Budidaya Cabe

Pendahuluan Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solaneceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri dari tumuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Dari banyak spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan beriklim tropis. Namun, secara ekonomis yang dapat atau sudah dimanfaatkan berupa beberapa spesies saja. Diantaranya yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari adalah kentang (Solanum tuberosum), tomat (Lycopersicum esculantum), dan tembakau (Nicotiana tabacum) (Setiadi, 2004). Cabai (Capsicum sp.) merupakan salah satu sayuran dan rempah paling penting di dunia. Genus Capsicum berasal dari dunia baru, spesies Capsicum annum dari Meksiko, dan spesies lain (Capsicum frustescens, Capsicum baccatum, Capsicum chinense, dan Capsicum pubescens) dari Amerika Selatan. Oleh pedangang Portugis dan Spanyol, cabai diintroduksikan ke Asia pada abad ke-16, dan spesies canai pedas tersebar paling luas di Asia Tenggara (Sanjaya,dkk,2002). Cabe merah merupakan salah satu komoditas pertanian paling atraktif. Pada saat-saat tertentu, harganya bisa naik berlipat-lipat. Pada momen lain bisa turun hingga tak berharga. Hal ini membuat budidaya cabe merah menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Disamping fluktiasi harga, budidaya cabe cukup rentan dengan kondisi cuaca dan serangan hama. Untuk meminimalkan semua resiko tersebut, biaya untuk budidaya cabe bisa dikatakan cukup tinggi. Pada kesempatan kali ini, mencoba memaparkan langkah-langkah yang harus dipersiapkan untuk budidaya cabe merah, khususnya jenis Capsicum annum L. Tanaman ini berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis dan subtropis. Dari sini menyebar ke berbagai belahan bumi lainnya. Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya cabe dimana matahari bersinar penuh. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter dpl. Di dataran tinggi, cabe masih bisa tumbuh namun produksinya tidak maksimal. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan cabe merah, antara 24-28 derajat Celcius. Pada suhu yang terlalu dingin dibawah 15 atau panas diatas 32 pertumbuhan akan terganggu. Cabe bisa tumbuh pada musim kemarau asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80%. Budidaya Petani. Tanaman Cabe bisa ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah dgn pH 5-6. Pada kesempatan kali ini blog budidaya petani akan menyajikan artikel mengenai Bagaimana Cara Budidaya Cabe ( Cabai ) yg mungkin dapat berguna. Tanaman Cabai banyak kendalanya terutama hama & penyakit. Bertanam cabe yg berhasil, akan meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi keluarga, sehingga harus mengetahui bagaimana "teknik budidaya cabe" dgn benar. Sebelum masuk ke bagaimana teknik dan cara budidaya cabe tdk ada salahnya mengetahui tentang apa saja kandungan cabe & apa saja manfaat cabe. Kandungan Cabe Adapun kandungan di dlm cabe yg dimaksud yaitu vitamin C & betakaroten (provitamin A). Dua kandungan cabe tersebut lebih daripada buah-buahan seperti nanas, semangka, mangga maupun pepaya. Selain kandungan tersebut, cabe juga mengandung mineral. Kadar mineral di dlm cabe lebih tinggi daripada di dlm ikan segar. Utamanya kadar mineral berupa kalsium & fosfor. Cabe memiliki jenis yg beragam, diantaranya cabe hijau, cabe rawit, cabe merah & sebagainya. Cabe hijau & paprika mengandung vitamin C lebih tinggi daripada jenis cabe lainnya. Zat yg membuat cabai terasa pedas adalah kapsaisin . Zat tersebut tersimpan dlm urat putih cabai, tempat melekatnya biji. Kapsaisin ini bersifat stomakik. Maksud dari stomakik yakni dapat meningkatkan nafsu makan. Zat tersebut juga mampu merangsang produksi hormon endorphin sehingga kenikmatan rasa cabe dapat dimunculkan dengannya. Zat kapsaisin dlm cabe juga memiliki fungsi yg lain yaitu dapat mengencerkan lendir. Ketika lendir encer maka penyumbatan pada tenggorokan & hidung dapat terasa longgar. Sifat dari zat kapsaisin yaitu antikoagulan. Zat dlm cabe tersebut dapat menjaga darah supaya tetap encer & mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Hal tersebut juga dapat memperkecil kemungkinan menderita serangan stroke, jantung koroner & impotensi. Teknik budidaya cabe terus dikembangkan seiring kemajuan teknologi di berbagai bidang & manfaatnya bagi kehidupan manusia. dlm dunia industri farmasi, cabe merupakan salah satu bahan campuran untuk pembuatan balsem, inhaler, & permen pengganti rokok. Sedangkan bubuk cabe juga bisa digunakan sebagai pengganti fungsi lada. Biasanya rasa yg dimiliki lada mampu memancing selera makan. Cabe juga digunakan dlm pembuatan minuman ginger beer. Selain kegunaan tersebut, bubuk cabepun dapat dijadikan sebagai bahan obat penenang. Beberapa kandungan di dlm cabe memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Kandungan bioflavonoids yg ada di dlm cabe, selain dapat menyembuhkan radang akibat udara dingin, juga dapat menyembuhkan polio. Manfaat Cabe Berikut ini beberapa manfaat cabe yaitu: • Cabe dapat dimanfaatkan untuk meredakan pilek & hidung tersumbat . Alasannya yaitu karena kandungan kapsaicin di dalamnya yg dapat mengencerkan lendir. Lendir yg tersumbat dlm rongga hidung akan menjadi encer & keluar. Manfaat cabe ini berlaku pada penyakit sinusitis & juga batuk berdahak. • Cabe dapat memperkecil risiko terserang stroke, penyumbatan pembuluh darah, impotensi, & jantung koroner. Mengkonsumsi kapsaicin secara rutin maka darah akan tetap encer & kerak lemak pada pembuluh darah tdk akan terbentuk. Darah dapat mengalir dgn lancar. • Cabe dapat juga dimanfaatkan sebagai antibiotik alami. • Cabe juga memberikan manfaat dlm meringankan keluhan sakit kepala & nyeri sendi. • Cabe dapat meningkatkan nafsu makan pengkonsumsinya. Penyebabnya adalah kapsaicin dapat merangsang produksi hormon endorphin. Hormon tersebut mampu membangkitkan rasa nikmat & kebahagiaan hingga nafsu makan menjadi bertambah. • Cabe dapat menurunkan kadar kolesterol. • Daun cabe bisa digiling untuk dibalurkan di daerah yg sakit ketika sakit perut & bisul. • Cabe menghasilkan vitamin C (lebih banyak daripada jeruk) & provitamin A (lebih banyak daripada wortel). • Cabe juga kaya akan kalsium & fosfor yg mengungguli ikan segar. • Cabe dapat menghilangkan rasa dingin pada tubuh. Caranya adalah dgn mengoleskan pada bagian yg terasa dingin. Botani Tanaman Cabai Tanaman cabai (Capsicum annum) adalah merupakan tanaman sayuran hortikultura yang tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu, dari famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut Plantamor (2011) tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Devisio : Spermatophyta Subdevisio : Angiospermae Ordo : Polemoniales Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Spesies : Capsicum annum L. Tanaman cabai termasuk tanaman semusim yang tergolong ke dalam famili Solanaceae, buahnya sangat digemari, karena memiliki rasa pedas dan merupakan perangsang bagi selera makanan. Selain itu, buah cabai memiliki kandungan vitamin-vitamin, protein dan gula fruktosa. Di Indonesia tanaman ini mempunyai arti ekonomi penting dan menduduki tempat kedua setelah sayuran kacang-kacangan (Rusli, 1997). Cabai merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena selain sebagai penghasil gizi, juga sebagai bahan campuran makanan dan obat-obatan. Daerah pertanaman cabai tersebar di pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan kawasan luar jawa meliputi Lampung, Sumatera Barat, Aceh, dan Sumatera Utara (Rompas, 2001). Tanaman cabai (Capsicum annum) berbentuk perdu yang tingginya 1,5-2 m dan lebarnya tajuk tanaman dapat mencapai 1,2 m. Daun cabai pada umumnya berwarna hijau cerah pada saat masih muda dan akan berubah menjadi hijau gelap bila daun sudah tua. Daun cabai ditopang tangkai daun yang mempunyai tulang menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung runcing, tergantung pada jenis dan verietasnya. Bunga cabai berbentuk terompet atau campanulate, sama dengan bentuk bunga keluarga solanaceae lainnya. Bunga cabai berkelamin dua (Hermaprodit) dalam satu bunga terdiri dari satu alat kelamin jantan dan betina dan berwarna putih bersih. Bunga tersusun di atas tangkai bunga terdiri atas dasar bunga kelopak bunga dan mahkota bunga. Letak buah menggantung panjang sampai 1-1,5 cm panjang tangkai bunga 1-2 cm. Bentuk buahnya berbeda-beda menurut jenis dan varietasnya (Tindall,1983). Buah cabai merupakan buah sejati tunggal terdiri dari satu bunga dan satu bakal buah. Buahnya bulat sampai bulat panjang, mempunyai 2-3 ruang yang berbiji banyak. Permukaan buah rata dan licin. Letak buah yang telah tua (matang) umumnya kuning sampai merah sampai mengkilap dengan aroma yang berbeda sesuai dengan varietasnya. Bijinya kecil, bulat pipih seperti ginjal (buah pinggang) yang warnanya kuning kecoklatan. Berat 1000 biji kering berkisar antara 50-60 hari sejak bunga mekar (Sunaryono, 1996). Syarat Tumbuh Iklim Curah hujan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan produksi buah cabai. Curah hujan yang ideal untuk tanaman cabai adalah 1000 mm/tahun. Curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman kekeringan dan membutuhkan air untuk penyiraman. Sebaliknya, jika curah hujan yang tinggi bias merusak tanaman cabai serta membuat lahan penanaman becek dan kelembapannya tinggi (Setiadi,2004). Kelembapan yang cocok bagi tanaman cabai berkisar antara 70-80%, terutama saat pembentukan bunga dan buah. Kelembapan yang melebihi 80% memacu pertumbuhan cendawan yang berpotensi menyerang dan merusak tanaman. Sebaliknya jika iklim yang kurang dari 70% membuat cabai kering dan mengganggu pertumbuhan generatifnya, terutama saat pembentukan bunga, penyerbukan, dan pembentukan buah (Agromedia, 2011). Bila tanaman cabai ditanam di daerah yang berkelembapan tinggi dengan curah hujan per tahun antara 600-1250 mm maka tanaman cabai mudah terserang penyakit, terutama penyakit antrak (penyakit patek) yang sering menyerang cabai dalam situasi sangat lembab (Setiadi, 2004) Tanah Cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara. Cabai tumbuh optimal di tanah regosol dan andisol. Penambahan bahan organic, seperti pupuk kandang dan kompos, saat pengolahan tanah atau sebelum penanaman dapat diaplikasikan untuk memperbaiki struktur tanah serta mengatasi tanah yang kurang subur dan miskin unsur haranya (Agromedia,20011) Penanaman cabai sebaiknya memilih lahan yang agak miring untuk menghindari genangan air. Namun, tingkat kemiringan lahan tidak lebih dari 25%. Lahan yang terlalu miring menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air hujan (Setiadi, 2004). Kadar keasaman pH tanah yang cocok untuk penanaman cabai secara intensif adalah 6-7. Tanah yang pH renfah atau masam harus dinetralkan dulu dengan cara menyebarkan kapur pertanian. Sebaliknya, jika tanah terlalu basa atau pH-nya tinggi bias dinetralkan dengan cara menaburkan belerang ke lahan penanaman (Agromedia, 2011). Secara umum, cabai bisa ditanam pada ketinggian lahan dari 1-2000 m dpl. Ketinggian tempat berpengaruh pada jenis hama dan penyakit yang menyerang cabai. Di dataran tinggi penyakit yang menyerang biasanya disebabkan cendawan dan jamur, sedangkan di lahan dataran rendah biasanya penyakit yang menyerang dipicu oleh bakteri (Setiadi, 2004). Pemilihan benih cabe merah Masyarakat mengenal dua jenis cabe merah, yakni cabe merah besar dan cabe merah keriting. Perbedaan kedua jenis cabe ini terlihat dari bentuk dan tekstur kulitnya. Untuk mengetahui lebih jauh, silahkan lihat tulisan mengenal jenis-jenis cabe. Dari dua jenis itu, terdapat puluhan bahkan ratusan varietas, dari yang lokal hingga hibrida. Setiap varietas memiliki kekhasan tumbuh sendiri-sendiri. Untuk memilih jenis mana yang akan dibudidayakan, sebaiknya pilih varietas yang paling cocok dengan lokasi budidaya cabe masing-masing. Benih untuk budidaya cabe bisa didapatkan dengan dua cara, yaitu membeli di toko benih atau membenihkan sendiri. Benih cabe hibrida sebaiknya dibeli dari industri benih terpercaya yang menerapkan teknologi pemuliaan moderen. Sedangkan benih cabe lokal bisa didapatkan dari sesama petani atau menyeleksi sendiri dari hasil panen terdahulu. Penyemaian dan pembibitan Metode penyemaian untuk budidaya cabe sebaiknya menggunakan polybag (baik dari plastik atau daun-daunan). Mengapa demikian, karena benih cabe apalagi jenis hibrida harganya sangat mahal. Apabila disemai dengan ditabur, dikhawatirkan banyak biji yang tumbuh berhimpit sehingga tidak semua tanaman bisa dimanfaatkan. Siapkan campuran tanah, arang sekam dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Atau, kalau tidak ada arang sekam gunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Sebelum dicampur, media tersebut diayak agar halus. Untuk lebih detail, silahkan baca cara membuat media persemaian. Sebaiknya buat naungan untuk tempat penyemaian untuk menghindari terik matahari dan air hujan. Apabila ada biaya, ada baiknya melindungi tempat penyemaian dengan jaring pelindung hama atau serangga. Susun polybag yang telah diisi media semai dalam naungan tersebut. Rendam biji cabe dengan air hangat selama kurang lebih 3 jam. Jangan gunakan biji yang mengapung. Masukkan setiap biji cabe kedalam polybag sedalam 0,5 cm dan tutup dengan kompos halus. Basahi sedikit media tanam agar kelembabannya terjaga. Siram polybag pembibitan setiap pagi dan sore hari. Cara menyiramnya adalah tutup permukaan polybag dengan kertas koran kemudian siram hingga basah. Buka kertas koran tersebut setelah biji tumbuh kira-kira 3 sekitar hari. Selanjutnya siram secara rutin dan awasi pertumbuhannya. Bibit cabe merah siap untuk dipindahkan setelah 21-24 hari disemaikan atau setelah tumbuh 3-4 helai daun. Lebihkan 10% dari kebutuhan bibit. Misalnya untuk lahan satu hektar dibutuhkan sekitar 14000 bibit cabe merah, maka lebihkan 10 persen untuk tindakan penyulaman tanaman. Pengolahan tanah Lahan yang diperlukan untuk budidaya cabe merah adalah tanah yang gembur dan memiliki porosotas yang baik. Sebelum cabe merah ditanam cangkul atau bajak lahan sedalam 20-40 cm. Bersihkan dari batu atau kerikil dan sisa-sisa akar tanaman. Apabila terlalu banyak gulma dan khawatir menganggu bisa gunakan herbisida. Buat bedengan dengan lebar satu meter tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 60 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, untuk memudahkan pemeliharaan panjang bedengan maksimal 15 meter. Buat saluran drainase yang baik karena tanaman cabe merah tidak tahan terhadap genangan air. Budidaya cabe merah menghendaki tanah yang memiliki tingkat keasaman tanah pH 6-7. Apabila nilainya terlalu rendah (asam), daun tanaman cabe merah akan terlihat pucat dan mudah terserang virus. Tanah yang asam biasanya mudah ditumbuhi ilalang. Untuk menetralisirnya bisa gunakan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 2-4 ton/ha. Pemberian kapur atau dolomit dilakukan pada saat pembajakan dan pembuatan bedengan. Campurkan pupuk organik, bisa berupa kompos atau pupuk kandang pada setiap bedengan secara merata. Kebutuhan pupuk organik untuk budidaya cabe merah adalah 20 ton per hektar. Selain pupuk organik tambahkan juga urea 350 kg/ha dan KCl 200kg/ha. Untuk budidaya cabe intensif sebaiknya, bedengan ditutup dengan mulsa plastik perak hitam. Penggunaan mulsa plastik mempunyai konsekuensi biaya namun mendatangkan sejumlah manfaat. Mulsa bermanfaat untuk mempertahankan kelembaban, menekan erosi, mengendalikan gulma dan menjaga kebersihan kebun. Buat lubang tanam sebanyak dua baris dalam setiap bedengan dengan jarak 60-70 cm. Sebaiknya lubang tanam dibuat zig zag, tidak sejajar. Hal ini berguna untuk mengatur sirkulasi angin dan penetrasi sinar matahari. Diameter dan kedalaman lubang tanam kurang lebih 10 cm, atau disesuaikan dengan ukuran polybag semai. Penanaman bibit cabe merah Pemindahan bibit cabe merah dari area persemaian dilakukan setelah umur bibit sekitar 3 minggu atau bibit memiliki 3-4 helai daun permanen. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari untuk menghindari stress. Usahakan penanaman dilakukan serentak dalam satu hari. Cara menanamnya adalah dengan membuka atau menyobek polybag semai. Kemudian masukkan bibit cabe merah beserta media tanamnya kedalam lubang tanam. Jaga agar media semai jangan sampai terpecah. Kemudian siram tanaman secukupnya untuk mempertahankan kelembaban. Pemeliharaan dan perawatan Penyiraman diperlukan pada saat musim kering, caranya bisa dengan gembor atau dengan penggenangan. Hati-hati ketika melakukan penyiraman disaat tanaman belum terlalu kuat. Penggenangan bisa dilakukan setiap dua minggu sekali. Periksa tanaman pada satu sampai dua minggu pertama untuk melakukan penyulaman tanaman. Apabila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal segera cabut dan ganti dengan bibit yang baru. Pada budidaya cabe memerlukan pemasangan ajir (tongkat bambu) untuk menopang tanaman berdiri tegak. Tancapkan ajir dengan jarak mnimal 4 cm dari pangkal batang. Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan pada hari ke-7 sejak bibit dipindahkan. Apabila tanaman terlalu besar dikhawatirkan saat ajir ditancapkan akan melukai perakaran. Bila akar terluka tanaman akan akan mudah terserang penyakit. Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan setelah tanaman tumbuh tinggi atau berumur diatas satu bulan. Perempelan atau pemotongan tunas dilakuan setelah 3 minggu untuk budidaya cabe di dataran rendah dan 1 bulan untuk dataran tinggi. Potong tunas yang tumbuh pada ketiak daun dengan tangan yang bersih. Perempelan ini dilakukan sampai terbentuk cabang utama, ditandai dengan kemunculan bunga pertama atau kedua. Pemupukan susulan dilakukan setiap dua minggu sekali atau minimal 8 kali hingga panen terakhir. Pemupukan susulan dilakukan dengan pengocoran pupuk pada setiap lubang tanam. Pemupukan yang paling praktis adalah dengan menggunakan pupuk organik cair. Siramkan 100 ml larutan pupuk yang telah diencerkan pada setiap tanaman. Bisa juga ditambahkan NPK pada campuran tersebut. Penyiangan gulma dilakukan apabila diperlukan saja. Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya cabe cukup vital. Banyak kasus budidaya yang gagal karena serangan hama dan penyakit. Untuk lebih detail, silahkan baca pengendalihan hama dan penyakit tanaman cabe. Pengendalian Hama dan Penyakit Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor resiko yang cukup besar dalam budidaya cabe. Agar sukses menjalankan usaha tani cabe, ada baiknya kita mengenal jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe. Hama tanaman cabe Hampir semua hama yang menyerang tanaman terung-terungan bisa menyerang tanaman cabe. Serangan hama ini bisa menurunkan produktivitas tanaman, bahkan pada tingkat tertentu mengakibatkan gagal panen. Berikut ini beberapa jenis hama utama yang sering menyerang tanaman cabe di Indonesia. a. Hama ulat Ulat yang sering menyarang tanaman cabe diantaranya ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat jenis ini memakan daun sampai bolong-bolong sehingga menganggu kemampuan fotosintesis tanaman. Pada tingkat yang parah ulat grayak memakan habis seluruh daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun. Selain itu ada juga jenis ulat yang menyerang buah cabai, yaitu jenis Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua. Ulat jenis ini membuat lubang pada buah cabe baik yang masih hijau maupun merah. Ulat biasanya menyerang pada malam hari atau saat matahari teduh. Pada siang yang terik, ulat bersembunyi di pangkal tanaman atau berlindung di balik mulsa sehingga ulat-ulat ini bisa lolos dari penyemprotan. • Pengendalian teknis. Ulat diambil saat malam hari ketika mereka mulai berkeliaran. Pengambilan ulat sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan serempak. Bisa juga dipasang perangkap imago hama. Pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan kebun. Siangi gulma pada selasar bedengan, parit atau lubang-lubang mulsa. • Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan apabila serangan sudah parah. Jenis obat yang digunakan adalah insektisida. Penyemprotan sebaiknya dilakukan saat malam hari. b. Hama tungau Tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau dijumpai juga menyerang tanaman tanaman singkong. Pada tanaman cabe, serangan tungau membuat daun keriting menggulung ke bagian kebawah seperti sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku sehingga pembentukan pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi coklat dan mati. • Pengendalian teknis. Tanaman yang terserang parah dicabut sedangkan yang belum parah dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tanaman yang terserang dibakar agar tidak menjangkiti yang lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal penanaman cabe tidak berdekatan dengan tanaman singkong. Menjaga kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau. • Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau seperti akarisida, bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki delapan berbeda dengan serangga (insek) yang berkaki empat. c. Hama kutu daun Kutu daun yang menyerang tanaman cabe biasanya berasal dari jenis Myzus persicae. Kutu daun menyerang dengan menghisap cairan pada daun. Daun menjadi kering dan permukaan daun keriting. Selain itu, kutu daun bisa mengundang berbagai penyakit secara tidak langsung. Kutu ini bisa menjadi vektor pembawa virus, menghasilkan cairan berwarna kuning kehijaun yang mengundang semut dan mengundang datangnya cendawan yang menimbulkan jelaga hitam pada permukaan daun. • Pengendalian teknis. Petik daun-daun yang terserang kemudian musnahkan. Hindari juga penanaman cabe berdekatan dengan semangka, melon dan kacang panjang. Menjaga kebersihan kebun dan penggunaan plastik mulsa perak efektif menekan perkembangan kutu daun. • Pengendalian kimiawi. Gunakan jenis insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada sore hari. d. Hama lalat buah Serangan lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabe menyebabkan kerontokan buah. Buah cabe tidak sempat dipanen karena keburu rontok ke tanah. Pada buah yang terserang apabila di belah terdapat larva lalat. Bila tidak dibersihkan, larva pada buah cabe yang rontok akan menjadi pupa di dalam tanah, sehingga siklus serangan akan terus berulang. • Pengendalian teknis. Pungut dan kumpulkan buah cabe yang rontok, kemudian musnahkan dengan cara membakarnya. Hal tersebut penting, agar lalat tidak menjadi pupa yang bisa bersemayam di dalam tanah. Lalat buah biasa juga menyerang jenis buah-buahan lain seperti belimbing, pisang, jeruk, dll. Jadi hindari membudidayakan tanaman cabe berdekatan dengan kebun buah. • Pengendalian kimiawi. Bisa menggunakan perangkap lalat dengan menggunakan atraktan yang mengandung methyl eugenol. Teteskan obat tersebut pada kapas dan masukkan pada botol bekas air mineral. Pemasangan perangkap bisa dilakukan setelah umur tanaman cabe satu bulan. Bila serangan parah, semprot dengan insektisida pada pagi hari, ketika daun masih berembun dan lalat belum berkeliaran. e. Hama trips (Thrips) Tanaman cabe yang terserang trips daunnya akan terlihat garis-garis keperakan, terdapat bercak-bercak kuning hingga kecoklatan dan pertumbuhannya kerdil. Bila dibiarkan daun akan kering dan mati. Serangan trips biasanya menghebat pada musim kemarau. Hama ini juga berperan sebagai pembawa virus dan mudah sekali menyebar. • Pengendalian teknis. Bisa memanfaatkan predator alami hama ini, seperti kumbang dan kepik. Pemakaian mulsa dan menjaga kebersihan kebun efektif menekan perkembangannya. Selain itu, rotasi tanaman membantu mengendalikan hama jenis ini. • Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan bila serangan meluas. Gunakan insektisida yang berbahan aktif fipronil dan lakukan pada sore hari. Penyakit tanaman cabe Penyakit yang menyerang tanaman cabe bisa disebabkan virus, bakteri, cendawan maupun jamur. Setidaknya ada enam macam penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe, diantranya: a. Bercak daun Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Gejalanya terdapat bercak-bercak bundar berwarna abu-abu dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna kuning dan akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi. Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin, air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut pada benih atau biji cabe. Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih yang sehat bebas patogen. Merenggangkan jarak tanam berguna meminimalkan serangan agar lingkungan tidak terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa diberikan fungisida. b. Patek atau antraknosa Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini menyebabkan kecambah layu saat disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati pucuk, serangan pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara itu, pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar. Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida. c. Busuk Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang tanaman cabe, yakni busuk cabang dan busuk kuncup. Busuk cabang pada tanaman cabe disebabkan oleh Phytophthora capsici. Menyerang saat musim hujan dan penyebarannya sangat cepat. Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum sp. Penyakit ini masih jarang dijumpai di Indonesia. Gejalanya, kuncup tanaman berwarna hitam dan lama kelamaan mati. Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis pemupukan nitrogen seperti urea dan ZA. Kemudian mengatur jarak tanam agar sirkulasi udara berjalan lancar. Tanaman yang terinfeksi sebaiknya dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan dengan fungisida, bila dilakukan saat musim hujan pilih fungisida yang memiliki perekat. d. Layu Penyakit layu merupakan penyakit yang cukup sulit dikendalikan pada budidaya tanaman cabe. Penyakit layu bisa ditumbulkan oleh beragam jasad penganggu tanaman seperti berbagai jenis cendawan dan bakteri. Layu yang disebabkan cendawan disebut layu fusarium. Jenis cendawannya adalah Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Cendawan ini hidup di lingkungan yang masam. Sedangkan layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini hidup di jaringan batang. Pengendalian penyakit layu harus diamati dengan lebih spesifik agar penanganannya bisa lebih tepat. e. Bule atau virus kuning Tanaman cabe yang terserang virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat menguning. Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyebabnya adalah virus gemini, penyakit ini bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu. Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan racun-racun kimia. Pengendalian harus dilakukan semenjak dini, dengan memilih benih unggul dan tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi vektornya, seperti kutu. Untuk menaikan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan virus kuning, bisa dengan mengintensifkan pemupukan, misalnya penggunaan pupuk organik cair yang mengandung zat hara makro dan mikro lengkap. Tujuannya agar tanaman cabe tumbuh subur sehingga lebih tahan terhadap patogen. f. Keriting daun atau mosaik Penyebab serangan penyakit mosaik adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV). Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil, warna daun belang-belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil, tulang daun akan berubah menguning. Penyakit ini bisa menyebar dan menular ke tanaman lain oleh aktivitas serangga. Penyemprotan kimia bertujuan untuk menghilangkan serangga bukan penyakitnya. Untuk mengurangi penyakit, musnahkan tanaman cabe yang telah parah terserang. Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko serangan penyakit ini. Hal lain yang bisa membantu mengurangi resiko serangan adalah pemupukan yang baik dan tepat. Pemanenan budidaya cabe Budidaya cabe merah mulai bisa dipanen setelah berumur 75-85 hari setelah tanam. Proses pemanenan dilakukan dalam beberapa kali, tergantung dengan jenis varietas, teknik budidaya dan kondisi lahan. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-5 hari sekali, disesuaikan dengan kondisi kematangan buah dan pasar. Buah cabe sebaiknya dipetik sekaligus dengan tangkainya untuk memperpanjang umur simpan. Buah yang dipetik adalah yang berwarna oranye hingga merah. Lakukan pemetikan pada pagi hari. Produktivitas budidaya cabe merah biasanya mencapai 10-14 ton per hektar, tergantung dari varietas dan teknik budidayanya. Pada budidaya yang optimal, potensinya bisa mencapai hingga 20 ton per hektar. Sumber: http://alamtani.com/budidaya-cabe-merah.html http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/01/budidaya-cabe.html Setiadi. 2004. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. Siwi, S.S. 2006. Peran Ilmu Biotaksonomi Serangga Dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Era Globalisasi. Berita Biologi Vol. 8. 1 April 2006.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PKL I

Penyakit Busuk Batang Jagung (Versi bahasa Bima)

Laporan PKL II Ma'ruf STPP Malang