Rancangan Penyuluhan Tentang Pembuatan Bawang Goreng Krispi Di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

 

Jurnal Ilmiah

Rancangan Penyuluhan Tentang Pembuatan Bawang Goreng Krispi  Di Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

Oleh

Rubiah, Luki Amar Hendrawati, Ma’ruf 

Politeknik Pembangunan Pertanian

Polbangtan Malang

Mei 2023

RINGKASAN

Kecamatan Sape sebagai salah satu sentra pengembangan agribisnis komoditi bawang merah terbesar di Kabupaten Bima telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani dan merupakan sumber penghasilan utama masyarakat petani secara turun temurun karena ditunjang kesesuaian lahan dan iklim untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah, seperti tekstur tanah lempung berpasir, suhu udara yang ideal dengan penyinaran matahari sekitar 8 jam perhari serta ketersediaan air yang cukup

Peningkatan produksi bawang merah Kecamatan Sape belum mampu meningkatkan pendapatan petani karena masih terkendala dengan harga jual bawang merah selalu fluktuatif apalagi pada saat panen raya harga jual bawang merah bisa mencapai Rp 10.000 / kg sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan bahkan rugi. Sehingga perlu dilakukan upaya meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan petani bawang merah melalui usaha Pembuatan bawang goreng melalui penyuluhan pertanian

Kajian ini bertujuan untuk 1)Untuk mengetahui cara Desain Penyuluhan Pembuatan bawang goreng di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, 2)Untuk mengetahui cara pelaksanaan penyuluhan pembuatan bawang goreng  di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, 3)Untuk mengetahui hasil evaluasi pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan goreng di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

Rancangan dan desain penyuluhan disusun berdasarkan hasil identifikasi keadaan sasaran penyuluhan materi penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi, tujuan penyuluhan adalah agar 65 % petani tau dan trampil dalam pembuatan bawang goreng krispi, sasaran penyuluhan sebanyak 20 orang anggota KWT Melati Desa Boke Kecamatan Sape, Media penyuluhan yaitu media folder, metode penyuluhan adalah kombinasi metode ceramah dan demonstrasi cara dan hasil sedangkan evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi pengetahuan dan keterampilan.

Pelaksanaan penyuluhan pembuatan bawang goreng  mengacu pada lembar persiapan menyuluh meliputi tahap koordinasi pemilihan lokasi dan waktu, pelaksanaan penyuluhan meliputi penyampaian materi melalui ceramah oleh penyuluh / peneliti dan praktek pembuatan bawang goreng krispi

Hasil evaluasi tingkat pengetahuan sasaran sebelum penyuluhan (Free Test) 16 orang responden (80%) termasuk kategori pengetahuan sedang dan setelah penyuluhan  14 orang responden (70%) kategori pengetahuan tinggi sehingga  terjadi peningkatan 36,25 %. Berdasarkan uji efektifitas penyuluhan ermasuk kategori cukup efektif dengan tingkat efektifitas mencapai 58,7% sedangkan berdasarkan hasil evaluasi keterampilan 70 % termasuk kategori tinggi sedangkan tingkat keterampilan sasaran 80% termasuk kategori trampil.


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis pertanian yang bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat berpengaruh terhadap inflasi dan ekonomi nasional. Pada tahun 2015-2018 Kementerian Pertanian dalam rangka meningkatkan produksi bawang merah telah melakukan terobosan kebijakan dalam upaya peningkatan produksi bawang merah melalui: (1) memperbaiki aspek kebijakan; (2) pengembangan infrastruktur; (3) pembenahan aspek kegiatan on-farm dan pascapanen; dan (4) penanganan pasar bawang merah (Kementan,2020)

Kecamatan Sape sebagai salah satu sentra pengembangan agribisnis komoditi bawang merah terbesar di Kabupaten Bima telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani dan merupakan sumber penghasilan utama masyarakat petani. Luas areal tanam bawang merah di Kecamatan Sape setiap tahun sekitar 1953,44 ha dengan produktivitas rata-rata 12 Ton /ha Ton umbi bawang kering untuk konsumsi dengan harga jual rata- rata Rp.15.000/kg bawang kering.

Harga bawang merah selalu fluktuatif apalagi pada saat panen raya harga jual bawang merah bisa mencapai Rp 10.000 / kg sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan bahkan rugi. Sehingga perlu dilakukan upaya meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan petani bawang merah melalui usaha Pembuatan bawang goreng melalui penyuluhan pertanian.

 Sehubungan dengan hal tersebut pada Tugas Akhir Mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Politeknik Pembangunan Pertanian Malang perlu melakukan kajian dan penyuluhan tentang pembuatan bawang goreng dengan judul Proposal Rancangan Penyuluhan Pembuatan Goreng Krispi di Kecamatan Sape Kabupaten Bima”.

1.1  Rumusan Masalah

  1. Bagaimana Desain/Perancangan Penyuluhan Pembuatan bawang goreng krispi di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
  2. Bagaimana pelaksanaan penyuluhan  pembuatan bawang goreng krispi di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
  3. Bagaimana Evaluasi Pengetahuan dan Keterampilan petani dalam pembuatan goreng krispi di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?

1.2  Tujuan

  1. Untuk mengetahui cara Desain Penyuluhan Pembuatan bawang goreng di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
  2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan penyuluhan pembuatan bawang goreng  di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
  3. Untuk mengetahui hasil evaluasi pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan goreng di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

1.3  Manfaat

  1. Sebagai dasar dalam menyusun rencana penyuluhan yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat
  2. Sebagai bahan Informasi bagi penyuluh dalam menetapkan metode dan media penyuluhan yang sesuai dengan kemampuan dan sasaran
  3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah bagi petani bawang merah.

 

METODE PELAKSANAAN

Lokasi dan Waktu

   Kegiatan kaji widya pembuatan bawang goring krispi dari tepung maizena dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sape pada bulan Pebruari 2023. Sedangkan hasil kajian disuluhkan kepada kelompok wanita tani Melati di desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima pada tanggal 15 Maret 2023.

3.2  Metode Kajian dan Alur Kajian

3.2.1  Metode Kajian

 Metode kajian yang digunakan pada kajian ini adalah Kaji Widya dengan tujuan untuk :

1.      Meningkatkan kompetetnsi dalam pembuatan bawang goreng krispi sebagai dasar penyusunan materi penyuluhan.

2.      Mengetahui semua biaya dan pendapatan usaha pembuatan bawang goreng krispi.

Alur Kajian

a.        Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk pembuatan bawang goreng : wajan, serok, pisau cutter, baskom, kompor gas, tupper ware, plastic kemasan, alat pres sedangkan bahan yang digunakan adalah bawang gelondongan, tepung beras, tepung kanji, tepung beras ketan, tepung maizena, minyak bimoli / filma.

b.      Langka kerja  

Cara yang dilakukan dalam kaji widya pembuatan bawang goring adalah sebagai berikut  :

1.      Bawang merah dikupas kulit arinya dan potong pangkalnya.

2.      Setelah dikupas diangin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam) ditempat yang tidak kena matahari lansung.

3.      Cuci bawang merah dengan air bersih lalu tiriskan airnya sampai kering.

4.      Lakukan pengirisan dengan tipis-tipis 2 mm atau sesuai selera

5.      Bubuhkan tepung 10 gram dan garam secukupnya pada 500 gram bawang merah yang telah diiris secara merata.

6.      Lakukan penggorengan sesegera mungkin pada kondisi minyak setelah panas. Selama penggorengan harus selalu dibolak balik agar tidak menggumpal dan terjadi pematangan serempak dan warna seragam.

7.      Setelah dianggap matang ditandai bawang goring mengapung dan berwarna kekuningan segera diangkat dan ditiriskan menggunakan spiner

8.      Bawang goring dibiarkan dingin lalu dipacking sesuai keinginan pasar

c.              Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati adalah Produksi bawang goreng, jumlah biaya yang dikeluarkan dan keuntungan usaha pembuatan bawang goreng krispi.

d.      Metode Pengumpulan Data

          Data primer diperoleh dari data hasil wawancara atau diskusi langsung dengan petani responden dan penyuluh setempat serta hasil kuesioner yang diberikan pada tiap-tiap responden.

          Data sekunder diperoleh dari data monografi Desa Boke, programa kecamatan dan instansi terkait.

e.       Metode Analisis Data

Untuk mengukur pendapatan usahatani menggunakan analisa rata-rata pendapatan usaha pembuatan bawang goreng krispi dengan rumus :

a)      Menghitung Biaya total Produksi (TC) = VC + FC

·         TC = Total Cost

·         VC = Variable Cost / Biaya Variabel

·         FC = Fixet Cost ( biaya tetap)

b) Penerimaan  (TR) = Total Produksi X Harga

c) Pendapatan = TR – TC

d) R/C = TR/TC

Metode Perancangan Penyuluhan

Penetapan Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan Pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan pembuatan bawang goreng krispi diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan, meningkatkan nilai tambah terhadap pendapatan petani bawang merah sehingga dapat  meningkatkan kesejahteraan petani.

Penetapan Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi adalah anggota kelompok wanita tani Melati Desa Boke Kecamatan Sape sebanyak  20 orang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.

Penetapan Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah pembuatan bawang goreng krispi, karena materi tersebut secara teknis mudah dilaksanakan dan secara ekonomi menguntungkan petani.

Penetapan Metode Penyuluhan

Metode yang digunakan pada penyuluhan adalah ceramah yang dikombinasikan dengan metode demonstrasi cara. Metode cerama bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam terhadap materi pembuatan bawang goreng krispi sedangkan metode demonstrasi cara adalah agar peserta dapat melihat dan mempraktekan cara pembuatan bawang goring krispi agar terjadi perubahan keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.

Penetapan Media Penyuluhan

Media yang digunakan pada penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi adalah menggunakan media forlder dan media sesungguhnya berupa alat dan bahan pembuatan bawang goreng. Penggunaaan media tersebut berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMA dianggap mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat.

Penatapan Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi yang dilakukan pada penyuluhan adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani. Evaluasi penyuluhan dapat dilakukan dengan mendeskripsikan tingkatan dari pengetahuan dari yang terendah hingga yang tertinggi, sebagai berikut :

1.      Tahap ingatan (sasaran mampu mengingat)

2.      Tahap pemahaman (sasaran memahami)

3.      Tahap Penerapan (mampu menerapkan kaidah ilmu)

4.       Tahap analis (sasaran mampu menganalisis)

5.       Tahap sintesis (sasaran mampu mensintesis berbagai pengetahuannya)

6.       Tahap evaluasi (sasaran mampu mengevaluasi objek/kondisi)

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan petani adalah kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai 5 (lima) dan salah diberi nilai 1 (satu). Sehingga jika jawaban benar semua maka nilainya adalah 5 x 20 = 100, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 1 x 20 = 20. dengan demikian akan diperoleh katagori :

            20 ≤ kurang < 40

            40 ≤ cukup <60

            60 ≤ baik < 80

            80 ≤ sangat baik ≤ 100

   Menurut Ginting (2005), untuk mengukur pelaksanaan kegiatan menggunakan rumus efektifitas peningkatan pengetahuan sebagai berikut :

1.      Target = Skor Maksimal x Jumlah Responden

2.      Pengetahuan sebelum penyuluhan (nilai tes awal)

3.      Kesenjangan = Target - ∑ Nilai Tes Awal

4.      Pengetahuan setelah penyuluhan (nilai tes akhir)

5.      Peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal

6.      Efektifitas peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal x 100 %

Kesenjangan

Kriteria penentuan efektifitas peningkatan pengetahuan, den efektifitas penyuluhan adalah sebagai berikut :

1.      Efektif             : > 66,66 %

2.      Cukup efektif  : 33,33 – 66,66 %

3.      Kurang efektif            : < 33,33 %

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Luas dan letak geografis Kecamatan Sape

Wilayah Kecamatan  Sape  dengan luas 232,12 km2 terbagi dalam 18 desa, dimana  desa terluas adalah  desa Poja dan terkecil adalah desa Rasabou. Sebagai pusat pemerintahan Kecamatan   Sape  desa   Naru  berada pada jarak 44.6 km dari ibukota Kabupaten Bima. Diantara 18 desa, desa   Poja  merupakan   desa   dengan jarak terjauh  ( ±15  km) dari  ibukota kecamatan.

Secara geografis wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sape terletak antara 117o 49’ dan 119o 45’ bujur timur dan 8o51’ Lintang selatan berbatasan  dengan  wilayah Kecamatan Wera, Kecamatan Wawo, Kecamatan   Wera   dan Kecamatan Lambu

.

Tabel 1 Data Luas Wilayah Kecamatan Sape

No

Desa

Luas (km2)

%

1

Sari

49.16

21.18

2

Boke

32.33

13.93

3

Jia

12.42

5.35

4

Naru

1.76

0.76

5

Bajopulau

2.87

1.24

6

Bugis

3.20

1.38

7

Rasabou

0.42

0.18

8

Nae

17.19

7.41

9

Parangina

13.06

5.63

10

Raioi

3.12

1.34

11

Sangia

3.18

1.37

12

Kowo

9.35

4.03

13

Buncu

14.77

6.36

14

Poja

61.19

26.36

15

Tanah Putih

2.63

1.13

16

Naru Barat

2.15

0.93

17

Lamere

2.84

1.22

18

Oi Maci

0.48

0.21

 

Jumlah

232.12

100.00

Sumber : BPP Sape 2022


Luas Lahan menurut penggunaan 

              Kecamatan Sape memiliki potensi pertanian  yang cukup luas baik dilahan sawah maupun lahan kering. Jenis komoditas yang diusahakan oleh petani antara lain padi, jagung, dan bawang merah sedangkan pada sektor peternakan adalah sapi, kambing dan ayam sedangkan pada sektor kahutanan dan perkebunan yang berpotensi yaitu jati, tebu, mahoni, asam dll. Luas penggunaan lahan di Kecamatan Sape sesuai dengan rincian penggunaan lahan selengkapnya dalam Tabel 2 :


Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Sape Tahun 2022

No

Penggunaan Tanah

Luas Lahan (Ha)

Persentase (%)

1

Sawah

1.952

8,41

2

Tegalan/Lahan kering

4.303

18,53

3

Pekarangan dan Bangunan

258

1,10

4

Kolam

89

0,38

5

Hutan

14.970

64,49

6

Perkebunan

1.641

7,067

7

Lain-lain

-

0

Jumlah

23.212

100

 Sumber:BPP Sape, 2022.

             Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa kecamatan Sape memiliki lahan sawah hanya 8,41% yang digunakan untuk penanaman padi, jagung dan bawang merah, dan lahan kering / tegalan sebesar 18,53 untuk usaha pertanian seperti padi gogo, jagung dan bawang merah dimusim hujan sedangkan kawasan  kehutanan seluas  64 % sebagian besar digunakan untuk hutan jati dan tanaman kayu-kayuan lain dan tanaman jagung..

Jumlah Penduduk

       Penduduk Kecamatan Sape pada tahun   2021   sebanyak   63.148   jiwa, 31.817 Jiwa adalah penduduk laki-laki. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan dapat   dilihat  dari  angka rasio jenis kelamin yang menunjukkan angka   101.55.  Ini  berarti   penduduk di Kecamatan Sape lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan.

Berdasar luas wilayahnya, Kecamatan Sape mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 272 jiwa per kilometer persegi. Desa Boke memiliki kepadatan terendah yaitu 41 jiwa per Kilometer persegi. Sementara sebagian  besar  penduduk didominasi penduduk berusia 16 hingga 65 tahun, sejumlah 43.701 jiwa atau 69.20% populasi


.Tabel 3.  Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022

No

Desa / Kelurahan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

Sari

2 013

1 907

3 920

2

Boke

675

662

1 337

3

Jia

1 560

1 573

3 133

4

Naru

2 010

2 024

4 034

5

Bajopulau

1 017

955

1 972

6

Bugis

4 266

4 214

8 480

7

Rasabou

1 666

1 708

3 374

8

Nae

884

929

1 813

9

Parangina

2 704

2 644

5 348

10

Raioi

1 921

1 863

3 784

11

Sangia

3 199

3 122

6 321

12

Kowo

2 009

2 051

4 060

13

Buncu

1 712

1 621

3 333

14

Poja

1 398

1 397

2 795

15

Tanah Putih

755

758

1 513

16

Naru Barat

2 018

1 908

3 926

17

Lamere

1 047

1 034

2 081

18

Oi Maci

963

961

1 924

 

Sape

31 817

31 331

63 148

 

 

 

 

 







Sumber: BPS,2022

            Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase laki-laki mencapai 50,4 % dan perempuan 49,6 % sehingga perbedaan tidak terlalu banyak berdasarkan sex ratio maka jumlah laki-laki lebih besar dari wanita artinya setiap 100 jiwa laki-laki terdapat 98 wanita.

Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Sape bekerja di sektor pertanian khususnya pertanian tanaman  pangan. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan  banyaknya rumah tangga yang berpenghasilan utama di sektor pertanian (BPP Sape, 2022). Jumlah penduduk di Kecamatan Sape  berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4:


Tabel 4. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2022

Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Petani/pekebun/peternak

16.727

ASN/TNI/POLRI

911

Industri

0

Perdagangan

906

Jasa

1184

Lainnya

4456

Jumlah

 

 Sumber: BPP Sape, 2022

             Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Sape bermata pencaharian sebagai petani. Namun demikian pekerjaan mereka cukup beragam, kadang-kadang seorang PNS dan pensiunan juga memiliki dan menggarap sendiri lahan pertanian atau berternak ayam dan ikan. Demikian juga seorang pedagang atau jasa menggarap sawah dan memiliki ternak baik ternak besar maupun unggas.

Keadaan Pertanian

              Sektor pertanian di Kecamatan Sape memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan bagi kehidupan. Sektor pertanian lebih diidentikkan sebagai sektor yang hanya menyediakan bahan pangan bagi kehidupan manusia, stabilitas suatu negara dapat juga dipengaruhi ketersediaan bahan pangan di daerah tersebut.  Ketersediaan bahan pangan akan tercukupi jika didukung oleh pertanian yang kuat, sektor pertanian di suatu wilayah akan berjalan lebih baik apabila didukung dengan teknologi, lahan potensial dan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing.

 Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

       Tanaman pangan  terutama padi/ beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. Sehingga  peningkatan  kinerja pertanian tanaman pangan  menjadi salah satu andalan untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Bawang  merah  merupakan tanaman hortikultura yang paling banyak diproduksi di Kecamatan Sape. Pada tahun 2021, jumlah produksi bawang merah di kecamatan  Sape mencapai sebanyak 20.408,1 ton.

            Komoditas utama dari sub sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Sape yang diusahakan petani secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5:


Tabel 5. Komoditas Utama Kecamatan Sape Tahun 2022.

No

Komoditi

Luas tanam (Ha)

Provitas (KWT/Ha)

Produksi (TON)

1

Padi

5.544

58

13.105,2

2

Jagung

1.200

106

32.296,03

3

Kedele

764

11,82

549,5

4

Kacang tanah

774

15

1404,76

5

Bawang Merah

5.544

130

1725,401

6

Cabe

15,57

 

9,45

7

Tomat

21

 

36

Sumber: BPP Kecamatan. Sape, 2022

             Komoditas utama tanaman pangan yang paling mendominasi adalah padi sebagai tanaman pangan yang banyak memberikan kontribusi terhadap ketersedian pangan dan pendapatan petani sedangkan komoditas unggulan kecamatan Sape adalah bawang merah yang ditanam setelah padi. Luas tanam bawang merah di Kecamatan Sape setiap tahun adalah  5.544 ha dengan produktivitas rata-rata 12 ton/ha dengan harga jual Rp.15.000 per kilogram sehingga sangat cocok untuk pengembangan usaha bawang goreng.

Identifikasi Keadaan Responden

              Dari hasil survei di Kecamatan Sape kajian penelitian Desa Boke  jumlah responden 20 orang yang menjadi sampel untuk mengukur karakteristik sasaran penyuluhan sebagai dasar penepan media, metode penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi.

Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 6 :


Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan

Jumlah Responden

Pernsetase (%)

SD

0

0

SMP

3

15

SMA

14

70

PT

3

15

Jumlah

20

100

Sumber: Data  diolah, 2023

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kategori  pendidikan SD 32%, SMP 36 % dan SMA 32%. Jumlah responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMP menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih cenderung rendah. Tingkat pendidikan yang cenderung rendah sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan.

Lama Usahatani  Responnden

Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 7 :


Tabel 7. Distribusi Lama Usahatani Responden

Lama Usaha

Interval

Jumlah Responden

Persentase

(%)

Baru

0 - 3

0

0

Sedang

4-7

13

65

Lama

8 - 10

7

35

Jumlah

 

20

100

Sumber: Data diolah, 2023

           Tabel 7  menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak pada kategori lama usaha 4 s/d 7 tahun sebanyak 13 orang atau 65%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah berpengalaman dalam berusaha tani Bawang Merah dan dapat membuka usaha pembuatan bawang goreng setelah dilakukan penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi

Umur Responden

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap produktivitas usaha yang akan dijalankan. Distribusi umur responden berdasarkan kategori usia produktif dapat dilihat pada Tabel 8 :


Tabel 8. Distribusi Umur Responden

No

Umur (tahun)

Kategori

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

0 – 15

16 – 56

56 ke atas

Tidak produktif

Produktif

Tidak produktif

0

20

0

0

100

0

 

Jumlah

 

20

100

Sumber: Data diolah, 2023

             Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa responden memiliki umur antara 34 s/d 52 tahun, Hal ini menunjukkan bahwa semua responden memiliki usia produktif sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang pembuatan bawang goreng krispi

Kaji Widya Pembuatan Bawang Krispi

1. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan kaji widya adalah sebagai berikut


:

Tabel 11 Alat dan bahan yang dibutuhkan pada kaji widya

No

Alat/bahan

Jumlah (Unit/Kg/Gram)

I

Alat

 

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Pisau

Wajan

Serokan

Baskom

Spatula

Kompor

Gas

Tupper ware

Saringan minyak

1

2

1

1

1

1

1

1

1

II

Bahan

 

1

2

3

4

5

6

7

Bawang glondongan

Tepung Maizena

Garam halus

Minyak goreng

Tisu

Packing

Stiker

5

100

100

2

1

1

1

 2.Proses Pembuatan .

Proses pembuatan bawang goreng krispi sebagai berikut


Tabel 12 Langkah kerja

No

Langkah Kerja

Waktu

(Menit)

1

Sortasi memisahkan dan membuang bawang yang rusak

5

2

Pengupasan kulit ari dan pengirisan

20

3

Penggorengan

25

4

Pengemasan

10


Produksi Bawang Goreng Krispi

Pada proses pembuatan bawang goreng dari bahan bawang gelondongan  5 kg membutuhkan waktu 60 menit / kg  dan menghasilkan 1.500 gram bawang goreng krispi dan dipaking menggunakan packing poch sebanyak 30 kemasan

Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Bawang Goreng

1.      Biaya Usaha Pembuatan Bawang Goreng

Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan pada kegiatan kaji widya pembuatan bawang goreng. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya variabel (biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja) dan biaya tetap (Sewa tanah, pajak dan penyusutan alat).  Biaya Variabel merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan pada pembuatan bawang goreng, yang besar kecilnya berpengaruh langsung terhadap hasil produksi. Sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang tidak habis digunakan pada masa produksi dan tidak tergantung pada besarnya produksi. Rekapitulasi analisa usahatani dapat dilihat pada Tabel13 :


 Tabel 13.    Biaya Produksi  Usaha Bawang Goreng

Uraian

Rp

Penyusutan (Rp)

9.750

Sarana Produksi (Rp)

184.000

Tenaga Kerja (Rp)

100.000

Total Biaya (Rp)

293.750

 

Sumber  : Data  diolah, 2023.

abel 13 menunjukkan bahwa biaya penyusutan alat,  biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja pada kaji widya

2.      Biaya Produksi dan Pendapatan usaha

Pendapatan Usaha tani merupakan seilisih antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau pendapatan bersih yang diperoleh dari sisa pengurangan nilai produksi dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usaha kegiatan usaha taninya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel  14:

Tabel 14.  Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan

Uraian

Jumlah

Total Biaya (Rp)

293.750

Produksi Bawang Goreng (Bks)

30

Nilai Jual (Rp/bks)

15.000

Jumlah Penerimaan (Rp)

450.000

Pendapatan  (Rp)

156.250

R/C

1,53

Sumber  : Data  diolah, 2023


Tabel 15 menunjukkan bahwa produksi bawang goreng yang diperoleh dari 5 kg bawang gelondongan menghasilkan 1.500 gram bawang goreng dan dipacking menggunakan packing dengan berat 50 gram sehingga diperoleh 30 packing dengan nilai jual Rp. 15.000 / kemasan 50 gram sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp. 450.000,- dengan R/C 1,53. Setelah dikurangi biaya maka diperoleh keuntungan sebesar Rp.156.250.

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani ditentukan fungsi modal, produksi, mutu produksi dan nilai produksi yang diterima. Selain itu juga adanya kemajuan petani dalam mengelola usaha taninya dengan baik. Faktor pendukung kemampuan pengolahan tersebut adalah pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerima dan menerapkan inovasi dan atau teknologi baru sehingga dapat dikatakan pengetahuan dan keterampilan petani responden usahatani Bawang Merah sangat baik meskipun belum mencapai sempurna

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PENYULUHAN

Perancangan Penyuluhan

Penetapan Waktu dan Lokasi

            Kegiatan penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi  dilaksnakan pada Hari Rabu 10 Mei 2023 di Kelompok Wanita Tani Melati Desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

Penetapan Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah pembuatan bawang goreng krispi.  

Pemilihan materi tersebut didasarkan dari hasil kaji widya pembuatan bawang goreng krispi yang dilakukakan di BPP Kecamatan Sape bahwa secara teknis mudah dilaksanakan dan secara ekonomi menguntungkan dimana produksi bawang goreng yang diperoleh dari 5 kg bawang gelondongan menghasilkan 1.500 gram bawang goreng dan dipacking menggunakan packing dengan berat 50 gram sehingga diperoleh 30 packing dengan nilai jual Rp. 15.000 / kemasan 50 gram sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp. 450.000,- dengan R/C 1,53. Setelah dikurangi biaya maka diperoleh keuntungan sebesar Rp.156.250

Penetapan Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah agar 75% wanita tani memiliki Pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan bawang goreng krispi. Dengan demikian diharapkan dapat membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan, meningkatkan nilai tambah terhadap pendapatan petani bawang merah sehingga dapat  meningkatkan kesejahteraan petani.

Penetapan Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi adalah anggota kelompok wanita tani Melati Desa Boke Kecamatan Sape sebanyak  20 orang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.

Penetapan Metode Penyuluhan

Metode yang digunakan pada penyuluhan adalah ceramah yang dikombinasikan dengan metode demonstrasi cara. Metode ceramah bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam terhadap materi pembuatan bawang goreng krispi sedangkan metode demonstrasi cara adalah agar peserta dapat melihat dan mempraktekan cara pembuatan bawang goring krispi agar terjadi perubahan keterampilan pembuatan bawang goreng krispi.

Penetapan Media Penyuluhan

Media yang digunakan pada penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi adalah menggunakan media forlder dan media sesungguhnya berupa alat dan bahan pembuatan bawang goreng. Penggunaaan media tersebut berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMA dianggap mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat.

Penatapan Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi yang dilakukan pada penyuluhan adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani. Evaluasi penyuluhan dapat dilakukan dengan mendeskripsikan tingkatan dari pengetahuan dari yang terendah hingga yang tertinggi sebagai berikut :

1.      Evaluasi Pengetahuan

Evaluasi pengetahuan sasaran dilakukan dengan cara mebagikan post test dan free test menggunakan kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai 1 (satu) dan salah diberi nilai 0 (satu). Sehingga jika jawaban benar semua maka nilainya adalah 1 x 20 = 20, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 0 x 20 = 0. dengan demikian akan diperoleh katagori :

-          0 – 6  kategori Pengetahuan rendah

-          7 -  13 kategori pengetahuan sedang

-          14 - 20 kategori pengetahuan

2.Keterampilan

Untuk mengukur tingkat keterampilan menggunakan rating skala dari kurang trampil sampai ke sangat trampil dari jumlah soal masing-masing sebanyak 10 soal dengan keterangan penilaian:1 = tidak trampil, 2 = cukup trampil, 3 = trampil, 4 = sangat trampil

Kategori penilaian :

·         Jika seorang responden memperoleh skor 26-28 dapat ditetapkan sangat trampil,

·         Jika seorang responden memperoleh skor 21-25 dapat ditetapkan trampil,

·           Jika seorang responden memperoleh skor 16-20 dapat ditetapkan cukup trampil,

·           Jika seorang responden memperoleh skor  0-15 dapat ditetapkan tidak trampil

Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan keterampilan sasaran terhadap pembuatan bawang goreng krispi. Dalam pelaksanaan penyuluhan terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain :

Persiapan

1.       Koordinasi Lokasi Kegiatan

Berdasarkan hasil koordinasi dengan anggota KWT Melati Desa Boke Kecamatan Sape dan Kepala BPP tentang lokasi pelaksanaan penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi yaitu di sekretariat KWT Melati dengan  pertimbangan bahwa alat dan bahan cukup tersedia.

2.       Persiapan penyusunan LPM dan perbanyakan media penyuluhan.

3.       Langkah Langkah Pelaksanaan Penyuluhan

5.2.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi pembuatan bawang goreng krispi berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) sebagai berikut :

a.       Pembukaan oleh kepala BPP

Dalam sambutannya kepala BPP menyampaikan topik dan  tujuan kegiatan penyuluhan serta tata urutan kegiatan.

b.      Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh. / Peneliti.

Pada kegiatan penyuluhan penyuluh membagikan folder untuk dibaca oleh peserta. Penyuluh sebagai komunikator dan edukator memberikan penyuluhan dengan metode ceramah menjelaskan  tentang potensi dan permasalahan pada komidti bawang merah yang harganya naik turun sehingga menyebabkan tingkat pendapatan petani rendah. Pembuatan bawang goreng krispi merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan pendapatan petani bawang merah.

c.       Demonstrasi cara dan hasil Pembuatan bawang goreng

Pelaksanaan demomstrasi cara dan hasil pembuatan bawang goreng mengacu pada folder pembuatan bawang goreng krispi yang dibagikan pada masing-masing sasaran penyuluhan lalu diberikan kesempatan untuk mempraktekkan proses pembuatan bawang goreng meliputi proses sortasi, pengupasan, pengirisan, pencampuran bahan tambahan, penggorengan, packing.

d.      Penutup dan menyimpulkan

Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan bawang goreng krispi.

Evaluasi Pengetahuan

Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan tentang pembuatan bawang goreng krispi. Evaluasi dilakukan dengan cara membagikan kuisioner evaluasi pengetahuan kepada 20 orang sasaran penyuluhan sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan

          Evaluasi terhadap pengetahuan sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 1 dan nilai maksimal 20.

1.        Hasil Evaluasi Free test

Hasil evaluasi tingkat pengetahuan  sasaran sebelum dilakukan penyuluhan dapat disajikan dalam Tabel 16:


Tabel 16 Kategori Pengetahuan sebelum penyuluhan

No

Kategori Penilaian

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

0-6

4

22

20

2

Sedang

7-13

16

131

80

3

Tinggi

14-20

0

0

0

Jumlah

 

20

153

100

Sumber : Data diolah, 2023

Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pembuatan bawang goreng krispi sebelum dilakukan penyuluhan dimana terdapat 4 orang responden atau 20 % termasuk kategori pengetahuan rendah dan 16 orang responden (80%) kategori pengetahuan sedang.

2.        Hasil Evaluasi tes akhir ( Post test)

Evaluasi setelah penyuluhan dilakukan dengan cara membagikan kuisioner kepada sasaran penyuluhan. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan sasaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


Tabel 17 Kategori Pengetahuan setelah penyuluhan

No

Kategori Penilaian

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

0-6

0

0

0

2

Sedang

7-13

6

68

30

3

Tinggi

14-20

14

230

70

Jumlah

 

20

298

100

Sumber : Data diolah, 2023

Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pembuatan bawang goreng krispi sebelum dilakukan penyuluhan dimana terdapat 6 orang responden atau 30 % termasuk kategori pengetahuan sedang dan 14 orang responden (70%) kategori pengetahuan tinggi.

3.      Peningkatan Pengetahuan

Berdasarkan hasil evaluasi antara free test dan post test maka dapat diperoleh peningkatan pengetahuan sebagai berikut :


Tabel 18 Peningkatan pengetahuan

Aspek

Skor maximal

Free Test

Post test

Peningkatan

Total Skore

%

Total Skore

%

%

Pengetahuan

400

153

38,25

298

74,5

36,25

 

Meningkatan pengetahuan petani sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati (2011), penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya didorong oleh perasaan dari dalam dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan.

4.      Efektifitas Penyuluhan

Menurut Ginting (2005), untuk mengukur pelaksanaan kegiatan menggunakan rumus efektifitas peningkatan pengetahuan sebagai berikut :


1.      Target = Skor Maksimal x Jumlah Responden

Target = 20 x 20 = 400

2.      Pengetahuan sebelum penyuluhan (nilai tes awal) = 78

3.      Kesenjangan = Target - ∑ Nilai Tes Awal

Kesenjangan = 400 – 153 = 247

4.      Pengetahuan setelah penyuluhan (nilai tes akhir) =298

5.      Peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal

Peningkatan Pengetahuan = 298 – 153 = 145

6.      Efektifitas peningkatan pengetahuan = ∑ Tes Akhir - ∑ Tes Awal x 100 %

Kesenjangan

Efektifitas =

145

X 100%

247

=

58,7 %

 

 


Kriteria penentuan efektifitas peningkatan pengetahuan, den efektifitas penyuluhan adalah sebagai berikut :

1.      Efektif                   : > 66,66 %

2.      Cukup efektif        : 33,33 – 66,66 %

3.      Kurang efektif      : < 33,33 %

Berdasarkan hasil uji efektifitas penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi di KWT melati Desa Boke termasuk kategori cukup efektif dengan tingkat efektifitas mencapai 58,7%.

Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik - teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi. 

Evaluasi Keterampilan

Evaluasi keterampilan Pembuatan Bawang Goreng

Hasil perhitungan pada skala keterampilan dapat dilihat pada Tabel 19 sebagai berikut

Tabel 19 Kategori Keterampilan Petani pembuatan bawang goreng

No

Kategori

Skore

Jumlah Responden

Persentase %

1

Sangat Trampil

31-40

5

25

2

Trampil

21-30

11

55

3

Cukup trampil

11-20

4

20

4

Kurang trampil

1-10

0

0

Jumlah

 

20

100

Sumber : Data diolah, 2023

Dari data tersebut menunjukkan bahwa petani sasaran sebanyak 4 orang peserta ( 20%) termasuk kategori sangat trampil, sebanyak 11 orang atau 55% kategori trampil sedangkan sebanyak 5 orang peserta 25% kategori cukup trampil terhadap teknologi pembuatan bawang goreng

Tingginya keterampilan petani sasaran tidak terlepas dari beberapa komponen pembentuk keterampilan yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif, terbentuknya keterampilan tersebut sangat dipengaruhi stimulus yang diberikan melalui penyuluhan. Syafruddin, dkk (2006) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Rancangan dan desain penyuluhan disusun berdasarkan hasil identifikasi keadaan sasaran penyuluhan materi penyuluhan pembuatan bawang goreng krispi, tujuan penyuluhan adalah agar 65 % petani tau dan trampil dalam pembuatan bawang goreng krispi, sasaran penyuluhan sebanyak 20 orang anggota KWT Melati Desa Boke Kecamatan Sape, Media penyuluhan yaitu media folder, metode penyuluhan adalah kombinasi metode ceramah dan demonstrasi cara dan hasil sedangkan evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi pengetahuan dan keterampilan.

b.         Pelaksanaan penyuluhan pembuatan bawang goreng  mengacu pada lembar persiapan menyuluh meliputi tahap koordinasi pemilihan lokasi dan waktu, pelaksanaan penyuluhan meliputi penyampaian materi melalui ceramah oleh penyuluh / peneliti dan praktek pembuatan bawang goreng krispi

  1. Hasil evaluasi tingkat pengetahuan sasaran sebelum penyuluhan (Free Test) 16 orang responden (80%) termasuk kategori pengetahuan sedang dan setelah penyuluhan  14 orang responden (70%) kategori pengetahuan tinggi sehingga  terjadi peningkatan 36,25 %. Berdasarkan uji efektifitas penyuluhan ermasuk kategori cukup efektif dengan tingkat efektifitas mencapai 58,7% sedangkan berdasarkan hasil evaluasi keterampilan 70 % termasuk kategori tinggi sedangkan tingkat keterampilan sasaran 80% termasuk kategori trampil.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto, 2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara, Yogyakarta.

Arsyad, 2003. Petunjuk Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya.

Azwar, 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

__________ 2011. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

BPP Sape, 2021. Laporan SL IPDMIP 2022. BPP Sape Kabupaten Bima

BPP Sape, 2021. Programa Penyuluhan Pertanian tingkat Kecamatan Sape Tahun 2003. BPP Sape Kabupaten Bima

BPS, 2021. Kecamatan Sape Dalam Angka Tahun 2022.

Erwin, 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level Supervisor.

Herning P, 2010. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Biopestisida Oleh Petani Di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. Skripsi Universitas Sebelas Maret.

Kartasapoetra A.G, 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Mardikanto T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

___________,2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press Surakarta.

Ma’ruf, 2019, Pembuatan bawang goreng krispi, Cyber extension Kementan.2019.

Nazir M, 2008. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.

Setiana, 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Gahlia Indonesia. Bogor.

Samsudin, 1989. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian dan Modernsiasi Pertanian. Penerbit: Bina Cipta. Bandung

Silalahi U, 2012. Metode Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama, Bandung.

Soedarmanto, 1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang

Soekartawi, 2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara. Jakarta.

Soekanto S, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.

Sutarto, 2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani Dengan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Komoditas Jagung Di Sidoharjo Wonogiri.

         Agritex No 24 November 2008.

UU RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan. Yayasan pengembangan Sinar Tani, Jakarta

Wahjuti U, 2007. Metodologi penyuluhan Partisipatif. STPP Malang

________2013, Modul Metoda Penyuluhan Pertanian I, STPP Malang.

Walgito B, 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Andi offset, Yogyakarta.

Wawan dan Dewi, 2011. Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta.

 

Widoyoyo E.P, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

                              Pustaka Pelajar

 

Wirartha I. M, 2005. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit: Andi. Yogyakarta


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PKL I

Penyakit Busuk Batang Jagung (Versi bahasa Bima)

Laporan PKL II Ma'ruf STPP Malang