Penerapan metode penyuluhan Kaji terap pembuatan dan aplikasi Pupuk organik kascing Pada tanaman bawang merah

 

 

Penerapan metode penyuluhan Kaji terap pembuatan dan            

aplikasi Pupuk organik kascing Pada tanaman bawang merah

Di Kecamatan Sape Kabupaten Bima


Nur Rahma, Ma’ruf & Yudi Rustandi

Polbangtan Malang, Juni 2023

 

 RINGKASAN

 

            Tanaman bawang merah termasuk tanaman yang sangat membutuhkan pupuk untuk dapat mencapai produksi maksimal. Berdasarkan rekomendasi pemupukan Balitsa 2005, tanaman bawang merah membutuhkan pupuk SP36 100-150 kg/Ha, Urea 150 - 200kg dan KCl 50-100kg ditambah pupuk organik 5 ton/ha. Peraturan Menteri Pertanian No. 10 Tahun 2022 Pemerintah mengurangi jenis pupuk bersubsidi, pupuk yang di subsidi yaitu hanya Urea dan NPK. Namun pada subsektor Holtikultura lebih khususnya bawang merah untuk pupuk jenis Urea di rekomendasikan oleh pemerintah, oleh karena itu perlu adanya solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada di tingkat petani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu penggunaan pupuk berimbang dengan tambahan pupuk organik kascing untuk meningkatkan produksi.

Kajian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui desain penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, 2)Untuk mengetahui cara melaksanakan penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah  di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. 3)Untuk mengetahui cara evaluasi pengetahuan dan sikap petani terhadap pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

Rancangan penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima didasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) sebagai dasar untuk memilih dan menetapkan aspek-aspek penyuluhan berikut: 1) Lokasi penyuluhan di lahan kelompoktani yaitu bapak Umar selaku ketua kelompok, 2) Waktu penyuluhan pada tanggal 30 Januari dan 30 Maret 2023, 3) Sasaran penyuluhan 25 orang petani yang merupakan anggota dari kelompok tani di desa Boke 4) Tujuan penyuluhan agar 65 % petani mengetahui dan mau menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang. 5) Sasaran penyuluhan adalah anggota kelompok tani Desa Boke, 6) Materi penyuluhan adalah pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada bawang merah. 7) Metode penyuluhan menggunakan metode kaji terap, temu lapang dan ceramah dengan pendekantan kelompok 8) Media penyuluhan yang digunakan adalah Brosur dan media sesungguhnya, dan 9) Evaluasi penyuluhan mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap petani pada penyuluhan pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada bawang merah.

Pelaksanaan penyuluhan pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada bawang merah: 1) Persiapannya Koordinasi Lokasi Kegiatan dengan anggota kelompoktani So Wuwu Desa Boke, pembuatan Lembar persiapan menyuluh dan media penyuluhan 2) Pelaksanannya meliputi pembukaan oleh ketua kelompoktani, penyampaian materi penyuluhan oleh PPL, berbagi pengalaman dan tanya jawab.

Tahapan pelaksanaan penerapan metode kaji terap meliputi demonstrasi pembuatan pupuk organik kascing dengan hasil pembuatan pupuk organik kascing sebanyak 100 kg dengan jumlah cacing sebanyak 5 kg membutuhkan waktu 20 hari. Karena kebutuhan pakan cacing adalah sebanyak berat badan cacing, aplikasi pupuk organik pada saat pengolahan tanah terakhir dan temu lapang dilaksanakan pada saat panen hasil kaji terap pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah dimana produksi antara perlakuan kaji terap aplikasi pupuk organic kascing yaitu 1,30 ton umbi kering dibanding tanpa aplikasi pupuk organik kascing yaitu 1,032 Ton umbi kering sedangkan rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kaji terap pada usahatani bawang merah aplikasi pupuk Organik kascing sebesar Rp. 28.600.000,- dengan R/C 2,92 dan pada kontrol  sebesar Rp. 20.640.300,- dengan R/C 1,73, sehingga terjadi selisih pendapatan Rp.7.959.700- dalam luasan 0,10 hektar sedangkan survei pengetahuan petani menujukkan tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis aplikasi pupuk organik kascing temasuk Pengetahuan rendah sebanyak 44 % dan sedang 56%.3) Penyuluhan diakhiri menyimpulkan hasil kemajuan pembelajaran dan 4) Rencana tindak lanjut.           

Evaluasi penyuluhan dilaksanakan dengan memperhatikan proses evaluasi sebagai berikut: 1) Objek evaluasi adalah pengetahuan dan sikap petani terhadap aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah 2) Tujuan evaluasi yaitu untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap petani terhadap pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah. 3) Analisa data. Hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah setelah dilakukan penyuluhan dimana terdapat 20 orang responden atau 80 % termasuk kategori pengetahuan tinggi. petani sasaran sebanyak 17 orang atau 68% memiliki sikap positif terhadap teknologi aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sedangkan sebanyak 8 orang peserta 32% yang memiliki sikap negative terhadap teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

 

Kata Kunci : Kaji terap, Pengetahuan dan sikap petani, Pupuk Organik

 

 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 

Komoditi Bawang Merah merupakan sumber penghasilan utama masyarakat petani di Kecamatan Sape Kabupaten Bima secara turun temurun dan telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani dan karena ditunjang kesesuaian lahan dan iklim untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah, seperti tekstur tanah lempung berpasir, suhu udara yang ideal dengan penyinaran matahari sekitar 8 jam perhari serta ketersediaan air yang cukup.(BPP Kec.Sape 2022)

Luas areal tanam bawang merah setiap tahun sekitar 1953,44 ha dengan produktivitas rata-rata 12 Ton /ha bawang kering. Dari luas usahatani bawang merah tersebut diusahakan oleh 2.550 petani yang tergabung dalam 85 kelompoktani di daerah Irigasi Kecamatan Sape, dengan pasar tujuan dari produksi bawang merah Kecamatan Sape, selama ini di ekspor antar pulau seperti ke daerah Banjarmasin, Sulawesi, Bali, Jawa, NTT dan Papua.(BPP Kec.Sape,2022)

Dari data produktivitas komoditi bawang tersebut menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah masih sangat rendah dibanding hasil Laboratorium lapangan kegiatan Sekolah Lapang tanaman bernilai tinggi komoditi Bawang Merah Program Integrated Particippatory Development and Management ofIrrigation Project (IPDMIP) di Desa Rasabou dan Desa Na’e menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah dengan penerapan teknologi pemupukan organik kompos mencapai 15 Ton/ha umbi kering.( IPDMIP 2022)

Tanaman bawang merah termasuk tanaman yang sangat membutuhkan pupuk untuk dapat mencapai produksi maksimal. Berdasarkan rekomendasi pemupukan Balitsa 2005, tanaman bawang merah membutuhkan pupuk SP36 100-150 kg/Ha, Urea 150 - 200kg dan KCl 50-100kg ditambah pupuk organik 5 ton/ha. Pada tahun 2021 Pemerintah malalui Peraturan Menteri Pertanian No. 41 Tahun 2021 subsektor Holtikultura lebih khususnya bawang merah untuk pupuk jenis Urea tidak disubsidi oleh pemerintah,

Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada di tingkat petani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produksi melalui penelitian tentang pengaruh penggunaan pupuk kascing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman telah banyak dilakukan. Penelitian, pemberian pupuk organik kascing berbeda dosis pada bawang merah manis memberikan respon yang lebih baik dibandingkan pupuk kandang dari kotoran ayam.(Hans, 2021)

Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan Sape Kabupaten Bima telah melakukan penyuluhan secara terus menerus tentang pentingnya pemberian pupuk organik pada tanaman bawang merah namun hanya merupakan gerakan yang terbatas karena belum mampu merubah prilaku petani dalam mangadopsi inovasi hal ini disebabkan penyuluhaan yang dilakukan menerapkan materi, metode dan media tidak sesuai keadaan sasaran.(BPP Kec.Sape)

Berdasarkan permasalahan tersebut maka akan dilakukan kajian dan penyuluhan pertanian yang berjudul “Penerapan Metode Penyuluhan Kaji Terap Aplikasi Pupuk Organik Kascing Pada Tanaman Bawang Merah Di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan yaitu :

1.      Bagaimana desain penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?

2.      Bagaimana melaksanakan penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?

3.      Bagaimana evaluasi pengetahuan dan sikap petani terhadap pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1               Untuk mengetahui desain penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

2               Untuk mengetahui cara melaksanakan penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah  di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

3               Untuk mengetahui cara evaluasi pengetahuan dan sikap petani terhadap pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

1.4 Kegunaan

 

1.      Sebagai bahan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia yang sedang langka, serta bisa menjadi peluang agribisnis untuk dapat dikembangkan

2.      Membantu BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan

 METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Kegiatan penelitian dan penyuluhan dilaksanakan pada bulan Desember 2022 s/d Mei 2023 di Desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima, dengan pertimbangan bahwa Desa Boke Kecamatan Sape sebagian besar petani belum memperoleh Penyuluhan tentang Pemupukan organic Kascing pada tanaman bawang merah.

3.2 Metode Kajian

Metode kajian dalam penelitian ini adalah metode diskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk menggambarkan karakteristik individu atau kelompok (AR.Syamsudin dan Damiyanti,2011).

Pendekatan kajian pada penelitian ini adalah pendekatan survey, yaitu suatu cara mengumpulkan informasi yang dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden (Ali.M2010)

Untuk menghasilkan rekomendasi pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah di kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape menggunakan metode kaji terap. Metode Kaji Terap dipilih untuk mendapatkan rancangan penyuluhan pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah, sedangkan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap petani setelah melaksanakan penyuluhan menggunakan analisis Deskriptif Kuantitatif yaitu Evaluasi sumatif yang bertujuan untuk :

1.      Mengukur dan menilai dampak metode kaji terap dan temu lapang pada penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

2.      Untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap petani terhadap penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan

3.3.1 Penetapan Tujuan

 

Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap mental menjadi lebih produktif sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Penetapan tujuan penyuluhan mengacu pada ABCD dimana A(audenci/Sasaran), B(behavier/prilaku yang diinginkan), C(condition/kondisi yang ingin dicapai) D(degre/derajat) dan SMART dimana S(specifik), M(measureble), A(actionary),R(rielible), T(timebond).

3.3.2 Penetapan Sasaran

                                           

Sasaran penyuluhan pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah adalah anggota kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape sebanyak 25 orang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah.

3.3.3 Penetapan Materi

 

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah berdasarkan pada :

1.      Rencana Kerja Tahunan Penyuluuhan Pertanian BPP Kecamatan Sape Tahun 2023

2.      Materi penyuluhan diharapkan memecahkan masalah pemupukan di Kecamatan Sape

3.      Materi penyuluhan yang ditetapkan mudah dilaksanakan dan menguntungkan secara ekonomi

Penetapan dan pemilihan materi penyuluhan berdasarkan pertimbangan pada lampiran 2.

3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan

 

Penetapan metode yang digunakan pada penyuluhan mengacu pada kontektualisasi pemilihan metode sebagai berikut :

1.      Identifikasi karakterisitik sasaran penyuluhan

2.      Media penyuluhan yang ditetapkan

3.      Hubungan yang diharapkan

4.      Keadaan wilayah

 

Untuk menetapkan metode penyuluhan dapat dilihat pada lampiran 2

 

3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan

 

Media yang digunakan pada penyuluhan pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah adalah menggunakan media brosur dan media sesungguhnya berupa pupuk organic kascing, lahan budidaya. Penggunaaan media tersebut berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMP dianggap mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat.

Dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan media sebagai berikut :

 

1.      Identifikasi karakterisitik sasaran penyuluhan

2.      Metode penyuluhan yang ditetapkan

3.      Standar teknis penggunaan media

 

3.3.6 Penatapan Evaluasi Penyuluhan

 

Evaluasi yang dilakukan pada penyuluhan adalah untuk mengetahui aspek teknis dan aspek ekonomi usaha tani bawang merah dengan pemupukan organic Kascing sebagai berikut :

1.      Aspek Teknis meliputi produksi tanaman bawang merah yang menggunakan pupuk kascing dibanding yang tidak menerapkan pupuk kascing

2.      Aspek ekonomi meliputi biaya produksi, nilai jual, pendapatan petani yang menerapkan teknologi Pemupukan organic kascing dibanding petani yang tidak menerapkan teknologi Pemupukan oragnik kascing.

3.      Aspek sosial meliputi pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi Pemupukan organic kascing

3.3.7 Metode Kajian Evaluasi

 

1.  Obyek evaluasi

 

Obyek evaluasi merupakan segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses penyuluhan, menurut Arikunto S.(2014) obyek evaluasi ini adalah hal- hal yang menjadi pusat perhatian untuk di evaluasi.

Pada kajian evaluasi ini sebagai objek evaluasi penerapan metode kaji terap pada penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah di desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

2.      Tujuan Evaluasi

 

Tujuan evaluasi pada kegiatan penyuluhan untuk mengukur dan menilai pengetahuan dan sikap petani serta penerapan metode kaji terap penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah di desa Boke Kecamatan sape Kabupaten Bima.

3.      Sasaran Evaluasi

 

Sasaran evaluasi penyuluhan metode kaji terap adalah petani bawang merah di Desa Boke Kecamatan sape yang telah mengikuti penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

4.      Model Evaluasi

 

Model evaluasi yang digunakan pada evaluasi penyuluhan adalah evaluasi sumatif untuk mengetahui hasil penyuluhan penerapan metode kaji terap pada pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah. adalah

a.       Evaluasi Pengetahuan dan sikap petani

 

b.      Evaluasi Desain penyuluhan

 

3.3.8 Persiapan Kaji Terap

 

1.       Materi Kaji Terap   

Materi   kaji   terap   harus   memiliki   dampak   pada   pemecahan   masalah, peningkatan dan pengembangan penggunaan pupuk kascing pada tanaman bawang merah yang memberikan keuntungan ekonomi bagi petani di Desa Boke. Materi berasal dari hasil kajian dan telaahan para peneliti dan penyuluh atau teknologi baru yang dihasilkan tentang pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

2.    Lokasi Kaji Terap

 

Lokasi kaji terap dilaksanakan kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape dengan pertimbangan bahwa Kelompoktani So Wuwu memiliki usahatani yang paling luas dalam pengembangan tanamana bawang merah dibanding kelompok lain.

 

3.    Pelaksana Kaji Terap

 

              Petani pelaksana kaji terap pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah adalah bapak Umar selaku ketua kelompok tani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape. Mau dan mampu bekerjasama dengan peneliti dan penyuluh baik pada penyelenggaraan kaji terap maupun dalam penyebarluasan informasi hasil kaji terap pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

4.       Urutan Kegiatan

 

a.      Persiapan

 

1)      Penetapan materi,

2)      Demonstrator,

3)      Jadwal kegiatan

4)      Pembiayaan

b.      Pelaksanaan

 

1)      Pembuatan Pupuk Kascing

2)      Aplikasi Pupuk Kascing pada Tanaman Bawang Merah

 

3.3.9 Jenis dan Sumber Data

1.    Data Primer.

 

Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari responden kajian yaitu dari petani di Desa Boke Kecamatan sape Kabupaten Bima Data yang dibutuhkan pada kajian ini adalah data identifikasi aspek teknis

dan aspek ekonomi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah sebagai berikut :

a.       Aspek teknis meliputi data produksi bawang merah yang menerapkan pemupukan organik kascing dan petani yang tidak menerapkan pemupukan organik kascing

b.      Aspek Ekonomi meliputi biaya produksi dan pendapatan usahatani bawang merah menggunakan pupuk organik kascing

c.       Aspek sosiap meliputi pengetahuan dan sikap petani setelah dilakukan penyuluhan.

2.    Data Sekunder

Data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa data profil desa, data keadaan kelompok, atau data yang relevan dengan kajian yang akan dijadikan sebagai pendukung untuk memahami masalah dan sebagai alternative pemecahan masalah.

3.3.10 Teknik Pengumpulan Data

 

Pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan dengan cara wawancara secara semi terstruktur mengenai topik yang dibahas namun memberikan kesempatan pada responden untuk jujur dan terbuka menggunakan kuisionerdengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab atau menggunakan angket yaitu memberikan daftar pertanyaan pada responden untuk diisi secara santai dirumah sehingga diperoleh data apa adanya tanpa tekanan.

Daftar pertanyaan menggunakan tes obyektif pilihan ganda biasa dengan alternative tiga jawaban (Widoyono, 2012).

3.3.11 Instrumen dan kuesioner

Instrumen dalam penelitian ini adalah mengacu pada tujuan penyuluhan yaitu untuk mengetahui pengetahuan dan sikap petani dalam penerapan kaji terap pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

Tabel 1 Kisi-Kisi Pengetahuan

 

Dimensi

Indikator

Butir

Know (tahu).

1.       Responden mengetahui bahan pembuatan pupuk organik

2.       Responden           mengetahui      bentuk pupuk organik

3.       Responden mengetahui kegunaan pupuk organik

1,2,3

Compreh

ension

(memaha

mi).

4.       Responden dapat memahami sumber pupuk hijau

5.       Responden dapat memahami bahan pupuk kandang

6.       Responden           dapat   menjelaskan     bahan pembuatan pupuk kompos

7.       Responden dapat menjelaskan pupuk hayati

8.       Respon memahami sumber pupuk kascing

4,5,6,7,8

Aplication (aplikasi).

9.       Responden dapat mengaplikasikan organik kascing untuk peningkatan produksi

10.    Responden dapat mengaplikasikan pupuk kasing sebagai sumber unsur hara makro dan miikro

11.    Responden dapat mengaplikasikan pupuk kandang karena memiliki fungsi

12.    Responden dapat mengaplikasikan waktu pemberian pupuk organik

13.    Responden dapat membuat pupuk kascing

9,10,11, 12,13

 

 

Analysis

(analisis).

14.    Responden dapat menganalisis pemupukan bawang merah berdasarkan status hara dan keadaan tanaman

15.    Responden dapat menganalisis jenis unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman

16.    Responden dapat menganalisis kandungan urea

17.    Responden dapat menganalsisi kandungan unsur hara mikro

14,15,16,

17

Synthesis

(Sintesis).

18.    Responden dapat menyimpulkan keuntungan penggunaan pupuk organik kascing

19.    Responden dapat menyimpulkan kelemahan peggunaan pupuk organik

18,19

Evaluation

(evaluasi).

20.     Responden dapat membandingkan pemupukan organik dengan tanpa pupuk organik

20

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap

Dimensi

Indikator

Butir

Menerima

1.       Responden mau membuat pupuk organik

2.          Responden mau mengaplikasikan pupuk organik kascing

1,2

Menanggapi

3.       Responden yakin bahwa pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap

4.       Responden yakin bahwa pupuk organik

kascing mudah diperoleh

3,4

Menilai

5.       Responden menilai bahwa penggunaan pupuk kascing menguntungkan

6.       Responden menilai bahwa penggunaan pupuk korganik kascing memperbaiki kesuburan tanah

5,6

Mengelola

7.       Responden           mau     mengembangkan penggunaan pupuk organik kascing

8.       Responden           mau     menyampaikan

inforrmasi kepada petani lain

7,8,

Karakteristik

9.   Responden mau melayani petani lain yang konsultasi tentang pembuatan pupuk dan aplikasi pupuk organik kascing

10.  Responden mau membantu petani lain dalam memecahkan masalah           pemupukan

 

9,10

 

 

b. Kuesioner

Berdasarkan kisi-kisi kuesioner yang telah disusun maka dapat dibuat instrumen pengetahuan dan keterampilan dapat dilihat pada lampiran 5.

3.3.13 Populasi dan Sampel

 

1, Populasi

 

Populasi dalam kajian ini adalah seluruh petani bawang merah yang berjumlah 125 orang dari 4 kelompok tani Desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima. dengan rincian pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5 . Gambaran Populasi Dari Masing-Masing Kelompok

No

Kelompoktani

Jumlah anggota (Orang)

1

So Wuwu

50

2

So Mawo

35

3

So Sarei

20

4

So Cera

20

Jumlah

125

2.Sampel

 

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugyono,2007). Pengambilan sampel dalam kajian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak dari jumlah populasi yang ada tanpa memperhatikan strata dari populasi yang ada.

Jumlah sampel dalam kajian ini adalah diambil sebanyak 20 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 25 orang. Arikunto (2008), menyatakan apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10 – 15 % atau 20 55 % atau lebih.

Berikut distribusi sampel dari masing-masing kelompok pada tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Distribusi Sampel Sasaaran  Penyuluhan

No

Kelompoktani

Jumlah anggota (Orang)

Jumlah (sampel)

1

So Wuwu

50

10

2

So Mawo

35

7

3

So Sarei

20

4

4

So Cera

20

4

Jumlah

125

25

 

3.3.14 Analsis Data

 

Data yang diperoleh dalam kajian ini diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel frekuensi/tabulasi dan disajikan dalam bentuk deskriptif.

1.    Aspek Pengetahuan

 

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani adalah kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) soal, dengan ketentuan skor penilaian benar diberi nilai 5 (lima) dan salah diberi nilai 1 (satu). Sehingga jika jawaban benar semua maka nilainya adalah 5 x 20 =100, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 1 x 20 = 20. dengan demikian akan diperoleh katagori :

Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani maka digunakan analisis deskriptif rata-rata (mean) dengan menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor tanpa denda  menurut Widoyono (2012)

Sk = B

Keterangan :

Sk = Skor yang diperoleh peserta.

B = Jumlah jawaban benar.

Setelah skor dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu

·         Kategori 1-33     Pengetahuan Rendah

·         Katergori 34-67 Pengetahuan Sedang

·         Kategori 68-100.  Pengetahuan Tinggi

2.        Evaluasi Sikap

 

Evaluasi sikap yang dilakukan menggunakan skala likert (Azwar (2013), yakni variabel yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dan dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang dapat diukur. Berdasarkan indikator-indikator tersebut kemudian dibuat pernyataan atau pertanyaan sebanyak 10 pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Pernyataan Positif:

Sangat Setuju                    (SS) = 5

Setuju                                (S) = 4

Netral                                (N) = 3

Tidak Setuju                       (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju         ( STS) =1

Pernyataan Negatif:

Sangat Setuju                         (SS) = 1

Setuju                                       (S) = 2

Netral                                        (N) = 3

Tidak Setuju                            (TS) = 4 Sangat Tidak Setuju                (STS = 5

 

Setelah data terkumpul jumlah jawaban responden dijumlahkan dan dihitung menggunakan skala likert untuk mengetahui mean T(MT) sebagai berikut

MT = (∑T)/n

Dimana : MT = Mean T

∑T = Jumlah rata-rata

n. = Jumlah responden

Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok dimana responden itu termasuk. Perbandingan relative ini akan menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorable dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Agar perbandingan itu menjadi punya arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti kita harus mengubah skor individual menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang digunakan dalam skala likert adalah skor T, Yaitu :


X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

= Mean Skor kelompok

s = Deviasi standar skor kelompok

Pengambilan kesimpulan didasarkan pada nilai skor T, jika total skor responden lebih kecil dari 50 maka responden tersebut memiliki sikap negative (unfavorable) dan jika sokre responden lebih besar atau sama dengan 50 maka responden memiliki sikap positif terhadap penggunaan pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah.

 

3.      Analisa ekonomi usahatani bawang merah

 

Untuk mengukur pendapatan usahatani menggunakan analisa rata-rata pendapatan usahatani bawang merah yang menerapkan teknologi pemupukan organik kascing dibandingkan dengan usahatani bawang merah tanpa teknologi pemupukan organik kascing dengan rumus :

a)      Menghitung Biaya total Produksi (TC) = VC + FC

·         TC = Total Cost

·         VC = Variable Cost / Biaya Variabel

·         FC = Fixet Cost ( biaya tetap)

b) Penerimaan  (TR) = Total Produksi X Harga

c) Pendapatan = TR – TC

d) R/C = TR/TC

3,4 Defenisi Operasional

 

Untuk mempermudah pengukuran terhadap variabel-variabel yang diamati maka perlu dijelaskan pengertian, dan batasan operasional sebagai berikut:

1.    Penyuluhan dalam penelitian ini adalah Penyuluhan yang dilakukan pada anggota kelompok tani so wuwu Desa Boke Kecamatan Sape berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan materi, media dan metode penyuluhan.

2.    Materi adalah pesan yang disampaikan dalam penyuluhan yaitu materi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

3.    Metode penyuluhan adalah cara/teknik dalam menyampaikan materi penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

4.    Media penyuluhan adalah media yang digunakan dalam penyuluhan untuk menyampaikan materi penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

5.    Kaji terap adalah metode penyuluhan untuk menyampaikan materi penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

6.    Prilaku adalah pengetahuan dan sikap setelah kegiatan penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

7.    Pengetahuan adalah pengetahuan petani tentang pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

8.    Sikap adalah sikap petani dalam pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah

4.1.1 Luas dan letak geografis Kecamatan Sape

Wilayah Kecamatan  Sape  dengan luas 232,12 km2 terbagi dalam 18 desa, dimana  desa terluas adalah  desa Poja dan terkecil adalah desa Rasabou. Sebagai pusat pemerintahan Kecamatan   Sape  desa   Naru  berada pada jarak 44.6 km dari ibukota Kabupaten Bima. Diantara 18 desa, desa   Poja  merupakan   desa   dengan jarak terjauh  ( ±15  km) dari  ibukota kecamatan.

Secara geografis wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sape terletak antara 117o 49’ dan 119o 45’ bujur timur dan 8o51’ Lintang selatan berbatasan  dengan  wilayah Kecamatan Wera, Kecamatan Wawo, Kecamatan   Wera   dan Kecamatan Lambu.

Tabel 7 Data Luas Wilayah Kecamatan Sape

No

Desa

Luas (km2)

%

1

Sari

49.16

21.18

2

Boke

32.33

13.93

3

Jia

12.42

5.35

4

Naru

1.76

0.76

5

Bajopulau

2.87

1.24

6

Bugis

3.20

1.38

7

Rasabou

0.42

0.18

8

Nae

17.19

7.41

9

Parangina

13.06

5.63

10

Raioi

3.12

1.34

11

Sangia

3.18

1.37

12

Kowo

9.35

4.03

13

Buncu

14.77

6.36

14

Poja

61.19

26.36

15

Tanah Putih

2.63

1.13

16

Naru Barat

2.15

0.93

17

Lamere

2.84

1.22

18

Oi Maci

0.48

0.21

 

Jumlah

232.12

100.00

Sumber : BPP Sape 2022

4.1.2 Luas Lahan menurut penggunaan    

              Kecamatan Sape memiliki potensi pertanian  yang cukup luas baik dilahan sawah maupun lahan kering. Jenis komoditas yang diusahakan oleh petani antara lain padi, jagung, dan bawang merah sedangkan pada sektor peternakan adalah sapi, kambing dan ayam sedangkan pada sektor kahutanan dan perkebunan yang berpotensi yaitu jati, tebu, mahoni, asam dll. Luas penggunaan lahan di Kecamatan Sape sesuai dengan rincian penggunaan lahan selengkapnya dalam Tabel 8 :

Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Sape Tahun 2022

No

Penggunaan Tanah

Luas Lahan (Ha)

Persentase (%)

1

Sawah

1.952

8,41

2

Tegalan/Lahan kering

4.303

18,53

3

Pekarangan dan Bangunan

258

1,10

4

Kolam

89

0,38

5

Hutan

14.970

64,49

6

Perkebunan

1.641

7,067

7

Lain-lain

-

0

Jumlah

23.212

100

 Sumber:BPP Sape, 2022.

              Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa kecamatan Sape memiliki lahan sawah hanya 8,41% yang digunakan untuk penanaman padi, jagung dan bawang merah, dan lahan kering / tegalan sebesar 18,53 untuk usaha pertanian seperti padi gogo, jagung dan bawang merah dimusim hujan sedangkan kawasan  kehutanan seluas  64 % sebagian besar digunakan untuk hutan jati dan tanaman kayu-kayuan lain dan tanaman jagung..

4.1.3 Jumlah Penduduk

       Penduduk Kecamatan Sape pada tahun   2021   sebanyak   63.148   jiwa, 31.817 Jiwa adalah penduduk laki-laki. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan dapat   dilihat  dari  angka rasio jenis kelamin yang menunjukkan angka   101.55.  Ini  berarti   penduduk di Kecamatan Sape lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan.

Berdasar luas wilayahnya, Kecamatan Sape mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 272 jiwa per kilometer persegi. Desa Boke memiliki kepadatan terendah yaitu 41 jiwa per Kilometer persegi. Sementara sebagian  besar  penduduk didominasi penduduk berusia 16 hingga 65 tahun, sejumlah 43.701 jiwa atau 69.20% populasi.

Tabel 9.  Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022

No

Desa / Kelurahan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

Sari

2 013

1 907

3 920

2

Boke

675

662

1 337

3

Jia

1 560

1 573

3 133

4

Naru

2 010

2 024

4 034

5

Bajopulau

1 017

955

1 972

6

Bugis

4 266

4 214

8 480

7

Rasabou

1 666

1 708

3 374

8

Nae

884

929

1 813

9

Parangina

2 704

2 644

5 348

10

Raioi

1 921

1 863

3 784

11

Sangia

3 199

3 122

6 321

12

Kowo

2 009

2 051

4 060

13

Buncu

1 712

1 621

3 333

14

Poja

1 398

1 397

2 795

15

Tanah Putih

755

758

1 513

16

Naru Barat

2 018

1 908

3 926

17

Lamere

1 047

1 034

2 081

18

Oi Maci

963

961

1 924

 

Sape

31 817

31 331

63 148













Sumber: BPS,2022

            Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase laki-laki mencapai 50,4 % dan perempuan 49,6 % sehingga perbedaan tidak terlalu banyak berdasarkan sex ratio maka jumlah laki-laki lebih besar dari wanita artinya setiap 100 jiwa laki-laki terdapat 98 wanita.

4.1.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Sape bekerja di sektor pertanian khususnya pertanian tanaman  pangan. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan  banyaknya rumah tangga yang berpenghasilan utama di sektor pertanian (BPP Sape, 2022). Jumlah penduduk di Kecamatan Sape  berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 10:

Tabel 10. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2022

Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Petani/pekebun/peternak

16.727

ASN/TNI/POLRI

911

Industri

0

Perdagangan

906

Jasa

1184

Lainnya

4456

Jumlah

 

 Sumber: BPP Sape, 2022

              Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Sape bermata pencaharian sebagai petani. Namun demikian pekerjaan mereka cukup beragam, kadang-kadang seorang PNS dan pensiunan juga memiliki dan menggarap sendiri lahan pertanian atau berternak ayam dan ikan. Demikian juga seorang pedagang atau jasa menggarap sawah dan memiliki ternak baik ternak besar maupun unggas.

4.1.5  Keadaan Pertanian

              Sektor pertanian di Kecamatan Sape memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan bagi kehidupan. Sektor pertanian lebih diidentikkan sebagai sektor yang hanya menyediakan bahan pangan bagi kehidupan manusia, stabilitas suatu negara dapat juga dipengaruhi ketersediaan bahan pangan di daerah tersebut.  Ketersediaan bahan pangan akan tercukupi jika didukung oleh pertanian yang kuat, sektor pertanian di suatu wilayah akan berjalan lebih baik apabila didukung dengan teknologi, lahan potensial dan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing.

 4.1.6 Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

       Tanaman pangan  terutama padi/ beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. Sehingga  peningkatan  kinerja pertanian tanaman pangan  menjadi salah satu andalan untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Bawang  merah  merupakan tanaman hortikultura yang paling banyak diproduksi di Kecamatan Sape. Pada tahun 2021, jumlah produksi bawang merah di kecamatan  Sape mencapai sebanyak 20.408,1 ton.

            Komoditas utama dari sub sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Sape yang diusahakan petani secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11:

Tabel 11. Komoditas Utama Kecamatan Sape Tahun 2022.

No

Komoditi

Luas tanam (Ha)

Provitas (KWT/Ha)

Produksi (TON)

1

Padi

5.544

58

13.105,2

2

Jagung

1.200

106

32.296,03

3

Kedele

764

11,82

549,5

4

Kacang tanah

774

15

1404,76

5

Bawang Merah

5.544

130

1725,401

6

Cabe

15,57

 

9,45

7

Tomat

21

 

36

Sumber: BPP Kecamatan. Sape, 2022

              Komoditas utama tanaman pangan yang paling mendominasi adalah padi sebagai tanaman pangan yang banyak memberikan kontribusi terhadap ketersedian pangan dan pendapatan petani karena ditunjang oleh lahan yang tersedia di Kecamatan Sape namun produktivitas padi masih sangat rendah yaitu dari luas tanam 5.544 ha hanya mampu memproduksi gabah sebanyak 13.105 ton gabah atau rata-rata 58 kwt per hektar sementara jika dari luas tersebut dapat menerapkan Aplikasi Pupuk organik Kascing maka akan terjadi peningkatan produksi 15 – 30 % atau sekitar 17.838.8 ton gabah kering panen setiap musim panen.

4.1.7 Jumlah Populasi Ternak

              Kecamatan Sape memiliki potensi dalam bidang usaha peternakan baik ternak besar maupun ternak kecil seperti sapi potong, kambing, ayam buras dan itik meskipun dipelihara hanya merupakan usaha sampingan atau untuk menambah penghasilan adapun jumlah populasi ternak secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 12 :

Tabel 12. Jenis Ternak di Kecamatan Sape Tahun 2022

Jenis Ternak

Jumlah (ekor)

Kerbau

612

Sapi

11.221

Kuda

635

Kambing

8.227

Domba

362

Ayam Buras

35.845

Ayam Broille

18.289

Itik/Entok

4.961

Sumber: BPP Kecamatan Sape, 2022

              Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa populasi ternak di Kecamatan Sape cukup besar karena aspek pemeliharaan yang relatif mudah dan didukung aspek ketersediaan pakan yang cukup. Namun permasalahannya kotoran ternak belum dimanfaatkan secara optimal dalam menunjang usaha pertanian sehingga menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penyuluhan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memanfaatkan potensi limbah organik sebagai pupuk organik guna mendukung gerakan pertanian organik (genta pro organik) yang dicanangkan pemerintah.

 

4.2 Hasil Identifikasi Keadaan Responden

              Dari hasil survei di Kecamatan Sape kajian penelitian Desa Boke  jumlah responden 25 orang yang menjadi sampel untuk mengukur Pengetahuan petani tentang aspek teknis pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

4.2.1 Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 13 :

Tabel 13. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan

Jumlah Responden

Pernsetase (%)

SD

8

32

SMP

9

36

SMA

8

32

PT

0

0

Jumlah

25

100

Sumber: Data  diolah, 2023

Tabel 13 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kategori  pendidikan SD 32%, SMP 36 % dan SMA 32%. Jumlah responden dengan tingkat kelulusan pada bangku SMP menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih cenderung rendah. Tingkat pendidikan yang cenderung rendah sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan.

4.2.2 Lama Usahatani  Responnden

Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 14 :

Tabel 14. Distribusi Lama Usahatani Responden

Lama Usaha

Interval

Jumlah Responden

Persentase

(%)

Baru

10-23

10

40

Sedang

24-36

8

32

Lama

37-50

7

28

Jumlah

 

25

100

Sumber: Data diolah, 2023

            Tabel 14  menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak pada kategori lama usaha 10 s/d 36 tahun sebanyak 18 orang atau 72%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah berpengalaman dalam berusaha tani Bawang Merah.

4.2.3 Umur Responden

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 15 :

Tabel 15. Distribusi Umur Responden

No

Umur (tahun)

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

25-39

40-53

54-67

7

12

6

28

48

24

 

Jumlah

25

100

Sumber: Data diolah, 2023

              Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa responden memiliki umur antara 25 s/d 67 tahun, namun berdasarkan kategori umur didominasi umur antara umur 25 sampai dengan 53 tahun sebanyak 19 orang atau sebanyak 76%.  Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia produktif yang terbanyak sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

 

4.2.4 Pemilikan Lahan

            Luas pemilikan lahan akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani. Untuk mengetahui luas pemilikan lahan petani responden dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut :

Tabel 16 Luas Pemilikan lahan

No

Luas Pemlikan lahan

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1

2

3

0,06 s/d 0,21 (Kecil)

0,22 s/d 0,37 (sedang)

0,38 s/d 0,50 (Luas)

16

6

3

64

24

12

 

Jumlah

25

100

Sumber : data diolah 2023

              Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa luas pemilikan lahan responden didominasi lahan kecil sebanyak 64 % hal ini perpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani bawang merah di Desa Boke Kecamatan Sape.

4.2.5 Hasil Survei Pengetahuan

Pelaksanaan kajian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden/sampel terhadap aspek teknis pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sebelum penyuluhan dilakukan. Kajian yang dilakukan pada tanggal 25 Januari 2023 dengan cara survei atau melakukan wawancara secara tertutup pada 25 orang responden anggota kelompok tani So Wuwu dengan mangajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

          Kajian terhadap pengetahuan responden diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan salah nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0 dan nilai maksimal 100. Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  responden dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 17:

 

Tabel 17 Kategori Pengetahuan Petani

No

Kategori Penilaian

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

1-33

11

348

44

2

Sedang

34-66

14

504

56

3

Tinggi

67-100

0

0

0

Jumlah

 

25

852

100

Sumber : Data diolah, 2023.

            Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis aplikasi pupuk organik kascing temasuk Pengetahuan rendah sebanyak 44 % dan sedang 56%Rendahnya  tingkat pengetahuan petani di Kelompoktani so Wuwu juga dipengaruhi oleh teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah merupakan teknologi baru. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan tentang teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

4.3 Penerapan Kaji Terap

4.3.1 Pembuatan Organik Kascing

Teknologi atau cara pembuatan pupuk organik kascing sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan dengan menggunakan Demonstrasi cara yang dilaksanakan di kandang sapi milik bapak Umar sebagai ketua kelompok tani so wuwu dengan kebutuhan 100 kg dengan teknik pembuatan sebagai berikut :

1.      Alat dan bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan penyuluhan pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah dapat dilihat pada tabel 18.

 

Tabel 18. Alat dan Bahan Kegiatan Pembuatan Pupuk Organik Kascing

No

Alat dan bahan

Volume/Unit

Kegunaan

1

Kotak ukuran 100cmx200cmx20cm

1 unit

Wadah pembuatan

2

Pacul

1 unit

Pencampur bahan

3

Karung

4 unit

Penyimpanan pupuk

4

Ember

2 unit

Penyiraman bahan

5

Parang

1 unit

Pencacah bahan

6

Kotoran sapi

100 kg

Bahan pembuatan pupuk

7

Batang pisang

1 batang

Sebagai pakan cacing

8

Cacing

5 kg

Bahan pembuatan pupuk kascing

 

2.      Teknik Pembuatan Pupuk Organik Kascing

Adapun tahapan pembuatan pupuk kascing yang dilakukan sebagai berikut:

 

a.        Penyiapan alat dan bahan;

b.        Menyiapkan karung sebagai alas keranjang kayu;

c.        Memasukkan 5 kg cacing pada keranjang dan media yang berupa tanah secukupnya atau 10 kg;

d.        Menyimpan kotoran sapi sebanyak 100 kg di bagian atas tumpukan lalu diberi cincangan batang pisang dalam   keranjang kayu sebagai sumber makanan cacing;

e.        Pemeliharaan dengan cara penyiraman 7 hari sekali. Apabila kondisi media terlalu kering, dilakukan pemberian air hanya dengan membasahi/menaburkan pada bagian atas saja;

f.         Pemeliharaan lainnya yaitu pemeriksaan secara berkala. Pemeriksaan media agar tidak terlalu kering atau basah dan menghindarkan semut atau hewan yang dapat menghambat pengomposan;

g.        Pemberian pakan pada cacing menggunakan kotoran sapi dan hasil cincangan batang pisang dilakukan 1 minggu sekali, dengan melihat kondisi pakan dalam keranjang terlebih dahulu;

h.        Setelah 1 bulan, pupuk kascing siap di panen;

i.         Memisahkan kascing dengan cacing yang di panen;

j.         Agar pupuk yang dihasilkan halus, maka dilakukan penyaringan menggunakan ayakan, guna memisahkan sisa daun kering atau benda lain dari pakan dengan pupuk kascing;

k.        Pupuk dikemas dalam karung untuk memudahkan penyimpanan dan pupuk kascing hasil budidaya siap digunakan.

 

3.      Hasil Pembuatan Pupuk Organik Kascing

Berdasarkan hasil kaji terap pembuatan pupuk organik kascing bahwa untuk memperoduksi pupuk organic kascing sebanyak 100 kg dengan jumlah cacing sebanyak 5 kg membutuhkan waktu 20 hari. Karena kebutuhan pakan cacing adalah sebanyak berat badan cacing.

4.3.2 Kaji Terap Pupuk Organik Kascing Pada Tanaman Bawang Merah

            Teknologi aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sesuai dengan pelaksanaan  yang ditetapkan dengan menggunakan kaji terap yang dilaksanakan di lahan milik bapak Umar sebagai ketua kelompok tani so wuwu seluas 0.20 ha yang dilahan petani yang menerapkan teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah dan petani yang tidak menerapkan teknologi pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah. Kajian meliputi penerapan teknologi pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah dibanding cara pemupukan sesuai kebiasaan petani sebagai kontrol. Penerapan pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah dan petani control masing-masing dilakukan pada lahan seluas 0,10 ha.

1.      Alat dan Bahan

Alat dan bahan kegiatan kaji terap dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Alat dan Bahan Kaji Terap Aplikasi Pupuk Organik Kascing

No

Alat dan bahan

Volume/Unit

Kegunaan

1

Handtraktor

1 unit

Pengolahan tanah

2

Pacul

1 unit

Pembuatan bedeng

3

Handsprayer

1 unit

Aplikasi pestisida

4

Terpal

4 unit

Pengeringan

5

Benih

200 kg

Pencacah bahan

6

Pupuk Kascing

200 kg

Pupuk

7

Pupuk urea

100 kg

Pupuk

8

Pupuk SP36

100 kg

Pupuk

9

Pupuk NPK Phonska

40 kg

Pupuk

10

Herbisida

1 ltr

Pengendali gulma

11

Insektisida

2 ltr

Pengendali hama

12

Fungisida

2 kg

Pengendali penyakit

13

PGPR

2 ltr

Pupuk cair

 

2.      Kegiatan Kaji Terap

Langkah-langkah meliputi kegiatan pengolahan tanah, aplikasi pemupukan organik kascing, penanaman, pemupukan, pengendalian OPT, Panen dan pasca panen dengan urutan dan langkah kegiatan  pada Tabel 20.

Tabel 20 Langkah Kaji Terap Aplikasi Pupuk Kascing

No

Kegiatan

Teknis Pelaksanaan

1

Pengolahan tanah

Tanah dibajak 2 kali lalu diratakan

2

Pembuatan bedeng

Lebar 1 meter dibuat parit lebar 20cm dalam 20cm

3

Aplikasi kascing

Bersamaan pembuatan bedeng

3

Penanaman

Jarak tanam 10cm x 15cm, ditanam rata dengan permukaan tanah

4

Pemupukan

Di sebar merata umur 15 dan 30 hari

5

Penyemprotan POC

Bersamaan waktu pemupukan

6

Penyemprotan H/P

Sesuai kondisi serangan hama

7

Panen

Umur 60 Hst

8

Pasca panen

di jemur selama 7 hari  Di ikat masing-masing 5 kg

 

4.3.3 Hasil Kaji Terap Aplikasi Pupuk Organik Kascing

 Hasil aplikasi pupuk organik Kascing pada tanaman bawang merah menunjukkan perbedaan baik dari segi produksi maupun biaya produksi dan keuntungan ekonomi.

Untuk mengetahui produksi bawang merah dengan aplikasi pupuk organik kascing dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik kascing dapat dilihat pada Tabel 21:

Tabel 21. Keadaan Tanaman dan Produksi Hasil Kaji Terap

No

Keadaan tanaman

Aplikasi Pupuk Kascing

Tanpa Pupuk Kascing

1

Tinggi Tanaman (cm)

40

35

2

Jumlah Populasi (Pohon/m²)

64

75

3

Bobot Umbi (gram )

34

27

4

Produksi (ton/0.10 Ha)

1,30

1,032

Sumber : data diolah 2023

Dari Tabel 21 diatas menunjukkan perbedaan antara perlakuan kaji terap aplikasi pupuk organic kascing dibanding tanpa aplikasi pupuk organik kascing. Hal ini dipengaruhi pupuk organik Kascing mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro. Menurut Aira dkk, 2006, pupuk organik kascing memiliki Komposisi  kimia  kascing  meliputi  nitrogen  (N) 0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%, magnesium (Mg)  0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga  (Cu) 17,58%,  seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%, molybdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100 mg, kapasitas menyimpan air 41,23%, dan asam humus 13,88%, memperbaiki struktur perairan, mengubah aktivitas mikroorganisme tanah.

4.3.3 Analisa Ekonomi

1.      Biaya Usahatani.

Biaya (cost) merupakan komponen penting yang harus di pertimbangkan dalam penentuan  harga jual suatu produk atas jasa. Harga jual suatu produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (usaha tani Bawang Merah) ditambah dengan keuntungan yang diinginkan.

Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan atau digunakan pada kegiatan kaji terap aplikasi pupuk organik kascing mulai dari proses penyiapan benih sampai panen. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya variabel (biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja) dan biaya tetap (Sewa tanah, pajak dan sewa alat).  Biaya Variabel merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan petani responden pada usaha tani Bawang Merah, yang besar kecilnya berpengaruh langsung terhadap hasil produksi. Sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang tidak habis digunakan pada masa produksi dan tidak tergantung pada besarnya produksi. Rekapitulasi analisa usahatani dapat dilihat pada Tabel 22 :

 Tabel 22.    Biaya Produksi  Usahatani Bawang Merah

Uraian

Aplikasi Pupuk Kascing

Tanpa Aplikasi Kascing

Penyusutan (Rp)

1.225.300

1.225.300

Sarana Produksi (Rp)

5.323.500

7.290.000

Tenaga Kerja (Rp)

3.240.000

3.420.000

Total Biaya (Rp)

9.788.800

11.935.300

Sumber  : Data  diolah, 2023.

Tabel 22 menunjukkan bahwa biaya penyusutan alat,  biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja pada kaji terap aplikasi pupuk organik Kascing lebih rendah dibanding kontrol. Tingginya biaya usahatani pada Aplikasi Pupuk organik Kascing disebabkan tingginya sarana produksi seperti bibit, pupuk dan pestisida, sedangkan biaya tenaga kerja meliputi biaya penanaman dan biaya panen.

2.      Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah

Pendapatan Usaha tani merupakan seilisih antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau pendapatan bersih yang diperoleh dari sisa pengurangan nilai produksi dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usaha kegiatan usaha taninya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23:

Tabel 23.  Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan

Uraian

Aplikasi Pupuk Kascing

Tanpa Kascing

Selisih

Total Biaya (Rp)

9.788.800

11.935.300

2.146.500

Produksi bawang kering daun (Kg)

1.300

1.032

268

Nilai Jual (Rp/Kg)

22.000

20.000

2.000

Jumlah Penerimaan (Rp)

28.600.000

20.640.300

7.960.700

Pendapatan  (Rp)

18.811.200

8.704.700

10.106.300

R/C

2,92

1,73

1.19

Sumber  : Data  diolah, 2023

Tabel 23 menunjukkan bahwa rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kaji terap pada usahatani bawang merah aplikasi pupuk organik kascing sebesar Rp. 28.600.000,- dengan R/C 2,92 dan pada kontrol  sebesar Rp. 20.640.300,- dengan R/C 1,73, sehingga terjadi selisih pendapatan Rp.7.959.700- dalam luasan 0,10 hektar. Tingginya tingkat pendapatan petani yang menerapkan aplikasi pupuk organik kascing dipengaruhi tingginya produksi yang mencapai 1.300 kg pada luas 0,10 Ha serta mutu yang dihasilkan lebih baik sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani ditentukan fungsi modal, produksi, mutu produksi dan nilai produksi yang diterima. Selain itu juga adanya kemajuan petani Bawang Merah dalam mengelola usaha taninya dengan baik. Faktor pendukung kemampuan pengolahan tersebut adalah pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerima dan menerapkan inovasi dan atau teknologi baru sehingga dapat dikatakan pengetahuan dan keterampilan petani responden usahatani Bawang Merah sangat baik meskipun belum mencapai sempurna.

 

 

 

RANCANGAN / DESAIN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

5.1 Rancangan / Desain Penyuluhan

Rancangan / Desain Penyuluhan merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dipilih dalam proses pelaksanaan penyuluhan yang didasarkan pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dan permasalahan yang dihadapi sasaran. Rancangan / desain penyuluhan disusun untuk menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan kepada sasaran.

5.1.1 Identifikasi Potensi Wilayah.

Identifikasi Potensi Wilayah dilakukan untuk memperoleh data keadaan wilayah dan agroekosistem meliputi keadaan fisik wilayah, keadaan sosial, keadaan ekonomi dan potensi pendukung yang diperoleh dari data primer maupun data sekunder.

1. Tahapan Identifikasi Potensi Wilayah

·      Identifikasi potensi wilayah dilakukan dengan cara mengumpulkan data seluruh data potensi-potensi wilayah dan agroekosistem yang berasal dari data monografi desa/ kecamatan/ BPP dan lain-lain.

·      Identifikasi keadaan kandungan organik tanah dan wawancara pemanfaatan limbah organik

·      Merumuskan dan menetapkan potensi wilayah dengan menggunakan analisa masalah dan penyebab masalah, penetapan prioritas dan penetapan faktor penentu.

Hasil identifikasi menggambarkan keadaan, prioritas masalah dan faktor penyebab masalah, faktor penentu, kebutuhan penyesuaian masalah dalam bentuk rencana kebutuhan materi penyuluhan.

2. Hail Identifikasi Potensi Wilayah

Hasil IPW menunjukkan bahwa Desa Boke memilik  luas wilayah 13,33 km² terdiri dari tanah darat 143 hektar,  tanah tanah sawah irigasi 135 hektar, topografi yang berbukit dengan ketinggian berkisar antara 90 s/d 175 meter dpl. Wilayah ini termasuk iklim tropis Type E4  (menurut  Smith dan Ferguson, 1951) dimana suhu udara siang hari berkisar antara 30-330C dan suhu udara pada malam hari 19-200C dengan kelembaban udara rata-rata berkisar 51-81 % pada musim kemarau rata-rata 62 sampai 97 % pada musim hujan.

Curah Hujan rata-rata Kecamatan Sape selama lima tahun terakhir 119 mm dengan hari hujan 109 hari, curah hujan terbanyak terjadi pada bulan November, Desember, Januari, Pebruari, Maret setiap bulannya dengan kalsifikasi 5 bulan basah dan 7 bulan kering kedalaman gambut hingga 1 meter dan asal pembentukan tanahnya dari endapan abu vulkanik.

Tekstur tanah terdiri dari  tanah lempung liat hingga lempung berpasir, PH sangat bervariasi tergantung kondisi tanahnya. pada tanah kebun dan tanah tegalan kisaran PH tanahnya antara 5 – 6, pada lahan sawah irigasi PH rata-rata 4. Keadalaman solum tanah berkisar 1,5 s/d 3 meter dengan kondisi drainase kurang baik dan asal pembentukan tanahnya dari endapan abu vulkanik sedangkan kandungan organik tanah hanya 1,2 % sementara tanah ideal adalah tanah yang mengandung bahan organik sebesar 5 % hal ini disebabkan karena pola tanam yang terus-menerus tanpa diberikan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk kompos atau pupuk organik lainnya.

Komoditi unggulan di Desa Boke adalah padi, jagung dan bawang merah dengan luas tanam padi 175 ha, jagung 40 Ha, dan bawang merah 78 ha, sedangkan komoditi ternak adalah sapi 137 ekor,  kambing 186 ekor dan ayam 863 ekor. Dari komoditi padi menghasilkan limbah organik berupa jerami 12 ton /ha, sekam 20 % dari produksi gabah, komoditi jagung menghasilkan brangkasan jagung  50 ton/ha, ternak sapi kambing dan kerbau menghasilkan feses yang cukup banyak namun belum dimanfaatkan secara optimal untuk pembuatan pupuk organik.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan limbah organik seperti jerami, kotoran sapi dan kambing sebagai pupuk kascing.

5.1.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan Pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing dilaksanakan di Poktan so Wuwu Desa Poke Kecamatan Sape dengan jadwal sebagai berikut :

Tebel   24 Jadwal Kegiatan Penyuluhan Pemupukan Organik Kascing

No

Hari / tanggal

Kegiatan

Lokasi

1

Senen, 30 Januari 2023

Demonstrasi Cara Pembuatan Pupuk Organik Kascing

Kandang Sapi Milik bapak Umar

2

1 Pebruari s/d 30 Maret 2023

Kaji Terap

Lahan Milik Bapak Umar Poktan so Wuwu

3

30 Maret 2023

Temu Lapang

Saung Poktan So Wuwu

 

 

Pemilihan lokasi kegiatan penyuluhan dengan pertimbangan bahwa untuk Demonstrasi pembuatan pupuk kandang dilakukan di Kandang sapi karena bahan cukup tersedia,  Kegiatan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah dan temu lapang dilakukan di poktan So Wuwu karena berada di tempat yang mudah dijangkau dan sering dilalui serta bersamaan dengan kegiatan penanaman bawang merah

5.1.3         Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah adalah petani di Desa Boke Kecamatan Sape yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling ) dari 4 kelompoktani yang melakukan usahatani bawang merah yaitu sebanyak 25 orang dan belum memiliki pengetahuan dan sikap terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah.

5.1.4 Menetapkan Tujuan Penyuluhan.

Tujuan penyuluhan pada kegiatan penyuluhan agar 65 % petani mengetahui dan mau menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

Penetapan tujuan penyuluhan didasarkan pada hasil survei terhadap tingkat pengetahuan petani tentang Pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani termasuk kategori rendah sebanyak 44 % dan kategori sedang sebanyak 56% sehingga tujuan penyuluhan ditetapkan untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani dalam berusahatani bawang merah agar terjadi peningkatan pendapatan

Soedarmanto, 2001, menyatakan bahwa Penyuluhan pertanian ditujukan untuk membantu petani dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dengan cara-cara baru yang terbukti lebih baik dari cara lama. Dapat dirumuskan secara jelas, singkat dan mudah dipahami petani, sehingga petani sebagai sasaran utama dapat mengetahui hasil akhir yang ingin dicapai. Secara khusus tujuan penyuluhan merupakan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motifasinya, meskipun ada faktor yang sangat berpengaruh yang harus dihadapi dalam pencapaian tujuan ini adalah faktor pendorong, faktor penghambat, dan faktor penggangu. .

Mardikanto (1991) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah: (1) perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan mendalam terutama mengenai ilmu-ilmu teknis pertanian dan ilmu pengolahan lahan, (2) perubahan dalam kecakapan dan ketrampilan teknis yang lebih baik dan kecakapan atau ketrampilan pengolahan usaha yang lebih efisien, dan (3) perubahan sikap yang lebih progresif serta motivasi tindakan yang lebih 11 rasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian mempunyai tujuan edukatif, baik yang bersifat edukatif sosiologis seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, maupun edukatif ekonomis berupa kenaikan pendapatan dan keuntungan usahatani nya.

5.1.5 Menetapkan  Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang ditetapkan pada kegiatan penyuluhan adalah Pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah.

Penetapan materi penyuluhan berdasarkan pertimbangan penetapan materi penyuluhan dimana pembuatan dan aplikasi  pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah menduduki prioritas utama dari pupuk organik lain seperti pupuk kompos, pupuk kandang dan pupuk bokashi sedangkan berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani masih pada kategori randah yaitu 44 % dan kategori sedang 56% sehingga meteri penyuluhan ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani dalam berusahatani bawang merah agar terjadi peningkatan pendapatan.

Materi tersebut dipilih karena secara teknis memiliki keunggulan komperatif dimana hasil kaji terap aplikasi pupuk organik kascing dengan produksi 1,32 ton umbi kering dibanding tanpa aplikasi pupuk organik kascing dengan produksi 1,03 ton umbi kering, sedangkan berdasarkan analisis ekonomi lebih menguntungkan dengan rata – rata pendapatan yang diperoleh dilahan kaji terap pada usahatani bawang merah aplikasi pupuk organik kascing sebesar Rp. 28.600.000,- dengan R/C 2,92 dan pada kontrol  sebesar Rp. 20.640.300,- dengan R/C 1,73 dan secara sosial sangat dibutuhkan oleh petani di Desa Boke Kecamatan Sape   karena adanya pembatasan alokasi pupuk bersubsidi bagi beberapa komoditas seperti bawang merah serta menunjang program gerakan pertanian pro organik (genta organik) yang dicanangkan pemerintah agar menjamin kelestarian sumber daya pertanian dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Hal ini sesuai dengan amanat UU SP3K, 2006 Pasal 27 menyatakan bahwa (1)materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. (2)Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan, pendapat Soekartawi  (2008), bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan termotifasi untuk mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat kesejahteraannya

Roger (2003) menyatakan bahwa sifat-sifat inovasi akan menentukan   petani mengadopsi atau tidak suatu inovasi, yaitu sifat keunggulan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan dicoba, dan dapat dibedakan dengan yang lama. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2010), ada lima karakteristik produk/Inovasi tersebut yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi antara lain: 1) Keuntungan relatif (relative advantages), 2) Kesesuaian (compability), 3).Kerumitan (Complexity), 4).Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), 5).Mudah diamati (observability),

5.1.6 Menetapkan Metode dan Teknik Penyuluhan

Metode penyuluhan yang ditetapkan pada penyuluhan pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah adalah metode kaji terap yang dikombinasikan dengan metode temu lapang dan ceramah sedangkan teknik penyuluhan dilakukan melalui pendekatan kelompok.

Penetapan metode penyuluhan berdasarkan kontektualisasi penetapan metode penyuluhan sebagai berikut :

1.      Karakteristik sasaran

a)      Umur sasaran .

Berdasarkan tingkat umur rata-rata sasaran penyuluhan memiliki umur antara 25 s/d 60 tahun, namun berdasarkan kategori umur didominasi umur 25 sampai dengan 53 tahun sebanyak 19 orang atau sebanyak 76%

b)      Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan bahwa petani sasaran terbanyak terdapat pada kategori  pendidikan SD 32%, SMP 36 % dan SMA 32%. Jumlah petani sasaran dengan tingkat pendidikan SMP menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masih cenderung rendah. Tingkat pendidikan yang cenderung rendah sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas yang diusahakan.

c)      Lama usaha

Berdasarkan hasil identifikasi menunjukkan bahwa jumlah sasaran terbanyak pada kategori lama usaha 10 s/d 36 tahun sebanyak 18 orang atau 72%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman usaha menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan dengan situasi baru.

d)     Luas lahan

Pemilikan lahan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Luas pemilikan lahan petani sasaran didominasi lahan kecil sebanyak 64 % dengan luas antara 0,06 s/d  0,21 ha sehingga diperlukan teknologi yang mampu meningkatkan produksi sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan.

e)      Kondisi sosial ekonomi dan lingkungan

Petani sasaran khususnya di Kecamatan Sape merupakan etnis yang merupakan campuran antara suku Bugis dan Makassar dengan penganut agama islam yang memiliki sifat yang baik dan budaya gotong royong dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000 / bulan, sedangkan kondisi lingkungan fisik merupakan lahan tadah hujan, lahan berbukit, tekstur tanah lempung, dengan kondisi jalan beraspal yang mudah dilalui dengan semua jenis kendaraan sehingga memudahkan transportasi baik barang dan hasil pertanian.

f)       Program yang sedang berjalan.

Guna mendukung program pemerintah yaitu gerakan pertanian pro organik (genta organik) maka teknologi pupuk organik kascing merupakan salah satu teknologi baru yang perlu diperlu disampaikan kepada petani sasaran.

Pemilihan metode kaji terap karena teknologi pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing merupakan salah satu teknologi baru yang perlu diuji cobakan sebelum disebarluaskan. Metode temu lapang bertujuan untuk menyampaikan informasi hasil kaji terap yang dilakukan oleh pelaksana kaji terap dan peneliti kepada petani sasaran pada saat kegiatan panen dan pengambilan ubinan bawang merah yang diaplikasikan dengan pupuk organik kascing sedangkan metode ceramah bertujuan agar memberikan pemahaman secara mendalam tentang pengertian, jenis pupuk organik, keunggulan serta cara pembuatan dan aplikasi pada tanaman bawang merah.

Wahyuti, 2013 menyatakan bahwa tujuan utama pemilihan metode penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel, b) mendorong sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bisa belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan kreativitas sasaran bisa meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

5.1.7 Penetapan Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang ditetapkan dalam rancangan penyuluhan adalah media brosur dan media sesungguhnya. Pemilihan media Brosur dan media sesungguhnya didasarkan pada analisis penetapan dan pemilihan media penyuluhan dengan memperhatikan metode penyuluhan, katrakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, kondisi dan tingkat adopsi.

Media brosur untuk memberikan penjelasan yang mendalam terhadap materi teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang serta keuntungan teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang menambah daya tarik karena dilengkapi gambar-gambar serta analisa usahatani bawang merah. Alasan lain adalah bahwa walaupun petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun para petani memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis sehingga mempermudah dalam penerimaan materi yang disampaikan.

Menurut Rustandi dan Warnaen 2019, Media merupakan saluran atau perantara yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Tujuan penggunaan media adalah untuk memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan demikian media berperan penting antara lain dalam memberikan pengalaman yang kongkrit dan sesuai dengan tujuan penyuluhan. Kemampuan literasi visual sangat penting dalam bidang pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, khususnya bagi para guru, dosen, penyuluh, maupun pelatih/fasilitator lainnya karena dengan demikian mereka dapat lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi penyuluhan, pelajaran/pelatihannya.

5.1.8 Frekwensi Penyuluhan.

Frekuensi penyuluhan pertanian adalah berapa kali penyuluhan pertanian dilaksanakan oleh Petugas Penyuluh Lapang dalam suatu periode waktu tertentu (Mawardi,2004).

Frekwensi penyuluhan yang dilakukan pada penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah adalah sebanyak 3 (tiga) kali, hal ini dilakukan agar memberikan pemahaman secara mendalam sehingga terjadi perubahan pengetahuan dan sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah.

5.1.9 Penyuluh Pertanian

Penyuluh sebagai change agent sebenarnya memiliki tugas ganda yakni untuk menyampaikan informasi dan sekaligus berupaya untuk mengubah perilaku masyarakat sasarannya. (Lionberger dan Gwin dalam Mardikanto,1988).

Penyuluh yang melakukan kegiatan Penyuluh pertanian tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah adalah Penyuluh Pertanian Desa Boke Kecamatan Sape.

5.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan merupakan tahap kedua setelah perencanaan penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Dalam pelaksanaan penyuluhan terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain :

1.2.1        Persiapan

1.       Koordinasi Lokasi Kegiatan

Berdasarkan hasil koordinasi dengan anggota kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape pelaksanaan penyuluhan tentang Demonstrasi pembuatan pupuk organik kascing dilaksanakan di Kandang Ternak sapi meilik bapak Umar dengan pertimbangan bahwa alat dan bahan cukup tersdia dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah dilaksanakan di So wuwu dengan pertimbangan bahwa di kelompoktani So Wuwu berada dekat dengan jalan yang sering dilalui sehingga petani lain dapat melihat hasil kaji terap.

2.       Persiapan penyusunan LPM dan perbanyakan media penyuluhan brosur.

3.       Langkah Langkah Pelaksanaan Penyuluhan

Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) sebagai berikut :

a.       Pembukaan oleh Ketua kelompok

Dalam sambutannya ketua kelompok menyampaikan topik dan  tujuan kegiatan penyuluhan serta tata urutan kegiatan, dilanjutkan pembagian Post test kepada peserta.

b.      Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh. / Peneliti.

Pada kegiatan penyuluhan penyuluh membagikan brosur untuk dibaca oleh peserta. Penyuluh sebagai komunikator dan edukator memberikan penyuluhan dengan metode ceramah menjelaskan  Pengertian dan prinsip.keunggulan dan kelemahan pupuk organik kascing, cara pembuatan pupuk organik kascing. Benih, Pengolahan tanah, teknik aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah, jarak tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT, Panen dan pasca panen analisa ekonomi usaha budidaya bawang merah dengan aplikasi pupuk organik kascing.

c.       Berbagi pengalaman oleh Petani pelaksana kaji terap.

Pelaksana kaji terap menyampaikan bahwa dengan pupuk kascing dapat memperbaiki tekstur tanah, memperbaiki kualitas produksi dan mengurangi penggunaan pupuk urea dan produksinya lebih tinggi dibandingkan tanpa penggunaan pupuk kascing. Dengan penggunaan pupuk kascing juga mengurangi serangan penyakit karena memperbaiki drainase.

d.      Tanya jawab.

Salah satu peserta temu lapang  diberikan kesempatan untuk bertanya kepada 2 oarang peserta yaitu bapak Asikin mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik menyebabkan pertumbuhan rumput sangat cepat sehingga menambah biaya penyiangan dan herbisida. Sedangkan bapak Alwi mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik membutuhkan pupuk organik yang banyak sehingga menambah biaya transportasi dan biaya tenaga kerja.

Petani pelaksana menjelaskan  bahwa pada penggunaan pupuk organik kascing tidak ada pertumbuhan rumput yang begitu tinggi, sedangkan penyuluh / peneliti menjelaskan bahwa penggunaan pupuk kascing berbeda dengan pupuk organik lain. Karena proses pembuatan yang relatif cepat biasanya pupuk yang belum matang biji gulma belum mati sehingga pertumbuhan gulma sangat tinggi. Sedangkan tujuan utama penggunaan pupuk organik kascing untuk menambah bahan organik tanah dan mengatasi kencala kelangkaan pupuk.

e.       Penutup dan menyimpulkan

5.3 Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tujuan penyuluhan tercapai dan untuk melakukan perbaikan terhadap perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah.

5.3.1 Evaluasi Pengetahuan

Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Evaluasi dilakukan dengan cara membagikan kuisioner evaluasi pengetahuan kepada 25 orang sasaran penyuluhan pada kegiatan temu lapang.

          Evaluasi terhadap pengetahuan sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20  pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 5 dan salah nilainya 1, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 1 dan nilai maksimal 100. Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan  sasaran dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 25:

Tabel 25 Kategori Pengetahuan Petani Berdasarkan Rentang  Skor

No

Kategori Penilaian

Skor

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Rendah

1-33

0

0

0

2

Sedang

34-66

5

316

20

3

Tinggi

67-100

20

1504

80

Jumlah

 

25

1820

100

Sumber : Data diolah, 2023

Tabel 25 menunjukkan bahwa hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pemupuk organik kascing pada tanaman bawang merah setelah dilakukan penyuluhan dimana terdapat 20 orang responden atau 80 % termasuk kategori pengetahuan tinggi. Peningkatan pengetahuan petani sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan dengan penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah dan agroekosistem serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati (2011), penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya didorong oleh perasaan dari dalam dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan. Kemampuan berkomunikasi penyuluh berhasil dengan baik karena didukung dengan pendekatan kepada petani jauh sebelum penyuluh menjadi pemandu lapang SL PTT padi.

Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik - teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi.  Diharapkan pengembangan berbagai inovasi teknologi yang terkait dengan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan.

5.3.2 Evaluasi Sikap

Evaluasi terhadap sikap sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 10  pernyataan. Evaluasi sikap yang dilakukan menggunakan skala likert (Azwar (2013), Pengambilan kesimpulan didasarkan pada nilai skor T, jika total skor responden lebih kecil dari 50 maka responden tersebut memiliki sikap negative (unfavorable) dan jika sokre responden lebih besar atau sama dengan 50  maka responden memiliki sikap positif terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah.

Tabel 26 Kategori Sikap Petani terhadap Pupuk Organik kascing

No

Sikap

T.Skore

Jumlah Responden

Total Skore

Persentase %

1

Negatif

T< 50

8

387

32

2

Positif

T>50

17

873

68

Jumlah

 

25

1260

100

Sumber : Data diolah, 2023

Dari data tersebut menunjukkan bahwa petani sasaran sebanyak 17 orang atau 68% memiliki sikap positif terhadap teknologi aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sedangkan sebanyak 8 orang peserta 32% yang memiliki sikap negative terhadap teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.

Tingginya sikap positif petani sasaran tidak terlepas dari beberapa komponen pembentuk sikap yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif, terbentuknya sikap tersebut sangat dipengaruhi stimulus yang diberikan melalui penyuluhan yang terus menerus dan berkelanjutan melalui metode pendekatan kelompok maupun perorangan.

Syafruddin, dkk (2006) dalam Astuti dan Honorita (2012), menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

5.4. Evaluasi Desain Penyuluhan.

5.4.1 Evaluasi Kesesuaian Materi Penyuluhan Pertanian

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan pertanian di Kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape adalah aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah, materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan petani dan dapat memecahkan masalah petani.  UU SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2, menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan.

Untuk mengetahui kesesuaian materi dengan kebutuhan sasaran dan tujuan penyuluhan maka dapat dilihat pada Tabel 27 :

Tabel 27 Kesesuaian Materi Dengan Tujuan Penyuluhan

No

Kategori

Bobot

Responden

Total skore

Persentase (%)

1

Sangat sesuai

100-125

25

111

100

2

Sesuai

75-100

0

0

0

3

Kurang Sesuai

50-75

0

0

0

4

Tidak sesuai

25-50

0

0

0

 

Jumlah

 

25

111

100

Sumber : Data diolah, 2023.

Dari tabel 27 diatas menunjukkan bahwa total skore dari 25 responden adalah 111 sehingga materi penyuluhan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sangat  sesuai dengan kebutuhan sasaran dan tujuan penyuluhan, hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi  (2008), mengatakan bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan termotifasi untuk mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat kesejahteraannya

Selain itu diharapkan materi yang disampaikan dapat memecahkan masalah petani pada saat itu, untuk mengetahui kesesuaian materi dengan masalah yang dihadapi dapat dilihat pada tabel 28 :

Tabel 28. Kesesuaian Materi dengan Masalah yang dihadapi

No

Kategori

Bobot

Responden

Total skore

Persentase (%)

1

Sangat sesuai

100-125

25

105

100

2

Sesuai

75-100

0

0

0

3

Kurang Sesuai

50-75

0

0

0

4

Tidak sesuai

25-50

0

0

0

Jumlah

 

25

105

100

Sumber : Data diolah, 2023.

Tabel 28 menunjukkan bahwa materi penyuluhan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau sangat sesuai dengan total skore 105, hal ini sesuai pendapat Mardikanto (2009), bahwa materi penyuluhan pertanian adalah  pesan – pesan yang ingin disampaikan dalam komunikasi pembangunan, pesan yang diberikan kepada petani dan dapat memecahkan masalah pokok penyuluhan pertanian yang mana: (1).  Secara teknis dapat diterima oleh petani, (2).  Secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, dan (3).  Diinginkan secara sosiologi oleh masyarakat.

5.4.2 Kesesuaian Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan yang digunakan pada pelaksanaan penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah adalah menggunakan kombinasi metode Demonstrasi cara, kaji terap dan Temu lapang

Metode Kaji terap adalah uji coba teknologi baru sebelum disebarluaskan, Metode demonstrasi adalah menunjukkan suatu cara atau pembuktian suatu hasil usaha tani yang lebih baik secara bertahap sedangkan metode Temu lapang adalah pertemuan antara peneliti atau pelaksana uji coba dengan petani lain untuk menyampaikan hasil teknologi baru.

Untuk mengetahui kesesuaian metode dengan tujuan penyuluhan dapat dilihat pada tabel 29:

Tabel 29. Kesesuaian Metode Dengan Tujuan Penyuluhan

No

 Kriteria

Bobot

Responden

Persentase %

1

Sangat Sesuai

32-40

7

28

2

Sesuai

24-32

18

72

3

Kurang Sesuai

16-24

0

0

4

Tidak sesuai

8-16

0

0

Jumlah

 

25

100

Sumber : Data diolah, 2023.

Tabel 29 menunjukkan bahwa 7 responden atau 28 % menyatakan bahwa metode yang digunakan sangat sesuai dan 18 responden atau 72 % menyatakan sesuai dengan tujuan penyuluhan, hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuti, 2013 yang menyatakan bahwa tujuan utama pemilihan metode penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel, b) mendorong sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bisa belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan kreativitas sasaran bisa meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

5.4.3 Kesesuaian Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah adalah brosur, peta singkap dan benda sesungguhnya yaitu lahan usahatani serta seperti pupuk kascing dan tanaman bawang merah yang dipanen.

Untuk mengetahui kesesuain media penyuluhan dengan tujuan penyuluhan dapat dapat dilihat pada tabel 30 :

Tabel 30 Kesesuaian Media Penyuluhan.

     No

 Kriteria

Bobot

Responden

Persentase %

1

Sangat Sesuai

20-25

7

28

2

Sesuai

15-19

13

52

3

Kurang Sesuai

10-14

5

20

4

Tidak sesuai

5-9

0

0

Jumlah

 

25

100

Sumber : Data diolah, 2023.

Dari tabel 30 diatas menunjukkan bahwa media penyuluhan yang digunakan sesuai dengan keadaan sasaran dan tujuan penyuluhan, hal ini ditunjukkan dengan 7 responden (28%) menyatakan sangat sesuai, 13 responden (52%) menyatakan sesuai dan 5 responden (20%) menyatakan tidak sesuai.

Menurut Wahyuti (2007), Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain: (a) tujuan perubahan yang akan dicapai oleh sasaran, (b) karakteristik sasaran/peserta didik, (c) strategi komunikasi, (d) isi pesan, (e) biaya dan karakteristik wilayah.

5.4.4 Kesesuaian Pelaksanaan Penyuluhan

Aspek yang dinilai dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian meliputi kemampuan penyuluh dalam penyampaian materi, penguasaan materi, penampilan serta kemampuan penyuluh dalam menjawab pertanyaan peserta pada kegiatan penyuluhan. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan penyuluhan pada tabel 31.

Tabel 31 Kesesuaian Pelaksanaan Penyuluhan 

No

 Kriteria

Bobot

Responden

Persentase %

1

Sangat Sesuai

18-23

6

36

2

Sesuai

12-17

19

64

3

Kurang Sesuai

6-11

0

0

4

Tidak sesuai

1-5

0

0

Jumlah

 

25

100

 

            Tabel 31 menunjukkan sebanyak 36% responden menyatakan pelaksanaan penyuluhan sangat sesuai sedangkan 64 % responden menyatakan sesuai dimana penyuluh pertanian memiliki kemampuan menyampaikan materi, menguasai materi dan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan peserta. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati, (2011) Penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya didorong oleh perasaan dari dalam dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan. Kemampuan berkomunikasi penyuluh menjadi pemandu lapangan SL PTT padi.

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

4.1 Kesimpulan

 

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan maka dapat disimpulkan bahwa :

1.    Rancangan / desain penyuluhan disusun untuk menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan kepada sasaran berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah,  Aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah dan temu lapang dilakukan di poktan So Wuwu karena berada di tempat yang sering dilalui. Sasaran penyuluhan  adalah petani bawang merah di Desa Boke sebanyak 25 orang dan belum memiliki pengetahuan dan sikap terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Tujuan penyuluhan adalah agar 65 % petani mengetahui dan mau menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang. Materi penyuluhan adalah Pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Metode penyuluhan adalah metode kaji terap yang dikombinasikan dengan metode temu lapang dan ceramah sedangkan teknik penyuluhan dilakukan melalui pendekatan kelompok. Media penyuluhan dalam rancangan penyuluhan adalah media brosur dan media sesungguhnya.

2      Pelaksanaan penyuluhan merupakan tahap kedua setelah perencanaan penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan disesuaikan perencanaan materi hasil evaluasi kaji terap karena secara teknis materi penyuluhan memiliki keunggulan komperatif, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dan memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Meliputi persiapan dengan melakukan koordinasi baik dengan anggota kelompok maupun pihak lain tantang lokasi dan jadwal kegiatan, Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) meliputi Pembukaan oleh Ketua kelompok, Penyampaian Materi Penyuluhan oleh penyuluh / peneliti. Berbagi pengalaman oleh Petani pelaksana kaji terap. Melakukan Tanya jawab, Penutup dan menyimpulkan

3      Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan 20 % katergori pengetahuan sedang dan 80% kategori pengetahuan tinggi sedangkan hasil evaluasi sikap menunjukkan 68% petani memiliki sikap positif dan 32 % petani yang memiliki sikap negatif terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Berdasarkan hasil evaluasi desain penyuluhan bahwa materi penyuluhan sangat sesuai dengan tujuan dan pemecahan masalah, sedangkan metode dan media berada pada kategori sesuai.

 

4.2. Saran

 

1.      Kiranya teknologi pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah dapat dijadikan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia yang sedang langka, serta bisa menjadi peluang agribisnis untuk dapat dikembangkan

2.      Kepada para penyuluh dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan pertanian lebih mengarah pada pengembangan pertanian organik.

3.      Kepada pemerintah kiranya dapat melakukan pengembangan gerakan pertanian yang lebih luas melalui stimulus baik melalui bantuan sarana prasaran benih pupuk dan pelatihan maupun demonstrasi farmer dan demonstrasi area sehingga dapat mensukseskan gerakan pertanian organik

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Abri1,  Aylee  CAS,,  Sanusi.  2021.    Penerapan Teknologi  Vermicomposting Dalam Pengelolaan Limbah Pertanian Di Desa Massila Kabupaten Bone Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 644-653, September - Desember 2021

 

Ahmadi, 2009. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta

 

Arikunto, 2006. Metodologi Penelitian. Bina Aksara, Yogyakarta.

 

Arsyad, 2003. Petunjuk Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya.

 

Azwar, 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

 

                     2011. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

 

BPP Sape, 2021. Laporan Demplot Bawang merah. BPP Sape Kabupaten Bima

 

BPP Sape, 2022, Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sape

Tahun 2023.

 

BPS, 2011. Kabupaten Bima Dalam Angka Tahun 2021.

 

Elvan,  2012.  Hubungan  Tingkat  Pengetahuan  dan  Sikap  Ibu  Terhadap Pemilihan           Metode           Kontrasepsi           Implan.           (File: htpp//elvanamdkep.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en- us-x-none.html diakses pada tanggal16 maret 2014)

 

Erwin, 2012. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level Supervisor.

 

Kartasapoetra A.G, 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

 

Mahmudah, 2010. Psikologi Sosial. UIN Maliki Press. Malang

 

Maisura, Ainol Mardhiah, Nur Hafni, 2019. Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Tani melalui Teknologi Pembuatan Pupuk Kascing. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 1, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2685-113x pISSN 2685-0303 114

 

Mardikanto  T,  1993.  Penyuluhan  Pembangunan  Pertanian.  Sebelas  Maret University Press, Surakarta

 

                      ,2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press Surakarta.

 

Munandar, 2003.   Pengembangan SDM Pertanian untuk Pembangunan Pertanian  Sistem  dan  Usaha  Agribisnis  dalam  Era  Otonomi Daerah. Jakarta

 

Nazir M, 2008. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

 

Peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.

 

Permentan No 10 Tahun2022 tentang Alokasi Pupuk bersubsidi Tahun 2022

 

Saliki A.K 2003.   SistemPertanian      Berkelanjutan Penerbi Kanisius Yogyakarta

 

Setiana, 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Gahlia Indonesia. Bogor.

 

Samsudin,   1989.   Dasar-dasar   Penyuluhan   Pertanian   dan   Modernsiasi Pertanian. Penerbit: Bina Cipta. Bandung

 

Silalahi U, 2012. Metode Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama, Bandung. Soedarmanto,  1992.  Dasar-dasar  Penyuluhan Pertanian.  Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang

 

Soekartawi, 2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara,. Jakarta. Soekanto S, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

 

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.

 

UU RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan.Yayasan pengembangan Sinar Tani, Jakarta

 

Walgito B, 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Andi offset, Yogyakarta.

 

Wirartha I. M, 2005. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit: Andi.Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PKL I

Penyakit Busuk Batang Jagung (Versi bahasa Bima)

Laporan PKL II Ma'ruf STPP Malang