PENERAPAN METODE SEKOLAH LAPANG PEMUPUKAN PADI SAWAH BERDASARKAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (PUTS) DAN BAGAN WARNA DAUN (BWD) DI KECAMATAN MONTA KABUPATEN BIMA
PENERAPAN METODE SEKOLAH LAPANG
PEMUPUKAN PADI SAWAH BERDASARKAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (PUTS)
Nurwahidah, Yudi Rustandi dan Ma’ruf.
Selasa,
18 Juli 2023
Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang
Jalan
Dr. Cipto Nomor 144 A. Bedali Lawang Malang
Telp. (0341) 427771 – 427773, 427379
Fax. (0341) 427774 Kotak Pos144
RINGKASAN
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui cara desain / perancangan penyuluhan ‘ cara pelaksanaan penyuluhan dan cara evaluasi penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah di Kecamatan Monta Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.Desain / perancangan penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah, Materi penyuluhan didasarkan atas hasil identifikasi masalah kebutuhan sasaran dan hasil kajiterap teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD yang memiliki keunggulan komparatif baik secara teknis maupun ekonomi dan sosial. Tujuan Penyuluhan adalah agar 60% petani tau dan trampil menerapkan teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD. Sasaran penyuluhan sebanyak 25 orang dimana petani sasaran belum memiliki pengetahuan terhadap teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD. Media yang digunakan adalah media tercetak berupa folder dan media sesungguhnya berupa lahan sawah, benih padi, alat BWD dan PUTS sedangkan metode penyuluhan yang ditetapkan adalah kombinasi metode sekolah lapang, demonstrasi cara dan temu lapang dengan teknik pendekatan kelompok.
Pelaksanaan penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan
PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah mengacu pada Lembar Persiapan Menyuluh dengan menggunakan alat bantu
penyuluhan berupa alat uji PUTS dan BWD dengan frekwensi penyuluhan sebanyak 3
(tiga) kali. Penyuluh/peneliti menjelaskan
Pengertian, Tahapan, Prinsip kerja PUTS dan BWD, Penetapan N, P, K tanah,
Teknik Pengolahan tanah, Penanaman, Penyiangan. Pemupukan dasar, Peserta diberi
kesempatan untuk melakukan praktek uji sampel tanah dan menyampaikan hasil uji
sampel tanah. Berdasarkan hasil uji PUTS yang dilakukan bahwa hara N termasuk
sedang sehingga rekomendasi pemupukan N dalam bentuk Urea 200 kg, P dan K
Tinggi dengan dosis 150 kg NPK sedangkan hasi
uji BWD menunjukkan skala 4 sehingga perlu penambahan N dalam bentuk Urea 50 kg
Produksi
padi yang menerapkan pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD mencapai 1,7 ton GKP
atau sekitar 6,8 ton / Ha sedangkan produksi pada lahan petani tanpa PUTS BWD
hanya mencapai 1,735 ton GKP atau 5,5 ton / Ha. pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD
sebesar Rp. 5.433.600,- dengan R/C 2,99 dan pada cara petani sebesar Rp. 3.568.600,-
dengan R/C 2,18, sehingga terjadi selisih pendapatan Rp.1.547.000- dalam
luasan 0,25 hektar.
Hasil
evaluasi penyuluhan penerapan metode
sekolah lapang penggunaan PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi
sawah bahwa terdapat 5 orang responden (20 %)
termasuk kategori pengetahuan sedang dan 20 orang (80 %) termasuk kategori
pengetahuan tinggi, petani sasaran sebanyak 2 orang peserta ( 8%) termasuk kategori
sangat trampil, sebanyak 17 orang atau 68% kategori trampil, sebanyak 6 orang peserta
24% kategori cukup trampil sedangkan berdasarkan
hasil evaluasi desain / perancangan pentuluhan termasuk kategori sesuai.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemupukan berimbang
merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan
produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropika basah dimana pada
umumnya tingkat kesuburan tanahnya rendah karena tingkat pelapukan dan
pencucian hara yang tinggi. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai adalah rendahnya kandungan hara di dalamtanah terutama hara makro N, P dan K. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu ditambahkan pupuk dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah (uji tanah). Penetapan dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N,P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam. Dengan diketahuinya status hara tanah, maka dapat dihitung jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai produksi optimal.(BPTP, 2005)
Balai Penelitian Tanah pada
tahun 2004 telah mengembangkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yang bermanfaat
untuk menetapkan status hara tanah dan rekomendasi pupuk untuk padi sawah.
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara
tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah dan cukup
akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah sebagai
dasar Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang
diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah (BPTP,2005)
Dalam rangka
percepatan diseminasi informasi teknologi peningkatan produksi padi di
Kecamatan Monta Tim Penyuluh BPP Monta telah melakukan penyuluhan pertanian secara terus menerus
dengan menerapkan berbagai metode dan media penyuluhan tentang teknologi
budidaya padi yang baik dan benar seperti teknologi Pemupukan berdasarkan
status hara tanah (PUTS) dan Bagan Warna Daun (BWD), namun belum mampu merubah
prilaku petani dalam mengadopsi Inovasi Teknologi karena dianggap rumit untuk
dilaksanakan. Hal ini disebabkan dalam perencanaan penyuluhan belum melibatkan
partisipasi pelaku utama dan pelaku usaha serta belum menetapkan materi, metode
dan media penyuluhan yang sesuai dengan keadaan sasaran (IPW,2022).
Salah satu
model pendekatan penyuluhan pertanian adalah pendekatan partisipatif
menggunakan metode kaji terap. Kaji terap merupakan metode penyuluhan untuk
melakukan uji coba teknologi yang dilakukan oleh pelaku utama untuk meyakinkan
keunggulan teknologi dibanding teknologi yang pernah diterapkan sebelum
diterapkan atau dianjurkan kepada pelaku utama lainnya. (Permentan 52 Tahun
2009)
Memperhatikan
masalah tersebut maka perlu dilakukan perencanaan penyuluhan pertanian dengan
melibatkan partisipasi seluruh anggota pelaku utama dan pelaku usaha agar
materi, metode dan media penyuluhan pertanian yang disampaikan sesuai dengan
kebutuhan sasaran agar memberikan dampak terhadap proses adopsi inovasi
teknologi sehingga pada Tugas Akhir Mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau
(RPL) Politeknik Pertanian Malang telah dilakukan penelitian “Penerapan Metode Sekolah Lapang (SL) Pemupukan
Padi Sawah Berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) Dan Bagan Warna Daun
(BWD) Di Kecamatan Monta
Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana desain / perancangan penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan
PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah di Kecamatan Monta Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat ?
2.
Bagaimana melaksanakan penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan
PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah di Kecamatan Monta Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat ?
3.
Bagaimana melakukan evaluasi penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan
PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah di Kecamatan Monta Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat ?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui cara desain / perancangan penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah di Kecamatan Monta Kabupaten Bima
Propinsi Nusa Tenggara Barat
- Untuk mengetahui cara pelaksanaan penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan
PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah di Kecamatan Monta Kabupaten Bima
Propinsi Nusa Tenggara Barat
- Untuk mengetahui cara evaluasi penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan
PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan padi sawah di Kecamatan Monta Kabupaten Bima
Propinsi Nusa Tenggara Barat
1.4 Manfaat
1.
Sebagai bahan informasi bagi petani dalam penerapan teknologi usaha yang menguntungkan secara ekonomi.
2.
Sebagai penyempurnaan pola pengembangan dan
sumbangan pemikiran bagi penyuluh dalam kegiatan
penyuluhan pertanian khususnya dalam penetapan
materi penyuluhan, penetapan metode dan media
penyuluhan
pertanian.
3.
Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, khususnya para pengambil kebijakan tentang
berbagai dampak inovasi terhadap peningkatan produksi dan pendapatan.
METODE PELAKSANAAN
Lokasi dan Waktu
Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan pada bulan Januari 2022 s/d Mei 2023 di Kelompoktani Lende 2 Desa Simpasai Kecamatan Monta
Kabupaten Bima, dengan pertimbangan bahwa Desa Simpasai Kecamatan Monta
sebagian besar petani belum memperoleh Penyuluhan tentang Pemupukan padi sawah
meggunakan Perangkat Uji Tanah sawah dan Bagan warna Daun
Metode Kajian
Metode kajian
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan fenomena
yang
ada dengan menggunakan angka-angka untuk menggambarkan
kakarakteristik individu atau kelompok (AR.Syamsuddin
dan Damiyaanti,2011).
Pendekatan kajian pada
penelitian ini adalah pendekatan survei merupakan metode penelitian yang
dilakukan untuk mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap
gejala empiris yang berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian umumnya
dilakukan terhadap unit sampel yang dihadapi sabagai responden dan bukan
terhadap seluruh populasi sasaran (Fatoni, 2006).
Untuk
menghasilkan rekomendasi pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD di
kelompoktani Lende 2 Desa Simpasai Kecamatan Monta menggunakan metode Kaji terap
sebagai laboratorium lapangan. Metode Kaji terap dipilih untuk mendapatkan rancangan penyuluhan pemupukan padi sawah
berdasarkan PUTS dan BWD, sedangkan untuk mengetahui pengetahuan dan
keterampilan petani setelah melaksanakan penyuluhan menggunakan analisis
Deskriptif Kuantitatif yaitu Evaluasi sumatif yang bertujuan untuk :
1.
Mengukur dan menilai dampak metode sekolah lapang pada penyuluhan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD.
2.
Untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan
petani terhadap penyuluhan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD.
Metode Perancangan Penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan perlu dirancang untuk mendukung pelaksanaan
program pembangunan pertanian, penyelenggaraan penyuluhan didasarkan pada
potensi dan kendala yang dihadapi, diperlukan desain penyelenggaraan penyuluhan
mendapatkan strategi terbaik berkaitan dengan pelaksanaan penyuluhan yang dapat
digunakan dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan program
Penetapan Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan adalah petani padi yang memiliki masalah yang sama berdasarkan hasil identifikasi
potensi wilayah dan berdasarkan hasil analisis yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. Petani yang
belum memiliki pengetahuan dan keterampilan menjadi sasaran utama penyuluhan sedangkan petani yang
sudah menerapkan sebagai agen pembaharu yang membantu peneliti dan penyuluh
dalam meningkatkan perubahan prilaku
Penetapan Materi Penyuluhan
Berdasarkan Undang-undang SP3K (2006) materi penyuluhan merupakan bahan penyuluhan yang diberikan
para penyuluh kepada pelaku uatama ataupun pelaku usaha yang terdiri dari
berbagai macam bentuk bisa berupa informasi, teknologi baru, rekayasa sosial,
menejemen ekonomi, hukum dan juga kelestarian lingkungan. Materi dalam pelaksanaan
penyuluhan dipilih berdasarkan langkah-langkas sebagai berikut :
1.
Menetapkan materi meliputi penyeleksian bahan
penyusunan materi penyuluhan sesuai kebutuhan.
2.
Menyusun materi meliputi pembuatan sinopsis dan
lembar persiapan menuluh (LPM) sesuai standar penetapan materi penyuluhan.
Penetapan Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah untuk mengetahui peningkatan Pengetahuan dan
keterampilan petani sesuai standar penetapan tujuan penyuluhan berdasarkan
(Permentan Nomor 47 Tahun 2016), tujuan penyuluhan yang ingin dicapai harus
mempunyai kriteria yang jelas untuk memenuhi kebutuhan spesifik dan dapat
diukur menggunakan para meter yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
penyuluhan ditetapkan menggunakan kaidah ABCD (Audence,
Behavior, Condition, Degree) yaitu :
a.
Audence merupakan sasaran yang diberikan penyuluhan
b.
Behaviour merupakan perubahan prilaku yang diinginkan
c.
Condition merupakan kondisi yang diinginkan
d.
Degree merupakan derajat kondisi yang ingin dicapai
Penetapan Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan dipilih
berdasarkan hasil kajian kebutuhan sasaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1.
Menetapkan metode meliputi identifikasi
karaktersitik sasaran dan pemilihan metode penyuluhan berdasarkan materi dan
media yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik sasaran
2.
Menggunakan metode meliputi pembuatan lembar
persiapan menyuluh dan penerapan metode yang dipilih dalamkegiatan penyuluhan
Penetapan Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan dipilih berdasarkan hasil kajian kebutuhan
sasaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menyiapkan media, identifikasi sasaran dan
penetapan media penyuluhan
2.
Menggunakan media dengan mempelajari standar teknis
penggunaan media penyuluhan pertanian dan menggunakan media penyuluhan
pertanian sesuai materi penyuluhan
Penetapan Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan
penyuluhan untuk mengetahui aspek teknis dan aspek ekonomi usaha tani
padi yang menerapkan teknologi PUTS dan BWD sedangkan metode survei dilaksanakan untuk mengetahui
aspek sosial meliputi Pengetahuan dan keterampilan petani terhadap teknologi
pemupukan menggunakan PUTS dan BWD sebagai berikut :
1.
Aspek Teknis meliputi teknik dan cara budidaya padi
dari pemilihan benih, Pengolahan tanah, Pesemaian, Penanaman, pengairan, penyiangan,
Pemupukan menggunakan PUTS dan BWD, pengendalian hama penyakit dan panen dan
pasca panen.
2.
Aspek ekonomi meliputi biaya produksi, nilai jual,
pendapatan petani yang menerapkan teknologi Pemupukan menggunakan PUTS dan BWD
dibanding petani yang tidak menerapkan teknologi Pemupukan menggunakan PUTS dan
BWD.
3.
Aspek sosial meliputi pengetahuan dan keterampilan
petani teknologi Pemupukan menggunakan PUTS dan BWD
Metode Kajian Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan penyuluhan dilakukan setelah
penyuluhan dilaksanakan untuk mengetahui tanggapan petani pada kegiatan penyuluhan tentang pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS
dan BWD. Evaluasi ini didesain sebagai berikut:
1.
Tempat
dan Waktu
Lokasi
pelaksanaan evaluasi penelitian di kelompoktani
Lende 2 Desa Simpasai Kecamatan Monta. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari 2022 s/d Mei 2023
2.
Objek
Evaluasi
Objek evaluasi
merupakan segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan.
Menurut Arikunto S. (2014) objek evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat
perhatian untuk dievaluasi.
Pada evaluasi
penyuluhan untuk mengetahui prilaku (pengetahuan dan keterampilan) petani
tentang penerapan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD.
3. Tujuan Evaluasi
Merumuskan
tujuan evaluasi penting dilakukan dalam rangka menyelaraskan dengan tujuan
program, sehingga arah dari kegiatan evaluasi dapat diketahui sehingga evaluasi
tidak kehilangan arti dan fungsinya.tujuan evaluasi adalah mengetahui perubahan prilaku (pengetahuan dan keterampilan) petani
tentang penerapan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD
4.
Model
Evaluasi
Evaluasi
adalah suatu tindakan untuk menilai (to de cide the
value of) sesuatu
keadaan, peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Model evaluasi
ini adalah evaluasi sumatif (hasil) yaitu untuk mengetahui perubahan prilaku
(pengetahuan dan keterampilan) petani setelah penerapan perancangan penyuluhan.
Evaluasi sumatif merupakan penilaian dan pengukuran yang dilaksanakan setelah
program terlaksana (Mardikanto, 2009)). Berikut tahapannya
a.
Pelaksanaan Post tes dengan penyebaran kuisoner
pengetahuan dan keterampilan yang sudah valid dan reliabel
b. Data hasil pengisian kemudian ditabulasikan dan dianalisis deskriptif
kuantitatif lalu disimpulkan
1.
Materi
a.
Materi
harus mempunyai dampak pada pemecahan masalah, peningkatan dan pengembangan
usaha budidaya padi kearah yang lebih produktif dan ekonomis dengan melakukan
pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD.
b.
Materi berasal dari hasil penelitian
/pengkajian/ telaahan peneliti, penyuluh atau teknologi
baru yang dihasilkan petani tentang pemupukan padi sawah menggunakan PUTS
dan BWD.
2.
Lokasi
Sekolah Lapang
Lokasi sekolah
lapang dilaksanakan di kelompok tani “Lende 2” di Desa Simpasai, Kecamatan Monta, yang di tetapkan sebagai lokasi laboratorium lapangan
penerapan pemupukan padi sawah menggunakan PUTS dan BWD.
3.
Pelaksana Sekolah Lapang
a.
Petani pelaksana laboratorium
lapangan Sekolah lapang dilaksanakan dilahan milik bapak Muhammad Yunus selaku
kelompok tani Lende 2 Desa Simpasai, Kecamatan
Monta, yang di tetapkan sebagai lokasi penerapan laboratorium lapangan
pemupukan padi sawah menggunakan PUTS dan BWD.
b.
Mampu bekerjasama dengan para penyuluh/peneliti
baik dalam menyelenggarakan laboratorium lapangan sebagai pusat pelaksanaan
sekolah lapang dan mau menerapkan dan
penyebarluasan hasilnya.
4.
Urutan Kegiatan
a.
Persiapan
Perencanaan sekolah lapang pemupukan padi sawah
menggunakan PUTS dan BWD yang meliputi penetapan materi, demonstrator, lokasi,
pembimbing, jadwal kegiatan serta pembiayaan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan
meliputi uji PUTS, pengolahan tanah, penyemaian, pemberian bahan organik,
pemindahan tanam, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan.
Penetapan Metode Sekolah Lapang
Pemilihan
metode penyuluhan sekolah lapang dalam rangka persiapan materi penyuluhan yang
memenuhi persyaratan sebagai materi penyuluhan maka ditetapkan langkah-langkah
sekolah lapang yang sesuai dengan kajian ilmiah, sebagai berikut:
1.
Sekolah
Lapang
Sekolah lapang merupakan
kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok petani pada hamparan
tertentu, yang diawali dengan membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian
diikuti dengan curah pendapat, berbagi pengalaman tentang alternatif dan
pemilihan cara pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien sesuai dengan
sumberdaya yang dimiliki
2.
Tujuan
a.
Meyakinkan
petani padi sawah bahwa pemupukan padi sawah menggunakan PUTS dan BWD adalah
paket yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta kondisi
usahatani dan kondisi sosial ekonomi petani-nelayan di
wilayah dimana sekolah lapang dilaksanakan.
b.
Mempercepat
penyebaran informasi paket teknologi pemupukan padi sawah menggunakan PUTS dan
BWD yang telah direkomendasikan secara umum.
3.
Pemantauan dan Evaluasi Sekolah Lapang
a.
Pemantauan
Untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan lapangan, permasalahan dan hasil sekolah
lapang yang dilakukan pemantauan oleh peneliti secara
teratur. Pemantauan perkembangan penyelenggaraan dan pelaksanaan
dilakukan mulai dari tingkat lapangan / kelompok. Pemantauan oleh peneliti dapat
dilakukan melalui pengamatan lapangan
secara langsung selama pelaksanaan sekolah lapang atau menganalisa data
dan laporan yang diterima dari pelaksana laboratorium lapangan pemupukan padi
sawah berdasarkan PUTS dan BWD.
b.
Evaluasi
Evaluasi sekolah lapang dilakukan dengan
menggunakan Metode Observasi / Pengamatan dan Wawancara, Evaluasi dapat
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan pada waktu kegiatan telah selesai.
Hal-hal yang dievaluasi adalah Aspek Teknis, aspek Ekonomi, dan Aspek Sosial,
dalam pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD, serta dampak dari
penerapan teknologi tersebut terhadap produktifitas usaha tani serta
pendapatannya.
4. Frequensi Penyuluhan
Tahapan
pemilihan dan penetapan frequensi penyuluhan dilakukan yaitu berdasarkan : 1)
alasan pemilihan dan penetapan, 2) dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan,
3) prosedur pemilihan dan penetapan.
5. Penyuluh
Penyuluh
pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani
mengubah perilakunya agar sadar bahwa menjadi petani dengan kemampuan yang
lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri. Tahapan persiapan dan
pelaksanaan penyuluh melaksanakan kegiatan penyuluhan berdasarkan perannya
sebagai : 1) komunikator, 2) Motivator, 3) Fasilitator, 4) Inovator dan 5)
Konsultan agribisnis.
6. Evaluasi
Penyuluhan
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan konsentrasi pada studi perkembangan. Menurut
Sukmadinata, N. S, (2011),
studi perkembangan bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi
bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya.
Analisis Evaluasi Penyuluhan.
1. Evaluasi
Pengetahuan.
Untuk mengukur
tingkat pengetahuan petani menggunakan kuisioner melalui
pretest dan postest
sebanyak 20 pertanyaan. Data dianalisis menggunakan
analisis deskriptif rata-rata (mean)
dengan menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor tanpa denda menurut Widoyono (2012) sebagai
berikut:
Sk = B
Keterangan :
Sk = Skor yang diperoleh peserta.
B = Jumlah jawaban benar.
Setelah jawaban benar dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu
kategori 1 – 10, 11 – 20 dan 21 - 30 jawaban benar, jika setiap responden
memiliki jawaban benar sebanyak 1 – 10 maka termasuk kategori rendah, jawaban
benar 11 – 20 termasuk kategori sedang dan jika jawaban benar 21 – 30 termasuk
kategori tinggi.
Aspek yang
diukur dalam penilaian keterampilan petani adalah menggunakan alat PUTS
meliputi Persiapan contoh tanah, cara atau metode pengambilan contoh tanah,
Proses ekstraksi contoh tanah, Proses pengukuran
kadar hara dan penetapannya, Menetapkan rekomendasi pupuk sedangkan untuk
keterampilan menggunakan BWD meliputi : persiapan alat BWD, menentukan tanaman
yang diukur, menentukan waktu pengukuran, membaca skala BWD, menentukan dosis
pupuk N, melakukan pemupukan.
Untuk mengukur tingkat
keterampilan petani dalam menggunakan PUTS dan BWD adalah menggunakan rating
skala dari kurang trampil sampai ke sangat trampil dari jumlah soal
masing-masing sebanyak 10 soal dengan keterangan
penilaian:1 = tidak trampil, 2 = cukup trampil, 3 = trampil,
4 = sangat trampil
Kategori penilaian : 1). Jika seorang responden memperoleh skor
26-28 dapat ditetapkan sangat trampil, 2). Jika seorang responden
memperoleh skor 21-25 dapat ditetapkan trampil, 3). Jika seorang
responden memperoleh skor 16-20 dapat ditetapkan cukup trampil, 4). Jika
seorang responden memperoleh skor 0-15 dapat ditetapkan tidak trampil
Jenis
dan Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer merupakan
sumber data yang diperoleh langsung dari responden kajian yaitu dari petani di
Desa Simpasai
Kecamatan Monta
Kabupaten Bima
Data yang dibutuhkan pada
kajian ini adalah data identifikasi aspek teknis dan aspek ekonomi pemupukan
padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD sebagai berikut :
a. Aspek teknis meliputi data produksi padi sawah yang menerapkan pemupukan
padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD
b. Aspek Ekonomi meliputi biaya produksi dan pendapatan usahatani padi
sawah yang menerapkan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD
c. Aspek sosial meliputi pengetahuan dan sikap keterampilan setelah
dilakukan penyuluhan.
2.Data
Sekunder
Data sekunder diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain) berupa data profil desa, data keadaan kelompok, atau data yang relevan
dengan kajian yang akan dijadikan sebagai pendukung untuk memahami masalah dan
sebagai alternative pemecahan masalah
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam
kajian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut ::
a.
Aspek Teknis
Menggunakan Format / tabel pengamatan tinggi
tanaman, jumlah rumpun, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah perbulir,
berat gabah perrumpun
b.
Aspek Ekonomi
Menggunakan format analisis biaya produksi dan pendapatan usaha tani
padi.
c.
Aspek Sosial
Aspek sosial menggunakan kuisioner mengenai
pengetahuan dan keterampilan petani.
Instrumen
dan kuesioner
1. Instrumen
Instrumen dalam
penelitian ini adalah mengacu pada tujuan penyuluhan yaitu untuk mengetahui
pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan metode sekolah lapang
pemupukan padi sawah berdasarkaan PUTS dan BWD.
2.Kuesioner
Berdasarkan instrumen yang telah disusun maka dapat
dibuat kisi-kisi instrumen pengetahuan dan keterampilan dapat diliihat pada
lampiran 5.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kajian
Uji validitas
dan reliabilitas instrument kajian dilakukan dengan menggunakan 15 orang
responden yang merupakan bagian dari populasi yang diteliti
Uji validitas instrument kajian dilakukan dengan pengajuan
validitas isi, konstruksi dilanjutkan dengan uji validitas butir. Uji validitas
ini dilakukan melalui kisi-kisi instrument dengan
menyebarkan daftar
pertanyaan kepada 15 responden. Uji validitas
dilakuan dengan mencari nilai korelasi product moment menggunakan
program Ms exel for windows 7
(Sugyono, 2012).
Berdasarkan
hasil uji validitas instrument pada tabel 3 menunjukkan bahwa r hitung berada
pada kisaran 0,5142 – 0,74 sedangkan nilai r kritis 0,514, artinya nilai r
hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai
alat untuk mengambil data evaluasi pengetahuan petani tentang pemupukan padi
berdasarkan PUTS dan BWD.
2.
Reliabilitas
Uji Reliabilitas Instrument adalah indeks yang
menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau memiliki
reliabilitas tinggi dan dapat digunakan berkali-kali pada orang yang sama.
Analisis realiilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
koofisien relalibilitas ccronbach Alpha dengan
rumus sebagai berikut :
Keterangan:
r11 =
Nilai realibilitas reliabilitas
Sî = Varian skor
tap item
St = Varian
Total
K = jumlah item pertanyaan
Berdasarkan hasil uji
realibilitas menunjukkan bahwa nilai alpha dengan angka ketetapan r tabel 0,514
> 0,550 r hitung maka dapat disimpulkan bahwa seluruh item reliebel dan seluruh
tes secara konsisten memiliki realibilitas yang kuat.
Analsis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan dianalisis
menggunakan analisis deskriptif sebagai berikut :
1.
Aspek teknis meliputi data produksi padi sawah yang
menerapkan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD dan yang tidak
menggunakan PUTS dan BWD dengan mengukur tinggi tanaman (cm), jumlah populasi
(rumpun), berat kg / ubinan ( 2,5 cm x 2,5 cm), dan produksi per unit kaji
terap dalam satuan kilogram.
2. Aspek Ekonomi meliputi biaya produksi dan pendapatan usahatani padi
sawah yang menerapkan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD dan yang
tidak menggunakan PUTS dan BWD
- Penerimaan Usahatani
TR = Y . Py
Dimana : TR =
Total penerimaan (Rp)
Y = Produksi yang diperoleh (kw)
Py = Harga GKP
(Gabah Kering Panen) (Rp/kw)
- Biaya Produksi Usahatani TC = FC + VC
Dimana : TC = Total biaya (Rp)
FV = Biaya tetap (Rp)
VC = Biaya variabel (Rp)
- Pendapatan
usahatani dapat dihitung dengan rumus
Pd = TR – TC
Dimana:
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (total revenue)
TC = Total biaya (total cost)
3.
Aspek sosial meliputi;
- Pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan. Data dianalisis menggunakan analisis
deskriptif rata-rata (mean) dengan menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor
tanpa denda menurut Widoyono (2012)
sebagai berikut:
Sk =
B
Keterangan :
Sk = Skor yang diperoleh peserta.
B = Jumlah jawaban benar.
- Keterampilan
Menggunakan
rating skala dari kurang trampil sampai ke sangat trampil dari jumlah soal
masing-masing sebanyak 10 soal dengan keterangan
penilaian:1 = tidak trampil, 2 =
cukup trampil, 3 = trampil, 4 = sangat trampil
Kategori penilaian :
·
Jika seorang responden memperoleh skor 26-28 dapat
ditetapkan sangat trampil,
·
Jika seorang responden memperoleh skor 21-25 dapat
ditetapkan trampil,
·
Jika seorang responden memperoleh skor 16-20 dapat
ditetapkan cukup trampil,
·
Jika seorang responden memperoleh skor 0-15
dapat ditetapkan tidak trampil
Populasi
dan Sampel
Menurut Sugiyono (2007) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut Riduwan (2004) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini sejumlah tanaman padi dari dua perlakuan.
Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Bila Populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang diambil dari populasi itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel dari populasi harus betul-betul
resprentatif(mewakili) Sugyono,2007).
Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel independent karena hanya membandingkan dua perlakuan yang
berbeda yaitu inovasi pemupukan berdasarkan status hara lahan menggunakan PUTS
dan BWD dengan perlakuan pemupukan petani sebagai kontrol. Penentuan
pengambilan Sample sebagai berikut :
Apabila kurang dari 100
lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih
tergantung sedikit banyaknya dari:
1). Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
tenaga dan dana
2). Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap
subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.
3). Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh
peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar
hasilnya akan lebih baik
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil Identifikasi Keadaan
Responden
Dari hasil
survei di Kecamatan Monta kajian penelitian Desa Simpasai jumlah responden 25 orang yang menjadi sampel
untuk mengukur Pengetahuan petani tentang aspek teknis pemupukan padi berdasarkan PUTS
dan BWD.
Tingkat Pendidikan Responden
Salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi suatu inovasi adalah karakteristik
petani pengguna teknologi yaitu tingkat pendidikan. Untuk mengetahui distribusi tingkat
pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel
Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan |
Jumlah Responden |
Pernsetase (%) |
SD |
8 |
32 |
SMP |
8 |
32 |
SMA |
9 |
36 |
PT |
0 |
0 |
Jumlah |
25 |
100 |
Sumber:
Data diolah, 2023
Responden terbanyak terdapat pada
kategori pendidikan SD 32%, SMP 32 % dan SMA 36%. Jumlah
responden dengan tingkat kelulusan pada bangku
SMP menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih cenderung rendah. Tingkat
pendidikan yang cenderung rendah sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan
keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga
berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan.
Lama Usahatani Responnden
Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi
cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta
penyesuaian kecakapan dengan situasi baru.
Distribusi Lama Usahatani Responden
Lama Usaha (tahun) |
Interval |
Jumlah Responden |
Persentase (%) |
Baru |
10-23 |
10 |
40 |
Sedang |
24-36 |
8 |
32 |
Lama |
37-50 |
7 |
28 |
Jumlah |
|
25 |
100 |
Jumlah
responden terbanyak pada kategori lama usaha 10 s/d 36 tahun sebanyak 18 orang
atau 72%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah
berpengalaman dalam berusaha tani Padi.
Umur Responden
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan
respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya.
Distribusi Umur Responden
No |
Umur (tahun) |
Jumlah (Orang) |
Presentasi (%) |
1 2 3 |
25-35 36-45 46-55 |
9 7 9 |
36 28 36 |
|
Jumlah |
25 |
100 |
Responden
memiliki umur antara 25 S/D 55 tahun,
namun berdasarkan kategori umur didominasi umur antara umur 25 sampai dengan 45
tahun sebanyak 16 orang atau sebanyak 64%.
Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia produktif yang
terbanyak sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang
pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD.
Pemilikan Lahan
Luas pemilikan lahan akan berpengaruh
terhadap produksi dan pendapatan petani.
Luas Pemilikan lahan
No |
Luas Pemlikan
lahan |
Jumlah (Orang) |
Presentasi (%) |
1 2 3 |
0,10-0,31 (Kecil) 0,32-0,54(sedang 0,55 – 0,75 (Luas) |
16 2 2 |
64 28 8 |
|
Jumlah |
25 |
100 |
Luas pemilikan lahan responden didominasi
lahan kecil sebanyak 64 % hal ini perpengaruh terhadap produksi dan pendapatan
petani padi di Desa Simpasai Kecamatan Monta.
Tingkat Pengetahuan petani
terhadap teknologi pemupukan Padi
Pelaksanaan kajian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
responden/sampel terhadap aspek teknis pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD sebelum
penyuluhan dilakukan. Kajian yang
dilakukan pada tanggal 25 Januari s/d 30 Januari 2023 dengan cara
survei atau melakukan wawancara secara tertutup pada 25 orang responden anggota kelompoktani So Lende 2 dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan.
Kajian terhadap pengetahuan responden diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20
pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah
nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan
nilai maksimal 100.
Kategori Pengetahuan Petani Berdasarkan Rentang Skor
No |
Kategori |
Skor |
Responden |
Total Skore |
% |
1 |
Rendah |
1-33 |
11 |
348 |
44 |
2 |
Sedang |
34-66 |
14 |
504 |
56 |
3 |
Tinggi |
67-100 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
25 |
852 |
100 |
Sumber :
Data diolah, 2023.
Tingkat pengetahuan
petani responden terhadap aspek teknis pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD temasuk Pengetahuan rendah sebanyak 44 % dan
sedang 56%. Rendahnya tingkat pengetahuan petani di Kelompoktani So Lende 2 juga
dipengaruhi oleh teknologi
pemupukan PUTS dan BWD pada tanaman padi merupakan teknologi baru. Sehingga
perlu dilakukan penyuluhan tentang teknologi pemupukan PUTS dan BWD pada
tanaman padi.
DESAIN
DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN
Rancangan dan Desain Penyuluhan
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan
penyuluhan teknik pemupukan padi sawah menggunakan PUTS dan BWD dilaksanakan di
Poktan Lende 2 Desa Simpasai Kecamatan Monta dengan jadwal sebagai berikut :
Jadwal Kegiatan Penyuluhan
No |
Hari / tanggal |
Kegiatan |
Lokasi |
1 |
11 Pebruari 2023 |
SL Uji PUTS |
Lahan Milik Pak Yunus Lende 2 |
2 |
10 Maret 2023 |
SL Uji BWD I |
|
3 |
25 Maret 2023 |
SL BWD II |
|
4 |
20 Mei 2023 |
Temu lapang panen |
Pemilihan
lokasi kegiatan penyuluhan dengan pertimbangan bahwa untuk laboratorium lapangan
kegiatan SL dilakukan di lahan milik Bapak Yunus ketua kelompoktani Lende 2
karena lokasi dekat dengan jalan serta mudah dilalui sehingga petani lain bisa
melihat penerapan teknologi PUTS dan BWD.
Penetapan Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan yang disampaikan yaitu teknologi
pemupukan
padi berdasarkan PUTS dan BWD. Penetapan
materi ini
didasarkan atas hasil identifikasi masalah kebutuhan sasaran melalui musyawarah bersama petani mitra dan Kelompoktani So Lende 2 yang telah disesuaikan dengan Rencana kerja Tahunan penyuluhan pertanian Kecamatan Monta
tahun 2023, serta
kondisi dan permasalahan yang berkembang pada saat kajian.
Materi penyuluhan pertanian yang
digunakan pada kajian penyuluhan disusun berdasarkan hasil laboratorium
teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD yang memiliki keunggulan
komparatif baik secara teknis maupun ekonomi. Produksi padi pada lahan SL pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD mencapai
1,7 ton GKP atau sekitar 6,8 ton / Ha sedangkan produksi pada cara petani hanya
mencapai 1,735 ton GKP atau 5,5 ton. Tingkat
pendapatan yang diperoleh petani lahan SL pemupukan berdasarkan PUTS dan
BWD sebesar Rp. 5.433.600,- dengan R/C 2,99 sedangkan cara
petani sebesar Rp. 3.568.600,- dengan R/C 2,18, sehingga terjadi
selisih pendapatan Rp.1.547.000- dalam luasan 0,25 hektar.
Materi penyuluhan pertanian disusun
dalam bentuk sinopsis yang merupakan uraian singkat mengenai
teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD.
Penetapan Tujuan Penyuluhan
Tujuan
Penyuluhan pada kegiatan penyuluhan adalah agar 60% petani tau dan trampil
menerapkan teknologi pemupukan
padi berdasarkan PUTS dan BWD.
Penetapan tujuan penyuluhan didasarkan pada SKKNI Penyuluh pertanian No
43 tahun 2013 dengan prinsip penetapan
tujuan penyuluhan berdasarkan ABCD dan
SMART.
Hal ini sesuai amanat Permentan Nomor 47 Tahun 2016 bahwa peningkatan
Pengetahuan dan keterampilan petani sesuai standar penetapan tujuan penyuluhan
berdasarkan, tujuan penyuluhan yang ingin dicapai harus mempunyai kriteria yang
jelas untuk memenuhi kebutuhan spesifik dan dapat diukur menggunakan para meter
yang telah ditetapkan sebelumnya
Penetapan Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan pada penyuluhan
teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD sebanyak 25 orang yang dipilih
secara sengaja dikelompoktni Lende 2 Desa Simpasai Kecamatan Monta dimana
petani sasaran belum memiliki pengetahuan terhadap teknologi pemupukan padi
berdasarkan PUTS dan BWD.
Penetapan sasaran penyuluhan pada
kegiatan penyuluhan tentang pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD sesuai
amanat Undang-Undang SP3K Bab III Pasal
5 bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah : (1). Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat
penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara, (2).
Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, (3). Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku
kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian,
perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
Penetapan Media Penyuluhan
Berdasarkan hasil Identifikasi karakterisitik sasaran dari jumlah
responden sebanyak 25 orang memiliki pendidikan 64% berpendidikan SD sebanyak 8
orang (32%), pendidikan SMP sebanyak 9
orang (36%) dan SMA sebanyak 8 orang (32%) dianggap mampu
membaca dan memahami isi media yang dibuat, Metode penyuluhan yang ditetapkan
serta standar teknis penggunaan media pada penyuluhan teknologi pemupukan berdasrkan PUTS dan
BWD pada tanaman padi maka media yang digunakan adalah media tercetak berupa folder dan media sesungguhnya berupa lahan sawah, benih
padi, alat BWD dan PUTS.
Penetapan Metode Penyuluhan
Berdasarkan
hasil identifikasi keadaan sasaran, media penyuluhan yang digunakan serta
hubungan yang diharapkan maka metode penyuluhan yang ditetapkan
adalah
kombinasi metode sekolah lapang, demonstrasi
cara dan temu lapang dengan
teknik pendekatan kelompok. Metode sekolah
lapang merupakan
kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok petani pada hamparan
tertentu, yang diawali dengan membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian
diikuti dengan curah pendapat, berbagi pengalaman tentang alternatif dan
pemilihan cara pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien sesuai dengan
sumberdaya yang dimiliki. Disamping itu pelaksanaan penyuluhan melalui
demonstrasi cara diarahkan pada cara
melakukan uji PUTS dan BWD.
Pelaksanaan Penyuluhan Metode Sekolah Lapang
Persiapan
Penyuluhan
1. Koordinasi Lokasi Kegiatan dan Pelaksana LL
Lokasi pelaksanaan Sekolah Lapang yaitu
di kelompoktani Lende 2 Desa Simpasai Kecamatan Monta pada lahan milik bapak
Muhammad Yunus selaku ketua kelompok tani dan bersedia menjadikan lahan sawah
untuk ditanami padi lahan Laboratorium lapangan sebagai media belajar pada
kegiatan Sekolah lapang Pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD.
Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut
karena dekat dengan jalan, sering dilalui dan mudah dalam pengawasan.
2.
Pengadaan
Alat dan bahan
3.
Persiapan
Alat tulis, LPM dan Media Penyuluhan
4.
Langkah-langkah Pelaksanaan Penyuluhan
Proses belajar
dalam sekolah lapang pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD berlangsung secara
periode berdasarkan materi penyuluhan. Pertemuan dilakukan sebanyak 4(empat)
kali disesuaikan dengan meteri penyuluhan yang telah ditetapkan sesuai jadwal
sebagai berikut :
a)
Penyuluhan
Pemupukan berdasarkan PUTS
Sekolah lapang
uji PUTS dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
tentang teknik Uji PUTS meliputi pengambilan contoh tanah, proses extrak,
penetapan takaran pupuk, teknik pemberian pupuk berdasarkan uji PUTS, teknik
pengolahan tanah, teknik penanaman, teknik penyiangan. Langkah-langkah
pelaksanaan sebagai berikut :
· Pembukaan
Ketua kelompok menjelaskan
topik dan tujuan kegiatan serta alur kegiatan.
· Penyuluhan
oleh Peneliti / Penyuluh
Penyuluh/peneliti
menjelaskan Pengertian, Tahapan, Prinsip kerja PUTS, Penetapan N, P, K tanah,
Teknik Pengolahan tanah, Penanaman, Penyiangan. Pemupukan dasar,
Peserta diberi kesempatan
untuk melakukan praktek uji sampel tanah dan menyampaikan hasil uji sampel
tanah. Berdasarkan hasil uji PUTS yang dilakukan bahwa hara N termasuk sedang
sehingga rekomendasi pemupukan N dalam bentuk Urea 200 kg, P dan K Tinggi
dengan dosis 150 kg NPK
· Evaluasi
Memberikan kesempatan
bertanya, Mengecek serapan materi
· Penutup
Menyampaikan kesimpulan
b)
Penyuluhan
Pemupukan berdasarkan BWD
Sekolah lapang
Pemupukan padi berdasarkan BWD dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani tentang teknik menggunakan BWD sebagai dasar pemupukan N
(Nitrogen) pada tanaman padi sawah meliputi teknik uji BWD, penetapan waktu,
pemilihan daun, teknik menempatkan BWD, menetapkan rekomendasi pupuk N
(Nitrogen), teknik pemupukan, teknik pengairan dan pengendalian OPT dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
· Pembukaan
Ketua kelompok menjelaskan
topik dan tujuan kegiatan serta alur kegiatan.
· Penyuluhan
oleh Peneliti / Penyuluh
Penyuluh menjelasan
Pengertian BWD, Cara Penggunaan BWD, Penetapan Takaran N (nitrogen) berdasarkan
BWD, cara dan waktu pemupukan berdasarkan BWD, teknik pengairan, Pengendalian
OPT.
Peserta
diberi kesempatan untuk melakukan praktek uji BWD dan menyampaikan hasil uji BWD.
Berdasarkan hasi uji BWD menunjukkan 4 sehingga perlu penambahan N dalam bentuk
Urea 50 kg
· Evaluasi
Memberikan kesempatan
bertanya, Mengecek serapan materi
· Penutup
Menyampaikan
kesimpulan
c). Pelaksanaan Temu Lapang
Temu Lapang dilakukan pada saat panen dan
pengambilan ubinan untuk
memberikan informasi tentang teknologi yang dihasilkan pada kegiatan kaji terap pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD oleh penyuluh dan petani pelaksana kaji terap untuk memperoleh umpan balik dari petani sasaran sehingga terjadi perubahan prilaku petani dalam mengadopsi
teknologi pemupukan PUTS dan BWD pada tanaman padi.
Urutan
dan langkah kegiatan temu lapangan sebagai berikut :
· Pembukaan
Ketua kelompok menjelaskan
topik dan tujuan kegiatan serta alur kegiatan.
· Penyuluhan
oleh Peneliti / Penyuluh
Penyuluh membagikan folder dan menjelaskan
hasil Hasil Kaji terap pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD pada tanaman padi
· Evaluasi
Memberikan kesempatan
bertanya, Mengecek serapan materi
· Penutup
Menyampaikan kesimpulan
Media Penyuluhan
Media yang digunakan pada kegiatan
penyuluhan adalah media folder dan media sesungguhnya seperti contoh alat PUTS
dan BWD, lahan sawah, tanaman padi, pupuk. Berdasarkan hasil Identifikasi karakterisitik sasaran dari jumlah
responden sebanyak 25 orang memiliki pendidikan 64% berpendidikan SD sebanyak 8
orang (32%), pendidikan SMP sebanyak 9
orang (36%) dan SMA sebanyak 8 orang (32%) dianggap mampu
membaca dan memahami isi media yang dibuat, Metode penyuluhan yang ditetapkan
serta standar teknis penggunaan media pada penyuluhan teknologi pemupukan berdasrkan PUTS dan
BWD pada tanaman padi maka media yang digunakan adalah media tercetak berupa folder dan media sesungguhnya berupa lahan sawah, benih
padi, alat BWD dan PUTS.
Hasil Sekolah Lapang Pemupukan
padi berdasarkan PUTS dan BWD.
Hasil pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD pada tanaman padi menunjukkan
perbedaan baik dari segi produksi maupun biaya produksi dan keuntungan ekonomi.
Produksi
Untuk mengetahui produksi padi dengan pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD
dibanding cara petani.
Perbedaan Tinggi tanaman,
Jumlah Populasi, Bobot gabah dan Produksi
No |
Keadaan tanaman |
PUTS dan BWD |
Cara petani |
1 |
Tinggi Tanaman (cm) |
97 |
94 |
2 |
Jumlah Populasi (rumpun /m²) |
26 |
18 |
3 |
Bobot gabah (kg /10m²) |
7,2 |
5,5 |
4 |
Produksi (ton/0.25 Ha) |
1.7 |
1.375 |
Perbedaan antara perlakuan pada lahan sekolah lapang pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD dibanding
tanpa pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD. Produksi padi yang menerapkan
pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD mencapai 1,7 ton GKP atau sekitar 6,8 ton /
Ha sedangkan produksi pada lahan petani tanpa PUTS BWD hanya mencapai 1,735 ton
GKP atau 5,5 ton / Ha. Perbedaan
produksi padi dipengaruhi teknologi diterapkan pada kaji terap pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD adalah teknologi sistem jajar legowo 4;1 sehingga
populasi lebih banyak yaitu sebanyak 30 rumpun / m² dibanding cara petani
menerapkan teknologi tegel dengan junlah populasi 25 rumpun/m².
Hal
ini sesuai pendapat Aribawa, 2012. bahwa prinsip sistem tanam jajar legowo
adalah meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam. Selain
itu, sistem tanam tersebut memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah
tanaman padi menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Tanaman padi yang
berada dipinggir umumnya menghasilkan produksi lebih tinggi dan kwalitas gabah
lebih baik. Sedangkan menurut
Sembiring (2001), dalam Abdulrahman, dkk (2013), sistem tanam legowo
merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan
dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut: Terdapat ruang
terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan
memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi sehingga
meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan
produktivitas tanaman.
Analisa Ekonomi
a.
Biaya Usahatani.
Biaya (cost)
merupakan komponen penting yang harus di pertimbangkan dalam penentuan harga jual suatu produk atas jasa. Harga jual
suatu produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah semua biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi (usaha tani Padi) ditambah dengan keuntungan
yang diinginkan.
Biaya produksi yang dimaksud dalam Tugas Akhir ini
adalah semua biaya yang dikeluarkan atau digunakan pada kegiatan sekolah lapang
pemupukan berdasrkanPUTS dan BWD mulai dari proses penyiapan benih sampai
panen. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya variabel (biaya sarana
produksi, biaya tenaga kerja) dan biaya tetap (Sewa tanah, pajak dan sewa
alat). Biaya Variabel merupakan biaya keseluruhan yang
dikeluarkan petani responden pada usaha tani Padi, yang besar kecilnya
berpengaruh langsung terhadap hasil produksi. Sedangkan biaya tetap merupakan
biaya yang tidak habis digunakan pada masa produksi dan tidak tergantung pada
besarnya produksi.
Berdasarkan data hasil analisa usahatani Padi Kontrol dan Pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD menunjukkan
bahwa biaya usahatani Padi Pemupukan berdasrkan PUTS dan BWD dalam satuan
hektar lebih rendah dibanding cara petani.
Biaya
Produksi Usahatani Padi MT Pebruari 2023 s/d Mei 2023.
Uraian |
PUTS dan BWD |
Cara petani |
Biaya Penyusutan
alat (Rp) |
333.900 |
333.900 |
Sarana
Produksi (Rp) |
702.500 |
987.500 |
Tenaga
Kerja (Rp) |
1.690.000 |
1.710.000 |
Total Biaya (Rp) |
2.726.400 |
3.031.400 |
Sumber : Data
diolah, 2023.
2.Pendapatan Usahatani Padi
Pendapatan Usaha tani merupakan seilisih antara
nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau
pendapatan bersih yang diperoleh dari sisa pengurangan nilai produksi dengan
biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usaha kegiatan usaha taninya.
Penerimaan, Biaya
Produksi dan Pendapatan
Usahatani padi
Musim Tanam Januari 2023 s/d Mei 2023.
Uraian |
PUTS /BWD |
Cara petani |
Selisih |
|
Total Biaya (Rp) |
2.726.400 |
3.031.400 |
2.146.500 |
|
Produksi GKP (Kg) |
1.700 |
1.375 |
325 |
|
Nilai Jual (Rp/Kg) |
4.800 |
4.800 |
0 |
|
Jumlah Penerimaan (Rp) |
8.160.000 |
6.600.000 |
1.560.000 |
|
Pendapatan (Rp) |
5.433.600 |
3.568.600 |
1.547.000 |
|
R/C |
2,99 |
2,18 |
0,81 |
Sumber : Data
diolah, 2023
Rata – rata pendapatan yang diperoleh petani
responden pada usahatani Padi pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD sebesar Rp. 5.433.600,- dengan R/C 2,99 dan
pada cara petani sebesar Rp. 3.568.600,-
dengan R/C 2,18, sehingga terjadi selisih pendapatan Rp.1.547.000- dalam luasan 0,25 hektar. Tingginya tingkat pendapatan petani yang menerapkan
Pemupukan berdasrkanPUTS dan BWD dipengaruhi tingginya produksi yang mencapai 1.700 kg pada luas 0,25 Ha serta mutu yang dihasilkan lebih
baik sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan
petani ditentukan fungsi modal, produksi, mutu produksi dan nilai produksi yang
diterima. Selain itu juga adanya kemajuan petani Padi dalam mengelola usaha
taninya dengan baik. Faktor pendukung kemampuan pengolahan tersebut adalah
pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerima dan menerapkan inovasi dan
atau teknologi baru sehingga dapat dikatakan pengetahuan dan keterampilan
petani responden usahatani Padi sangat baik meskipun belum mencapai sempurna
Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi
Pengetahuan
Peningkatan
pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian
dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi
untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008) dalam Astuti dan
Honorita (2012), menyebutkan
bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian
masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik - teknik
pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat.
Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses
adopsi inovasi.
Tabel 30 Kategori
Pengetahuan Petani
Berdasarkan Rentang Skor
No |
Kategori Penilaian |
Skor |
Jumlah Responden |
Total Skore |
Persentase % |
1 |
Rendah |
1-33 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Sedang |
34-66 |
5 |
316 |
20 |
3 |
Tinggi |
67-100 |
20 |
1504 |
80 |
Jumlah |
|
25 |
1820 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023
Hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pemupuk
PUTS dan BWD pada merah setelah dilakukan penyuluhan dimana terdapat 5 orang
responden (20 %) termasuk kategori pengetahuan sedang dan 20 orang (80 %)
termasuk kategori pengetahuan tinggi. Peningkatan pengetahuan petani sasaran
dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan
penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem
serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati
(2011), penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami
kesulitan dalam menjalankan tugasnya didorong oleh perasaan dari dalam
dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan. Kemampuan berkomunikasi
penyuluh berhasil dengan baik karena didukung dengan pendekatan
kepada petani jauh sebelum penyuluh menjadi pemandu lapang SL PTT
padi.
Evaluasi keterampilan
Kategori Keterampilan Petani terhadap Pupuk PUTS
No |
Kategori |
Skore |
Jumlah Responden |
Persentase % |
1 |
Sangat Trampil |
31-40 |
2 |
8 |
2 |
Trampil |
21-30 |
17 |
68 |
3 |
Cukup trampil |
11-20 |
6 |
24 |
4 |
Kurang trampil |
1-10 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
25 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023
Dari data tersebut menunjukkan bahwa petani sasaran sebanyak 2 orang peserta
( 8%) termasuk kategori sangat trampil, sebanyak 17 orang atau 68% kategori
trampil sedangkan sebanyak 6 orang peserta 24% kategori cukup trampil terhadap teknologi
pemupukan PUTS dan BWD pada tanaman padi.
Tingginya keterampilan petani sasaran tidak terlepas dari beberapa komponen
pembentuk keterampilan yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif,
terbentuknya keterampilan tersebut sangat dipengaruhi stimulus yang diberikan
melalui penyuluhan.
Syafruddin, dkk (2006) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyatakan
bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan
pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik
individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk
kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang
berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan
bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan
dengan tanpa didasari pengetahuan.
Rencana Tindak Lanjut.
Penerapan metode penyuluhan Sekolah Lapang pada pelaksanaan
penyuluhan pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD di Desa Simpasai
Kecamatan Monta Kabupaten Bima telah memberikan dampak positif terhadap
produksi dan peningkatan pengetahuan serta sikap petani padi sawah maka
diperlukan upaya diseminasi informasi dan teknologi secara luas baik pada
tingkat BPP Kecamatan Monta maupun tingkat Kabupaten Bima maka perlu disusun
Rencana Tindak Lanjut sebagai berikut.
Tabel 32 Rencana Tindak lanjut (RTL)
No |
Kegiatan |
Tujuan |
Sasaran |
Metode |
Waktu |
Lokasi |
Biaya |
Pelaksana |
1 |
Lapor Kepala Dinas |
Melaporkan dan
Mengusulkan kegiatan Sekolah Lapang pemupukan
padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD |
Kepala Dinas |
Diskusi |
Juli 2023 |
Ruangan Kadis |
BOP Penyuluh - |
Kepala BPP |
2 |
Konsultasi
dengan Koordinator Jabatan Penyuluh Pertanian |
Agar penerapan
teknologi pemupukan padi sawah berdasarkan PUTS
dan BWD
dapat dijadikan sebagai materi penyuluhan pada Programa Penyuluhan Pertanian |
Kordinator KJF Penyuluh Kabupaten Bima |
Diskusi |
Juli 2023 |
Ruangan KJF |
BOP Penyuluh |
Kepala BPP |
3 |
Sosialisasi di
Tingkat BPP Kecamatan Monta |
Agar PPL Kecamatan Monta dapat
melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemupukan
padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD |
PPL |
Ceramah dan Presentase |
Agustus 2023 |
Ruang pertemuan |
BOP Penyuluh |
Kepala BPP |
4 |
Bimtek pemupukan
padi sawah berdasarkan PUTS dan BWD |
Agar PPL memiliki kompetensi dalam
mengkomunikasikan pemupukan padi sawah
berdasarkan PUTS dan BWD |
18 BPP |
Bimtek |
Agustus 2023 |
Ruang pertemuan BPP |
APBD II |
Kabid Penyuluhan |
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Desain / perancangan penyuluhan penerapan
metode sekolah lapang penggunaan PUTS dan BWD pada penyuluhan pemupukan
padi sawah, Materi penyuluhan didasarkan atas hasil identifikasi
masalah kebutuhan sasaran dan hasil kajiterap teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD yang
memiliki keunggulan komparatif baik secara teknis maupun ekonomi. Tujuan Penyuluhan adalah agar 60% petani tau
dan trampil menerapkan teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD. Sasaran penyuluhan sebanyak 25 orang
dimana petani sasaran belum memiliki pengetahuan terhadap teknologi pemupukan
padi berdasarkan PUTS dan BWD. Media yang digunakan adalah media tercetak berupa brosur dan media sesungguhnya berupa lahan sawah, benih
padi, alat BWD dan PUTS sedangkan metode penyuluhan yang ditetapkan adalah kombinasi metode sekolah lapang, demonstrasi cara dan temu lapang dengan
teknik pendekatan kelompok.
2.
Pelaksanaan penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan PUTS dan BWD pada
penyuluhan pemupukan padi sawah mengacu
pada Lembar Persiapan Menyuluh dengan menggunakan alat bantu penyuluhan berupa
alat uji PUTS dan BWD. Pelaksanaan penyuluhan disesuaikan kondisi dan keadaan
serta materi secara teknis materi penyuluhan memiliki keunggulan
komperatif, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial tidak bertentangan
dengan norma yang berlaku dan memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan yaitu
terjadinya perubahan pengetahuan dan keterampilan sasaran terhadap pemupukan
padi berdasarkan PUTS dan BWD. Meliputi persiapan dengan melakukan koordinasi
baik dengan anggota kelompok maupun pihak lain tantang lokasi dan jadwal
kegiatan, Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi pemupukan padi berdasarkan PUTS dan BWD
berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) meliputi Pembukaan oleh Ketua
kelompok, Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh / peneliti. Berbagi
pengalaman oleh Petani pelaksana laboratorium lapangan. Melakukan Tanya jawab,
Penutup dan menyimpulkan. Berdasarkan hasil uji PUTS
yang dilakukan bahwa hara N termasuk sedang sehingga rekomendasi pemupukan N
dalam bentuk Urea 200 kg, P dan K Tinggi dengan dosis 150 kg NPK sedangkan hasi uji BWD menunjukkan 4 sehingga perlu penambahan N
dalam bentuk Urea 50 kg Produksi
padi yang menerapkan pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD mencapai 1,7 ton GKP
atau sekitar 6,8 ton / Ha sedangkan produksi pada lahan petani tanpa PUTS dan BWD
hanya mencapai 1,735 ton GKP atau 5,5 ton / Ha. pemupukan
berdasarkan PUTS dan BWD sebesar Rp. 5.433.600,- dengan R/C 2,99 dan pada cara
petani sebesar Rp. 3.568.600,- dengan R/C 2,18, sehingga terjadi
selisih pendapatan Rp.1.547.000- dalam luasan 0,25 hektar.
3.
Hasil evaluasi penyuluhan penerapan metode sekolah lapang penggunaan PUTS dan BWD pada
penyuluhan pemupukan padi sawah bahwa terdapat 5 orang responden
(20 %) termasuk kategori pengetahuan sedang dan 20 orang (80 %) termasuk
kategori pengetahuan tinggi, petani sasaran sebanyak 2 orang peserta ( 8%)
termasuk kategori sangat trampil, sebanyak 17 orang atau 68% kategori trampil, sebanyak 6 orang peserta 24% kategori cukup trampil sedangkan berdasarkan hasil evaluasi desain /
perancangan pentuluhan termasuk kategori sesuai.
5.2 Saran
1. Kiranya
teknologi teknologipemupukan berdasrkan PUTS dan BWD pada tanaman padi dapat
dijadikan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia
yang sedang langka, serta bisa menjadi peluang
agribisnis untuk dapat
dikembangkan
2. Kepada para
penyuluh dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan pertanian lebih mengarah pada
pengembangan pertanian PUTS dan.
3. Kepada
pemerintah kiranya dapat melakukan pengembangan gerakan pertanian yang lebih
luas melalui stimulus baik melalui bantuan sarana prasaran benih pupuk dan
pelatihan maupun demonstrasi farmer dan demonstrasi area sehingga dapat
mensukseskan gerakan pertanian PUTS dan BWD
DAFTAR PUSTAKA
Abri1, Aylee
CAS,,
Sanusi.
2021. Penerapan Teknologi
Vermicomposting Dalam
Pengelolaan Limbah Pertanian Di Desa Massila
Kabupaten Bone Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 644-653, September - Desember
2021
Ahmadi,
2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta
Arikunto,
2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara,
Yogyakarta.
Arsyad,
2003. Petunjuk Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik)
Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya.
Azwar,
1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
2011. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
BPP Monta, 2021. Laporan Demplot
Padi. BPP Monta Kabupaten Bima
BPP Monta, 2022, Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Monta Tahun 2023.
BPS,
2012. Kabupaten Bima Dalam Angka
Tahun 2022.
Elvan,
2012.
Hubungan
Tingkat
Pengetahuan
dan
Sikap
Ibu
Terhadap Pemilihan Metode
Kontrasepsi Implan. (File: htpp//elvanamdkep.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html diakses pada tanggal16 maret 2014)
Erwin,
2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan
Diklat Sertifikasi
Penyuluh Pertanian Level Supervisor.
Kartasapoetra A.G,
1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara.
Jakarta.
Mahmudah,
2010. Psikologi Sosial. UIN Maliki Press. Malang
Maisura, Ainol Mardhiah, Nur Hafni, 2019. Pemberdayaan Masyarakat Kelompok
Tani melalui Teknologi Pembuatan Pupuk BWD.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 1, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2685-113x pISSN 2685-0303
114
Mardikanto T,
1993.
Penyuluhan
Pembangunan
Pertanian.
Sebelas Maret
University Press, Surakarta
,2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press
Surakarta.
Munandar, 2003.
Pengembangan SDM Pertanian untuk Pembangunan Pertanian
Sistem
dan Usaha
Agribisnis dalam Era
Otonomi Daerah. Jakarta
Nazir
M, 2008. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda
Penyuluhan Pertanian.
Permentan
No
10 Tahun2022 tentang Alokasi Pupuk bersubsidi Tahun 2022
Salikin A.K, 2003.
SistemPertanian Berkelanjutan,
Penerbit Kanisius Yogyakarta
Setiana, 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Gahlia
Indonesia. Bogor.
Samsudin, 1989. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian dan Modernsiasi
Pertanian. Penerbit: Bina Cipta. Bandung
Silalahi U, 2012. Metode Penelitian Sosial.
PT
Rafika Aditama,
Bandung. Soedarmanto, 1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya: Malang
Soekartawi, 2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara,. Jakarta.
Soekanto
S, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..Alfabeta.Bandung.
UU RI
No.16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan. Yayasan pengembangan Sinar
Tani,
Jakarta
Walgito
B, 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Andi offset, Yogyakarta.
Wirartha I. M, 2005. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit: Andi.Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar