
didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa
didasari pengetahuan.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
- Rancangan dan desain penyuluhan disusun berdasarkan hasil identifikasi
keadaan sasaran penyuluhan materi penyuluhan pembuatan bawang goreng
krispi, tujuan penyuluhan adalah agar 65 % petani tau dan trampil dalam
pembuatan bawang goreng krispi, sasaran penyuluhan sebanyak 20 orang
anggota KWT Melati Desa Boke Kecamatan Sape, Media penyuluhan yaitu media
folder, metode penyuluhan adalah kombinasi metode ceramah dan demonstrasi
cara dan hasil sedangkan evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi
pengetahuan dan keterampilan.
b.
Pelaksanaan penyuluhan pembuatan bawang goreng mengacu pada lembar persiapan menyuluh meliputi
tahap koordinasi pemilihan lokasi dan waktu, pelaksanaan penyuluhan meliputi
penyampaian materi melalui ceramah oleh penyuluh / peneliti dan praktek
pembuatan bawang goreng krispi
- Hasil evaluasi tingkat pengetahuan sasaran sebelum penyuluhan (Free Test)
16 orang responden (80%)
termasuk kategori pengetahuan sedang dan setelah penyuluhan 14 orang responden (70%) kategori pengetahuan
tinggi sehingga terjadi peningkatan
36,25 %. Berdasarkan uji efektifitas penyuluhan ermasuk kategori cukup efektif dengan tingkat efektifitas mencapai
58,7% sedangkan berdasarkan hasil evaluasi keterampilan 70 % termasuk
kategori tinggi sedangkan tingkat keterampilan sasaran 80% termasuk
kategori trampil.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta
Arikunto,
2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara, Yogyakarta.
Arsyad,
2003. Petunjuk Penyuluhan Pertanian
(dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya.
Azwar,
1995. Sikap Manusia. Teori dan
Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
__________
2011. Metode Penelitian. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
BPP Sape,
2021. Laporan
SL IPDMIP 2022. BPP Sape Kabupaten Bima
BPP Sape,
2021. Programa Penyuluhan Pertanian tingkat Kecamatan Sape
Tahun 2003. BPP Sape Kabupaten Bima
BPS,
2021. Kecamatan
Sape Dalam Angka Tahun 2022.
Erwin,
2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan
Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level Supervisor.
Herning
P, 2010. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Adopsi Biopestisida Oleh Petani Di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar.
Skripsi Universitas Sebelas Maret.
Kartasapoetra A.G, 1991. Teknologi
Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Mardikanto T, 1993. Penyuluhan Pembangunan
Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
___________,2009. Sistem Penyuluhan
Pertanian. LPP UNS dan UNS Press Surakarta.
Ma’ruf, 2019, Pembuatan
bawang goreng krispi, Cyber extension Kementan.2019.
Nazir
M, 2008. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo,
2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Rineka Cipta. Jakarta
Peraturan
Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.
Setiana,
2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Gahlia Indonesia. Bogor.
Samsudin, 1989. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian dan
Modernsiasi Pertanian. Penerbit: Bina Cipta. Bandung
Silalahi
U, 2012. Metode Penelitian Sosial.
PT Rafika Aditama, Bandung.
Soedarmanto,
1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang
Soekartawi,
2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian,
Bina Aksara. Jakarta.
Soekanto S, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono,
2007. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.
Sutarto,
2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani
Dengan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Komoditas Jagung Di Sidoharjo Wonogiri.
Agritex No 24
November 2008.
UU
RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan
Pertanian,Perikanan dan Kehutanan. Yayasan pengembangan Sinar Tani, Jakarta
Wahjuti U, 2007. Metodologi penyuluhan Partisipatif. STPP Malang
________2013, Modul Metoda Penyuluhan Pertanian I, STPP Malang.
Walgito
B, 1999. Psikologi Sosial Suatu
Pengantar. Andi offset, Yogyakarta.
Wawan
dan Dewi, 2011. Teori dan pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta.
Widoyoyo E.P, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Pustaka
Pelajar
Wirartha I. M,
2005. Metodelogi Penelitian Sosial
Ekonomi. Penerbit: Andi. Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar