Penerapan metode penyuluhan Kaji terap pembuatan dan aplikasi Pupuk organik kascing Pada tanaman bawang merah
aplikasi Pupuk organik kascing Pada tanaman
bawang merah
Di
Kecamatan Sape Kabupaten Bima
Nur Rahma,
Ma’ruf & Yudi Rustandi
Polbangtan
Malang, Juni 2023
RINGKASAN
Tanaman bawang
merah termasuk tanaman yang sangat membutuhkan pupuk untuk dapat mencapai
produksi maksimal. Berdasarkan rekomendasi pemupukan Balitsa
2005, tanaman bawang merah membutuhkan pupuk SP36 100-150
kg/Ha, Urea 150 - 200kg dan KCl 50-100kg ditambah pupuk organik 5 ton/ha. Peraturan Menteri Pertanian No. 10 Tahun 2022 Pemerintah mengurangi jenis pupuk bersubsidi, pupuk yang di subsidi yaitu hanya Urea dan NPK. Namun pada subsektor Holtikultura lebih khususnya bawang
merah untuk pupuk jenis Urea di rekomendasikan oleh pemerintah, oleh karena itu perlu adanya solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada di tingkat petani. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan yaitu penggunaan pupuk berimbang dengan tambahan pupuk organik kascing untuk
meningkatkan produksi.
Kajian ini bertujuan 1) Untuk
mengetahui desain penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, 2)Untuk mengetahui cara
melaksanakan penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah
di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. 3)Untuk mengetahui cara evaluasi pengetahuan dan sikap petani terhadap pemupukan
organik kascing pada bawang merah di Kecamatan
Sape Kabupaten Bima
Rancangan penyuluhan
tentang pembuatan dan aplikasi pemupukan
organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten
Bima didasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah (IPW)
sebagai dasar untuk memilih dan menetapkan aspek-aspek penyuluhan berikut: 1) Lokasi
penyuluhan di lahan kelompoktani yaitu bapak Umar selaku ketua kelompok, 2) Waktu
penyuluhan pada tanggal 30 Januari dan 30 Maret 2023, 3) Sasaran penyuluhan 25 orang petani yang merupakan anggota dari kelompok
tani di desa Boke 4) Tujuan penyuluhan agar 65
% petani mengetahui dan mau menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi
pemupukan organik kascing pada tanaman bawang. 5)
Sasaran penyuluhan adalah anggota kelompok tani Desa Boke, 6) Materi penyuluhan adalah pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada bawang merah.
7)
Metode penyuluhan menggunakan metode kaji terap, temu lapang dan ceramah dengan pendekantan kelompok 8) Media penyuluhan yang digunakan adalah Brosur dan media sesungguhnya, dan 9) Evaluasi
penyuluhan mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap petani pada
penyuluhan pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada bawang merah.
Pelaksanaan
penyuluhan pembuatan dan aplikasi pemupukan
organik kascing pada bawang merah: 1) Persiapannya Koordinasi Lokasi Kegiatan dengan anggota kelompoktani So Wuwu Desa Boke, pembuatan Lembar persiapan
menyuluh dan media penyuluhan 2) Pelaksanannya meliputi pembukaan oleh ketua
kelompoktani, penyampaian materi penyuluhan oleh PPL, berbagi pengalaman dan
tanya jawab.
Tahapan pelaksanaan penerapan
metode kaji terap meliputi demonstrasi pembuatan pupuk organik kascing dengan
hasil
pembuatan pupuk organik kascing sebanyak 100 kg dengan jumlah cacing sebanyak 5
kg membutuhkan waktu 20 hari. Karena kebutuhan pakan cacing adalah sebanyak
berat badan cacing, aplikasi pupuk organik pada saat pengolahan tanah terakhir dan temu
lapang dilaksanakan pada saat panen hasil kaji terap pupuk organik kascing pada
tanaman bawang merah dimana produksi antara perlakuan kaji terap aplikasi pupuk organic kascing yaitu 1,30 ton umbi kering dibanding tanpa aplikasi pupuk organik kascing yaitu 1,032 Ton umbi kering
sedangkan rata – rata pendapatan yang diperoleh petani kaji terap pada
usahatani bawang merah aplikasi pupuk Organik kascing sebesar Rp. 28.600.000,- dengan R/C 2,92 dan pada kontrol sebesar Rp. 20.640.300,- dengan R/C 1,73, sehingga terjadi selisih
pendapatan Rp.7.959.700- dalam luasan 0,10 hektar sedangkan survei pengetahuan
petani menujukkan tingkat pengetahuan petani responden terhadap aspek
teknis aplikasi
pupuk organik kascing temasuk Pengetahuan rendah sebanyak 44 % dan sedang 56%.3) Penyuluhan
diakhiri menyimpulkan hasil kemajuan pembelajaran dan 4) Rencana
tindak lanjut.
Evaluasi penyuluhan
dilaksanakan dengan memperhatikan proses evaluasi sebagai berikut: 1) Objek
evaluasi adalah pengetahuan dan sikap petani terhadap aplikasi pemupukan organik kascing
pada tanaman bawang merah 2) Tujuan evaluasi yaitu untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan dan sikap petani terhadap pembuatan dan aplikasi pemupukan organik
kascing pada tanaman bawang merah. 3) Analisa data. Hasil evaluasi pengetahuan
petani terhadap pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah setelah dilakukan penyuluhan dimana terdapat 20
orang responden atau 80 % termasuk kategori pengetahuan tinggi. petani sasaran
sebanyak 17 orang atau 68% memiliki sikap positif
terhadap teknologi
aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang
merah sedangkan sebanyak 8 orang peserta 32% yang memiliki sikap negative
terhadap teknologi
pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah
Kata
Kunci : Kaji terap, Pengetahuan dan sikap petani, Pupuk Organik
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditi Bawang Merah merupakan sumber penghasilan utama masyarakat
petani di Kecamatan Sape Kabupaten
Bima secara turun temurun dan telah
memberikan kontribusi terhadap pendapatan petani dan karena ditunjang kesesuaian lahan dan iklim untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah, seperti tekstur tanah lempung berpasir,
suhu udara yang ideal dengan penyinaran matahari
sekitar 8 jam perhari serta ketersediaan air yang cukup.(BPP Kec.Sape 2022)
Luas areal tanam bawang merah setiap tahun sekitar 1953,44 ha dengan produktivitas rata-rata 12 Ton /ha bawang
kering. Dari
luas usahatani bawang merah tersebut
diusahakan oleh 2.550 petani yang tergabung dalam 85 kelompoktani di daerah Irigasi Kecamatan
Sape, dengan pasar tujuan dari
produksi bawang merah Kecamatan Sape,
selama ini di ekspor antar pulau seperti ke daerah Banjarmasin,
Sulawesi, Bali, Jawa, NTT dan Papua.(BPP Kec.Sape,2022)
Dari data produktivitas komoditi bawang tersebut
menunjukkan bahwa produktivitas
bawang merah masih sangat rendah dibanding hasil Laboratorium lapangan
kegiatan Sekolah Lapang tanaman bernilai
tinggi komoditi Bawang
Merah Program Integrated Particippatory Development and Management
ofIrrigation Project (IPDMIP) di Desa Rasabou
dan Desa Na’e menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah dengan penerapan teknologi
pemupukan organik kompos
mencapai 15 Ton/ha umbi kering.( IPDMIP
2022)
Tanaman bawang merah termasuk tanaman yang sangat membutuhkan pupuk untuk dapat mencapai produksi
maksimal. Berdasarkan rekomendasi pemupukan Balitsa 2005, tanaman bawang merah membutuhkan pupuk SP36 100-150
kg/Ha, Urea 150 - 200kg dan KCl 50-100kg ditambah pupuk organik 5 ton/ha. Pada tahun 2021 Pemerintah
malalui Peraturan Menteri Pertanian No. 41 Tahun
2021 subsektor Holtikultura lebih khususnya
bawang merah untuk pupuk jenis Urea tidak
disubsidi oleh pemerintah,
Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada di tingkat petani.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produksi melalui penelitian tentang
pengaruh penggunaan pupuk kascing terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman telah banyak dilakukan. Penelitian,
pemberian pupuk organik kascing berbeda dosis pada bawang merah manis memberikan respon yang lebih baik dibandingkan pupuk kandang
dari kotoran ayam.(Hans, 2021)
Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan Sape Kabupaten Bima telah
melakukan penyuluhan secara terus menerus
tentang pentingnya pemberian
pupuk organik pada tanaman bawang merah namun hanya merupakan
gerakan yang terbatas karena belum mampu merubah prilaku petani dalam
mangadopsi inovasi hal ini disebabkan penyuluhaan
yang dilakukan menerapkan materi, metode dan media tidak sesuai keadaan
sasaran.(BPP Kec.Sape)
Berdasarkan permasalahan tersebut maka akan dilakukan
kajian dan penyuluhan pertanian yang
berjudul “Penerapan Metode Penyuluhan
Kaji Terap Aplikasi Pupuk Organik
Kascing Pada Tanaman Bawang Merah Di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan yaitu :
1.
Bagaimana
desain penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan
Sape Kabupaten Bima?
2.
Bagaimana
melaksanakan penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
3.
Bagaimana
evaluasi pengetahuan dan sikap petani
terhadap pemupukan organik
kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1
Untuk
mengetahui desain penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
2
Untuk
mengetahui cara melaksanakan penyuluhan pemupukan organik kascing pada bawang merah
di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
3
Untuk
mengetahui cara evaluasi pengetahuan
dan sikap petani terhadap pemupukan organik
kascing pada bawang merah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima
1.4 Kegunaan
1.
Sebagai
bahan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia
yang sedang langka, serta bisa menjadi peluang
agribisnis untuk dapat
dikembangkan
2.
Membantu
BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan penelitian dan penyuluhan dilaksanakan pada bulan Desember 2022 s/d Mei 2023 di Desa Boke
Kecamatan Sape Kabupaten Bima, dengan
pertimbangan bahwa Desa Boke Kecamatan Sape sebagian besar petani belum memperoleh Penyuluhan tentang Pemupukan organic
Kascing pada tanaman bawang merah.
3.2 Metode Kajian
Metode kajian dalam penelitian ini adalah metode diskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan
fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk menggambarkan karakteristik individu atau kelompok
(AR.Syamsudin dan
Damiyanti,2011).
Pendekatan kajian pada penelitian ini adalah pendekatan survey, yaitu suatu
cara mengumpulkan informasi
yang dilakukan dengan menyusun
daftar pertanyaan yang diajukan
pada responden (Ali.M2010)
Untuk menghasilkan rekomendasi pemupukan organic kascing
pada tanaman bawang merah di
kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape
menggunakan metode kaji terap. Metode Kaji Terap dipilih untuk
mendapatkan rancangan penyuluhan
pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah, sedangkan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap petani setelah
melaksanakan penyuluhan menggunakan analisis
Deskriptif Kuantitatif yaitu Evaluasi sumatif
yang bertujuan untuk :
1. Mengukur dan menilai
dampak metode kaji terap dan temu lapang pada penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.
2. Untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap
petani terhadap penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang
merah
3.3 Metode Perancangan Penyuluhan
3.3.1 Penetapan Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap mental menjadi lebih produktif
sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang pada
gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Penetapan tujuan penyuluhan mengacu pada ABCD dimana A(audenci/Sasaran), B(behavier/prilaku yang diinginkan), C(condition/kondisi yang ingin dicapai)
D(degre/derajat) dan SMART dimana S(specifik), M(measureble), A(actionary),R(rielible), T(timebond).
3.3.2 Penetapan Sasaran
Sasaran penyuluhan pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah adalah anggota
kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape sebanyak 25 orang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa petani sasaran belum memiliki pengetahuan dan sikap positif
terhadap pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah.
3.3.3 Penetapan Materi
Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan adalah berdasarkan pada :
1. Rencana Kerja Tahunan Penyuluuhan Pertanian
BPP Kecamatan Sape Tahun 2023
2. Materi penyuluhan diharapkan memecahkan
masalah pemupukan di Kecamatan Sape
3.
Materi penyuluhan yang ditetapkan mudah dilaksanakan dan menguntungkan secara
ekonomi
Penetapan
dan pemilihan materi penyuluhan berdasarkan pertimbangan pada lampiran 2.
3.3.4 Penetapan Metode Penyuluhan
Penetapan metode yang digunakan pada penyuluhan mengacu pada kontektualisasi pemilihan metode sebagai
berikut :
1.
Identifikasi karakterisitik sasaran penyuluhan
2.
Media penyuluhan yang ditetapkan
3.
Hubungan yang diharapkan
4.
Keadaan wilayah
Untuk menetapkan metode
penyuluhan dapat dilihat
pada lampiran 2
3.3.5 Penetapan Media Penyuluhan
Media yang digunakan pada penyuluhan pemupukan organic kascing pada tanaman
bawang merah adalah menggunakan media brosur dan media sesungguhnya berupa pupuk organic kascing,
lahan budidaya. Penggunaaan media tersebut
berdasarkan keadaan sasaran yang memiliki pendidikan rata-rata SMP dianggap
mampu membaca dan memahami isi media yang dibuat.
Dasar pertimbangan pemilihan dan penetapan media sebagai berikut
:
1. Identifikasi
karakterisitik sasaran penyuluhan
2. Metode penyuluhan yang ditetapkan
3. Standar teknis penggunaan media
3.3.6 Penatapan Evaluasi
Penyuluhan
Evaluasi yang dilakukan pada penyuluhan adalah untuk mengetahui aspek teknis dan aspek ekonomi usaha tani bawang
merah dengan pemupukan organic Kascing sebagai berikut :
1. Aspek Teknis meliputi produksi tanaman bawang
merah yang menggunakan pupuk kascing
dibanding yang tidak menerapkan pupuk kascing
2. Aspek ekonomi meliputi biaya produksi, nilai
jual, pendapatan petani yang menerapkan teknologi
Pemupukan organic kascing
dibanding petani yang tidak menerapkan teknologi Pemupukan oragnik kascing.
3. Aspek sosial meliputi
pengetahuan dan sikap petani terhadap
teknologi Pemupukan organic
kascing
3.3.7 Metode Kajian
Evaluasi
1. Obyek evaluasi
Obyek evaluasi merupakan segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses penyuluhan, menurut Arikunto
S.(2014) obyek evaluasi ini adalah hal- hal yang menjadi
pusat perhatian untuk di evaluasi.
Pada kajian evaluasi ini sebagai objek evaluasi penerapan metode kaji
terap pada penyuluhan pemupukan organik
kascing pada tanaman bawang merah di desa Boke
Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
2.
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi pada kegiatan penyuluhan untuk mengukur dan menilai pengetahuan dan sikap petani serta penerapan
metode kaji terap penyuluhan pemupukan
organik kascing pada tanaman bawang merah di desa Boke Kecamatan sape Kabupaten
Bima.
3.
Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi penyuluhan metode kaji terap adalah petani bawang
merah di Desa Boke Kecamatan
sape yang telah mengikuti penyuluhan pemupukan organik kascing
pada tanaman bawang merah
4.
Model Evaluasi
Model evaluasi yang digunakan pada evaluasi penyuluhan adalah evaluasi sumatif untuk mengetahui hasil penyuluhan
penerapan metode kaji terap pada pemupukan organik kascing pada tanaman bawang
merah. adalah
a.
Evaluasi Pengetahuan dan sikap petani
b.
Evaluasi Desain penyuluhan
3.3.8 Persiapan Kaji Terap
1.
Materi Kaji Terap
Materi kaji terap
harus
memiliki dampak
pada
pemecahan masalah, peningkatan dan pengembangan penggunaan pupuk kascing
pada tanaman bawang merah yang memberikan keuntungan
ekonomi bagi petani di Desa Boke. Materi berasal dari hasil kajian dan telaahan para
peneliti dan penyuluh atau teknologi baru yang dihasilkan tentang pemupukan organik
kascing pada tanaman bawang merah.
2.
Lokasi Kaji Terap
Lokasi kaji terap dilaksanakan kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan
Sape dengan pertimbangan bahwa Kelompoktani So Wuwu memiliki usahatani yang paling luas dalam pengembangan tanamana bawang merah dibanding kelompok lain.
3.
Pelaksana
Kaji Terap
Petani pelaksana kaji terap pemupukan organik
kascing pada tanaman bawang merah
adalah bapak Umar selaku ketua
kelompok tani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape. Mau dan mampu bekerjasama dengan peneliti dan penyuluh
baik pada penyelenggaraan kaji terap maupun dalam
penyebarluasan informasi hasil kaji terap pemupukan organik kascing pada tanaman
bawang merah
4.
Urutan
Kegiatan
a. Persiapan
1)
Penetapan materi,
2)
Demonstrator,
3)
Jadwal kegiatan
4)
Pembiayaan
b.
Pelaksanaan
1)
Pembuatan Pupuk Kascing
2) Aplikasi Pupuk
Kascing pada Tanaman Bawang Merah
3.3.9 Jenis dan Sumber Data
1.
Data
Primer.
Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung
dari responden kajian yaitu
dari petani di Desa Boke Kecamatan sape Kabupaten Bima Data yang dibutuhkan
pada kajian ini adalah data identifikasi aspek teknis
dan aspek ekonomi
pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah sebagai berikut :
a.
Aspek
teknis meliputi data produksi bawang merah yang menerapkan pemupukan
organik kascing dan petani yang tidak menerapkan pemupukan organik
kascing
b.
Aspek Ekonomi
meliputi biaya produksi
dan pendapatan usahatani
bawang merah menggunakan pupuk
organik kascing
c.
Aspek
sosiap meliputi pengetahuan dan sikap petani setelah dilakukan penyuluhan.
2.
Data
Sekunder
Data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa data profil desa, data keadaan
kelompok, atau data yang relevan dengan kajian yang akan dijadikan
sebagai pendukung untuk memahami masalah
dan sebagai alternative pemecahan masalah.
3.3.10 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan dengan cara wawancara secara semi terstruktur mengenai topik yang dibahas namun memberikan kesempatan pada responden untuk jujur dan terbuka menggunakan kuisionerdengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada
responden untuk dijawab atau menggunakan
angket yaitu memberikan daftar pertanyaan pada responden untuk diisi secara santai
dirumah sehingga diperoleh data apa adanya
tanpa tekanan.
Daftar pertanyaan menggunakan tes obyektif pilihan ganda biasa dengan alternative tiga jawaban (Widoyono, 2012).
3.3.11 Instrumen
dan kuesioner
Instrumen dalam penelitian ini adalah mengacu pada tujuan penyuluhan yaitu untuk mengetahui pengetahuan dan
sikap petani dalam penerapan kaji terap pemupukan organik kascing pada tanaman bawang
merah
Tabel 1 Kisi-Kisi Pengetahuan
Dimensi |
Indikator |
Butir |
|
Know (tahu). |
1.
Responden mengetahui bahan pembuatan pupuk organik 2.
Responden mengetahui bentuk pupuk organik 3.
Responden mengetahui kegunaan pupuk
organik |
1,2,3 |
|
Compreh ension (memaha mi). |
4.
Responden dapat memahami sumber
pupuk hijau 5.
Responden dapat memahami bahan
pupuk kandang 6. Responden dapat menjelaskan bahan pembuatan pupuk kompos 7.
Responden dapat menjelaskan pupuk
hayati 8.
Respon memahami sumber pupuk
kascing |
4,5,6,7,8 |
|
Aplication (aplikasi). |
9. Responden
dapat mengaplikasikan organik kascing untuk
peningkatan produksi 10. Responden dapat
mengaplikasikan pupuk kasing
sebagai sumber unsur
hara makro dan miikro 11.
Responden dapat mengaplikasikan pupuk
kandang karena memiliki fungsi 12.
Responden dapat mengaplikasikan waktu
pemberian pupuk organik 13.
Responden dapat membuat pupuk
kascing |
9,10,11, 12,13
|
|
Analysis (analisis). |
14. Responden dapat
menganalisis pemupukan bawang
merah berdasarkan status
hara dan keadaan tanaman 15. Responden
dapat menganalisis jenis unsur
hara makro yang dibutuhkan tanaman 16. Responden dapat
menganalisis kandungan urea 17. Responden dapat
menganalsisi kandungan unsur hara mikro |
14,15,16, 17 |
|
Synthesis (Sintesis). |
18. Responden dapat
menyimpulkan keuntungan penggunaan pupuk organik kascing 19. Responden dapat
menyimpulkan kelemahan peggunaan pupuk organik |
18,19 |
|
Evaluation (evaluasi). |
20. Responden dapat
membandingkan pemupukan organik
dengan tanpa pupuk
organik |
20 |
|
Tabel
2 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap
Dimensi |
Indikator |
Butir |
Menerima |
1. Responden mau membuat pupuk
organik 2.
Responden mau mengaplikasikan pupuk
organik kascing |
1,2 |
Menanggapi |
3. Responden yakin
bahwa pupuk organik mengandung unsur hara
yang lengkap 4. Responden yakin
bahwa pupuk organik kascing mudah
diperoleh |
3,4 |
Menilai |
5. Responden menilai
bahwa penggunaan pupuk
kascing menguntungkan 6. Responden menilai
bahwa penggunaan pupuk
korganik kascing memperbaiki kesuburan tanah |
5,6 |
Mengelola |
7. Responden mau mengembangkan penggunaan pupuk organik kascing 8. Responden mau menyampaikan inforrmasi kepada
petani lain |
7,8, |
Karakteristik |
9.
Responden mau melayani petani
lain yang konsultasi tentang pembuatan pupuk
dan aplikasi pupuk
organik kascing 10. Responden mau membantu petani
lain dalam memecahkan masalah pemupukan |
9,10
|
b. Kuesioner
Berdasarkan kisi-kisi kuesioner
yang telah disusun
maka dapat dibuat
instrumen pengetahuan dan keterampilan dapat
dilihat pada lampiran 5.
3.3.13 Populasi dan Sampel
1, Populasi
Populasi dalam kajian ini adalah seluruh petani bawang merah yang berjumlah 125 orang dari 4 kelompok tani
Desa Boke Kecamatan Sape Kabupaten Bima. dengan rincian pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5 . Gambaran Populasi
Dari Masing-Masing Kelompok
No |
Kelompoktani |
Jumlah anggota (Orang) |
1 |
So Wuwu |
50 |
2 |
So Mawo |
35 |
3 |
So Sarei |
20 |
4 |
So Cera |
20 |
Jumlah |
125 |
2.Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugyono,2007). Pengambilan sampel dalam kajian ini menggunakan teknik simple random sampling
yaitu pengambilan sampel dilakukan
secara acak dari jumlah populasi yang ada tanpa memperhatikan strata dari populasi yang ada.
Jumlah sampel dalam kajian ini adalah diambil sebanyak 20 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 25 orang.
Arikunto (2008), menyatakan apabila kurang dari
100 lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil
10 – 15 % atau 20 – 55 % atau
lebih.
Berikut
distribusi sampel dari masing-masing kelompok
pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Distribusi Sampel Sasaaran Penyuluhan
No |
Kelompoktani |
Jumlah anggota (Orang) |
Jumlah (sampel) |
1 |
So Wuwu |
50 |
10 |
2 |
So Mawo |
35 |
7 |
3 |
So Sarei |
20 |
4 |
4 |
So Cera |
20 |
4 |
Jumlah |
125 |
25 |
3.3.14 Analsis Data
Data yang diperoleh dalam kajian ini diolah dan dianalisis dalam
bentuk tabel frekuensi/tabulasi dan disajikan dalam bentuk
deskriptif.
1.
Aspek Pengetahuan
Alat yang digunakan
untuk mengetahui tingkat
pengetahuan petani adalah kuesioner sebanyak 20 (dua puluh)
soal, dengan ketentuan skor penilaian benar
diberi nilai 5
(lima) dan salah diberi nilai 1 (satu).
Sehingga jika jawaban benar semua
maka nilainya adalah 5 x 20 =100, sedangkan jika jawaban salah maka
nilainya 1 x 20 = 20. dengan demikian
akan diperoleh katagori :
Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani maka digunakan analisis
deskriptif rata-rata (mean) dengan
menghitung jumlah jawaban benar menggunakan rumus skor tanpa denda menurut Widoyono (2012)
Sk = B
Keterangan :
Sk = Skor yang diperoleh peserta.
B = Jumlah jawaban benar.
Setelah skor
dihitung dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu
·
Kategori 1-33 Pengetahuan Rendah
·
Katergori 34-67 Pengetahuan Sedang
·
Kategori 68-100. Pengetahuan Tinggi
2.
Evaluasi Sikap
Evaluasi sikap yang dilakukan menggunakan skala likert (Azwar (2013), yakni variabel yang
diukur dijabarkan menjadi dimensi, dan dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub
variabel dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator
yang dapat diukur. Berdasarkan indikator-indikator tersebut kemudian dibuat pernyataan atau pertanyaan sebanyak
10 pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.
Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai
berikut:
Pernyataan Positif: Sangat Setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4 Netral (N) = 3 Tidak Setuju (TS)
= 2 Sangat Tidak Setuju ( STS) =1 |
Pernyataan Negatif: Sangat Setuju (SS) = 1 Setuju (S) = 2 Netral (N) = 3 Tidak Setuju (TS)
= 4 Sangat Tidak Setuju (STS = 5 |
Setelah data terkumpul
jumlah jawaban responden
dijumlahkan dan dihitung
menggunakan skala likert untuk mengetahui mean T(MT) sebagai
berikut
MT = (∑T)/n
Dimana :
MT = Mean T
∑T = Jumlah
rata-rata
n. =
Jumlah responden
Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga
rata-rata atau mean skor kelompok dimana responden itu termasuk. Perbandingan relative ini akan
menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorable dibandingkan dengan rata-rata
kelompoknya. Agar perbandingan itu menjadi punya arti,
haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar
kelompok itu sendiri yang berarti kita harus mengubah skor individual menjadi
skor standar. Salah satu skor standar yang digunakan dalam skala likert adalah skor T, Yaitu :
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
= Mean Skor kelompok
s = Deviasi standar
skor kelompok
Pengambilan kesimpulan didasarkan pada nilai skor T, jika total skor responden
lebih kecil dari 50 maka responden tersebut memiliki sikap negative (unfavorable)
dan jika sokre responden lebih besar atau sama dengan 50 maka responden memiliki
sikap positif terhadap
penggunaan pemupukan organic
kascing pada tanaman bawang merah.
3. Analisa ekonomi usahatani
bawang merah
Untuk mengukur pendapatan usahatani menggunakan analisa
rata-rata pendapatan usahatani
bawang merah yang menerapkan teknologi
pemupukan organik kascing
dibandingkan dengan usahatani bawang merah tanpa teknologi pemupukan
organik kascing dengan rumus :
a)
Menghitung
Biaya total Produksi (TC) = VC + FC
·
TC = Total
Cost
·
VC = Variable
Cost / Biaya Variabel
·
FC = Fixet
Cost ( biaya tetap)
b) Penerimaan (TR)
= Total Produksi X Harga
c) Pendapatan = TR – TC
d) R/C = TR/TC
3,4 Defenisi Operasional
Untuk mempermudah pengukuran terhadap variabel-variabel yang diamati maka
perlu dijelaskan pengertian, dan batasan operasional sebagai berikut:
1.
Penyuluhan
dalam penelitian ini adalah Penyuluhan yang dilakukan pada anggota kelompok tani so wuwu Desa Boke
Kecamatan Sape berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan materi, media dan metode penyuluhan.
2.
Materi adalah pesan yang disampaikan dalam penyuluhan yaitu materi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang
merah
3.
Metode penyuluhan adalah cara/teknik dalam menyampaikan materi penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman
bawang merah
4.
Media
penyuluhan adalah media yang digunakan dalam penyuluhan untuk menyampaikan materi penyuluhan pemupukan
organik kascing pada tanaman
bawang merah
5.
Kaji terap adalah metode penyuluhan untuk menyampaikan materi penyuluhan
pemupukan organik kascing pada
tanaman bawang merah.
6.
Prilaku adalah pengetahuan dan sikap setelah
kegiatan penyuluhan pemupukan organik kascing pada tanaman bawang
merah
7.
Pengetahuan
adalah pengetahuan petani tentang pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah
8.
Sikap adalah sikap petani dalam pemupukan
organik kascing pada tanaman bawang merah
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah
4.1.1
Luas dan letak geografis Kecamatan Sape
Wilayah Kecamatan
Sape
dengan luas 232,12
km2 terbagi dalam 18 desa, dimana desa terluas adalah desa Poja dan terkecil
adalah desa Rasabou. Sebagai
pusat pemerintahan
Kecamatan Sape
desa Naru berada
pada jarak 44.6
km
dari ibukota Kabupaten Bima.
Diantara 18 desa, desa Poja
merupakan desa dengan jarak terjauh ( ±15
km) dari ibukota kecamatan.
Secara geografis wilayah Kerja
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sape terletak antara 117o 49’
dan 119o 45’ bujur timur dan 8o51’ Lintang selatan berbatasan
dengan wilayah Kecamatan Wera,
Kecamatan Wawo, Kecamatan Wera
dan
Kecamatan Lambu.
Tabel 7 Data Luas
Wilayah Kecamatan Sape
No |
Desa |
Luas (km2) |
% |
1 |
Sari |
49.16 |
21.18 |
2 |
Boke |
32.33 |
13.93 |
3 |
Jia |
12.42 |
5.35 |
4 |
Naru |
1.76 |
0.76 |
5 |
Bajopulau |
2.87 |
1.24 |
6 |
Bugis |
3.20 |
1.38 |
7 |
Rasabou |
0.42 |
0.18 |
8 |
Nae |
17.19 |
7.41 |
9 |
Parangina |
13.06 |
5.63 |
10 |
Raioi |
3.12 |
1.34 |
11 |
Sangia |
3.18 |
1.37 |
12 |
Kowo |
9.35 |
4.03 |
13 |
Buncu |
14.77 |
6.36 |
14 |
Poja |
61.19 |
26.36 |
15 |
Tanah Putih |
2.63 |
1.13 |
16 |
Naru Barat |
2.15 |
0.93 |
17 |
Lamere |
2.84 |
1.22 |
18 |
Oi Maci |
0.48 |
0.21 |
|
Jumlah |
232.12 |
100.00 |
Sumber : BPP Sape 2022
4.1.2 Luas Lahan menurut penggunaan
Kecamatan Sape memiliki potensi pertanian yang cukup luas baik dilahan sawah maupun
lahan kering. Jenis komoditas yang diusahakan oleh petani antara lain padi, jagung, dan
bawang merah sedangkan pada sektor
peternakan adalah sapi, kambing dan ayam sedangkan pada sektor kahutanan dan perkebunan yang
berpotensi yaitu jati, tebu, mahoni, asam dll. Luas penggunaan lahan di Kecamatan Sape sesuai dengan rincian
penggunaan lahan selengkapnya dalam Tabel 8 :
Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan
Sape Tahun 2022
No |
Penggunaan Tanah |
Luas Lahan (Ha) |
Persentase (%) |
1 |
Sawah |
1.952 |
8,41 |
2 |
Tegalan/Lahan kering |
4.303 |
18,53 |
3 |
Pekarangan dan Bangunan |
258 |
1,10 |
4 |
Kolam |
89 |
0,38 |
5 |
Hutan |
14.970 |
64,49 |
6 |
Perkebunan |
1.641 |
7,067 |
7 |
Lain-lain |
- |
0 |
Jumlah |
23.212 |
100 |
Sumber:BPP Sape, 2022.
Berdasarkan
Tabel 8 menunjukkan bahwa kecamatan Sape memiliki lahan sawah hanya
8,41% yang digunakan untuk penanaman padi, jagung dan bawang merah, dan lahan
kering / tegalan sebesar 18,53 untuk usaha pertanian seperti padi gogo, jagung
dan bawang merah dimusim hujan sedangkan kawasan kehutanan seluas 64 % sebagian besar digunakan untuk hutan
jati dan tanaman kayu-kayuan lain dan tanaman jagung..
4.1.3 Jumlah Penduduk
Penduduk
Kecamatan Sape
pada tahun 2021
sebanyak
63.148
jiwa,
31.817 Jiwa adalah penduduk laki-laki.
Perbandingan penduduk
laki-laki dan perempuan dapat
dilihat dari angka rasio jenis
kelamin yang menunjukkan angka 101.55. Ini berarti penduduk di
Kecamatan Sape lebih banyak penduduk laki-laki
dibandingkan penduduk perempuan.
Berdasar
luas wilayahnya, Kecamatan Sape mempunyai kepadatan penduduk
sebanyak 272 jiwa
per kilometer persegi. Desa Boke memiliki kepadatan terendah yaitu 41 jiwa per
Kilometer persegi. Sementara sebagian besar
penduduk didominasi penduduk berusia 16 hingga 65 tahun, sejumlah 43.701 jiwa atau 69.20% populasi.
Tabel 9.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022
No |
Desa / Kelurahan |
Laki-laki |
Perempuan |
Jumlah |
1 |
Sari |
2 013 |
1 907 |
3 920 |
2 |
Boke |
675 |
662 |
1 337 |
3 |
Jia |
1 560 |
1 573 |
3 133 |
4 |
Naru |
2 010 |
2 024 |
4 034 |
5 |
Bajopulau |
1 017 |
955 |
1 972 |
6 |
Bugis |
4 266 |
4 214 |
8 480 |
7 |
Rasabou |
1 666 |
1 708 |
3 374 |
8 |
Nae |
884 |
929 |
1 813 |
9 |
Parangina |
2 704 |
2 644 |
5 348 |
10 |
Raioi |
1 921 |
1 863 |
3 784 |
11 |
Sangia |
3 199 |
3 122 |
6 321 |
12 |
Kowo |
2 009 |
2 051 |
4 060 |
13 |
Buncu |
1 712 |
1 621 |
3 333 |
14 |
Poja |
1 398 |
1 397 |
2 795 |
15 |
Tanah Putih |
755 |
758 |
1 513 |
16 |
Naru Barat |
2 018 |
1 908 |
3 926 |
17 |
Lamere |
1 047 |
1 034 |
2 081 |
18 |
Oi Maci |
963 |
961 |
1 924 |
|
Sape |
31 817 |
31 331 |
63 148 |
Sumber:
BPS,2022
Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase laki-laki mencapai 50,4 % dan
perempuan 49,6 % sehingga perbedaan tidak terlalu banyak berdasarkan sex ratio
maka jumlah laki-laki lebih besar dari wanita artinya setiap 100 jiwa laki-laki
terdapat 98 wanita.
4.1.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Sape
bekerja di sektor pertanian khususnya pertanian
tanaman pangan. Kondisi tersebut
ditunjukkan dengan banyaknya rumah
tangga yang berpenghasilan utama di sektor pertanian (BPP Sape, 2022). Jumlah
penduduk di Kecamatan Sape berdasarkan
mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 10:
Tabel 10. Penduduk Berdasarkan Mata
Pencaharian Tahun 2022
Mata Pencaharian |
Jumlah Penduduk (Jiwa) |
Petani/pekebun/peternak |
16.727 |
ASN/TNI/POLRI |
911 |
Industri |
0 |
Perdagangan |
906 |
Jasa |
1184 |
Lainnya |
4456 |
Jumlah |
|
Sumber: BPP Sape,
2022
Tabel
10 menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Sape bermata pencaharian sebagai
petani. Namun demikian pekerjaan mereka cukup beragam, kadang-kadang seorang
PNS dan pensiunan juga memiliki dan menggarap sendiri lahan pertanian atau
berternak ayam dan ikan. Demikian juga seorang pedagang atau jasa menggarap
sawah dan memiliki ternak baik ternak besar maupun unggas.
4.1.5
Keadaan Pertanian
Sektor
pertanian di Kecamatan Sape memegang peranan penting dalam penyediaan bahan pangan bagi
kehidupan. Sektor pertanian lebih diidentikkan sebagai sektor yang hanya
menyediakan bahan pangan bagi kehidupan manusia, stabilitas suatu negara dapat
juga dipengaruhi ketersediaan bahan pangan di daerah tersebut. Ketersediaan
bahan pangan akan tercukupi jika didukung oleh pertanian yang kuat, sektor
pertanian di suatu wilayah akan berjalan lebih baik apabila didukung dengan
teknologi,
lahan potensial dan kualitas
sumber daya manusia yang mampu bersaing.
4.1.6
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tanaman pangan terutama padi/ beras menjadi komoditas
yang sangat strategis karena
merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. Sehingga peningkatan kinerja pertanian tanaman pangan
menjadi salah satu andalan untuk menjaga, memelihara dan
meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Bawang
merah merupakan tanaman hortikultura yang paling banyak diproduksi
di Kecamatan Sape. Pada tahun 2021, jumlah produksi bawang merah di kecamatan
Sape mencapai sebanyak 20.408,1
ton.
Komoditas utama dari sub sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan
Sape yang diusahakan petani secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11:
Tabel 11. Komoditas Utama Kecamatan Sape
Tahun 2022.
No |
Komoditi |
Luas tanam (Ha) |
Provitas (KWT/Ha) |
Produksi (TON) |
1 |
Padi |
5.544 |
58 |
13.105,2 |
2 |
Jagung |
1.200 |
106 |
32.296,03 |
3 |
Kedele |
764 |
11,82 |
549,5 |
4 |
Kacang tanah |
774 |
15 |
1404,76 |
5 |
Bawang Merah |
5.544 |
130 |
1725,401 |
6 |
Cabe |
15,57 |
|
9,45 |
7 |
Tomat |
21 |
|
36 |
Sumber: BPP Kecamatan.
Sape, 2022
Komoditas
utama tanaman pangan yang paling mendominasi adalah padi sebagai tanaman pangan
yang banyak memberikan kontribusi terhadap ketersedian pangan dan pendapatan petani karena ditunjang oleh lahan yang
tersedia di Kecamatan Sape namun produktivitas padi masih sangat rendah yaitu
dari luas tanam 5.544 ha hanya mampu
memproduksi gabah sebanyak 13.105 ton gabah atau
rata-rata 58 kwt per hektar
sementara jika dari luas tersebut dapat menerapkan Aplikasi Pupuk organik
Kascing maka akan terjadi
peningkatan produksi 15 – 30 % atau sekitar 17.838.8 ton gabah kering panen
setiap musim panen.
4.1.7 Jumlah Populasi Ternak
Kecamatan
Sape memiliki potensi dalam bidang usaha peternakan baik ternak besar maupun ternak kecil seperti sapi potong,
kambing, ayam buras dan itik meskipun dipelihara hanya merupakan usaha
sampingan atau untuk menambah penghasilan adapun jumlah populasi ternak secara
terperinci dapat dilihat pada Tabel 12 :
Tabel 12. Jenis Ternak di Kecamatan Sape
Tahun 2022
Jenis Ternak |
Jumlah (ekor) |
Kerbau |
612 |
Sapi |
11.221 |
Kuda |
635 |
Kambing |
8.227 |
Domba |
362 |
Ayam Buras |
35.845 |
Ayam Broille |
18.289 |
Itik/Entok |
4.961 |
Sumber: BPP Kecamatan
Sape, 2022
Berdasarkan
tabel 12 menunjukkan bahwa populasi ternak di
Kecamatan Sape cukup besar karena aspek pemeliharaan yang relatif mudah dan
didukung aspek ketersediaan pakan yang cukup. Namun permasalahannya kotoran ternak
belum dimanfaatkan secara optimal dalam menunjang usaha pertanian sehingga
menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan
penyuluhan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memanfaatkan potensi
limbah organik sebagai pupuk organik guna mendukung gerakan pertanian organik (genta pro organik) yang dicanangkan pemerintah.
4.2 Hasil Identifikasi Keadaan
Responden
Dari hasil survei di Kecamatan Sape kajian
penelitian Desa Boke jumlah responden 25
orang yang menjadi sampel untuk mengukur Pengetahuan petani tentang aspek teknis pemupukan organik kascing pada tanaman bawang
merah.
4.2.1 Tingkat Pendidikan Responden
Distribusi tingkat pendidikan responden dapat
dilihat pada Tabel 13 :
Tabel 13. Distribusi Tingkat Pendidikan
Responden
Pendidikan |
Jumlah Responden |
Pernsetase (%) |
SD |
8 |
32 |
SMP |
9 |
36 |
SMA |
8 |
32 |
PT |
0 |
0 |
Jumlah |
25 |
100 |
Sumber: Data diolah, 2023
Tabel 13 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada kategori pendidikan SD 32%, SMP 36 % dan SMA 32%. Jumlah responden
dengan tingkat kelulusan pada bangku SMP menggambarkan bahwa tingkat pendidikan
masih cenderung rendah. Tingkat pendidikan yang cenderung rendah sangat
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan
serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
yang diusahakan.
4.2.2 Lama Usahatani Responnden
Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung
mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta penyesuaian
kecakapan dengan situasi baru. Distribusi lama
usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 14 :
Tabel 14. Distribusi Lama Usahatani
Responden
Lama Usaha |
Interval |
Jumlah Responden |
Persentase (%) |
Baru |
10-23 |
10 |
40 |
Sedang |
24-36 |
8 |
32 |
Lama |
37-50 |
7 |
28 |
Jumlah |
|
25 |
100 |
Sumber: Data diolah, 2023
Tabel 14 menunjukkan
bahwa jumlah responden terbanyak pada kategori lama usaha 10 s/d 36 tahun
sebanyak 18 orang atau 72%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden sudah
berpengalaman dalam berusaha tani Bawang Merah.
4.2.3
Umur Responden
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal
yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Distribusi umur responden dapat dilihat pada Tabel 15 :
Tabel 15. Distribusi Umur Responden
No |
Umur (tahun) |
Jumlah (Orang) |
Presentasi (%) |
1 2 3 |
25-39 40-53 54-67 |
7 12 6 |
28 48 24 |
|
Jumlah |
25 |
100 |
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan
Tabel 15 menunjukkan bahwa responden memiliki
umur antara 25 s/d 67 tahun, namun berdasarkan kategori umur didominasi
umur antara umur 25 sampai dengan 53 tahun sebanyak 19 orang atau sebanyak
76%. Hal ini menunjukkan bahwa responden
memiliki usia produktif yang terbanyak sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan tentang pemupukan organik kascing pada tanaman
bawang merah.
4.2.4 Pemilikan Lahan
Luas pemilikan lahan akan berpengaruh terhadap
produksi dan pendapatan petani. Untuk mengetahui luas pemilikan lahan petani
responden dapat dilihat pada tabel 16 sebagai
berikut :
Tabel 16 Luas Pemilikan lahan
No |
Luas Pemlikan lahan |
Jumlah (Orang) |
Presentasi (%) |
1 2 3 |
0,06 s/d 0,21 (Kecil) 0,22 s/d 0,37 (sedang) 0,38 s/d 0,50 (Luas) |
16 6 3 |
64 24 12 |
|
Jumlah |
25 |
100 |
Sumber : data diolah 2023
Berdasarkan tabel 16
menunjukkan bahwa luas pemilikan lahan responden didominasi lahan kecil
sebanyak 64 % hal ini perpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani
bawang merah di Desa Boke Kecamatan Sape.
4.2.5 Hasil Survei Pengetahuan
Pelaksanaan kajian
bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden/sampel terhadap aspek
teknis pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sebelum penyuluhan dilakukan. Kajian yang
dilakukan pada tanggal 25 Januari 2023 dengan cara survei atau melakukan wawancara
secara tertutup pada 25 orang responden anggota kelompok tani So Wuwu dengan mangajukan daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Kajian terhadap pengetahuan responden diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20 pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 1 dan
salah nilainya 0, sehingga akan diperoleh interpretasi skor / nilai minimal 0
dan nilai maksimal 100. Dari interpretasi
skor minimal dan maksimal maka tingkat pengetahuan responden dapat dikategorikan seperti disajikan dalam Tabel 17:
Tabel 17 Kategori Pengetahuan Petani
No |
Kategori Penilaian |
Skor |
Jumlah
Responden |
Total
Skore |
Persentase % |
1 |
Rendah |
1-33 |
11 |
348 |
44 |
2 |
Sedang |
34-66 |
14 |
504 |
56 |
3 |
Tinggi |
67-100 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
25 |
852 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023.
Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan petani responden terhadap aspek teknis aplikasi pupuk organik kascing temasuk Pengetahuan rendah sebanyak 44 % dan sedang 56%. Rendahnya tingkat pengetahuan petani di Kelompoktani so Wuwu juga dipengaruhi oleh teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman
bawang merah merupakan teknologi baru. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan
tentang teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah.
4.3 Penerapan Kaji Terap
4.3.1
Pembuatan Organik Kascing
Teknologi atau
cara pembuatan pupuk organik kascing sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan
dengan menggunakan Demonstrasi cara yang dilaksanakan di kandang sapi milik
bapak Umar sebagai ketua kelompok tani so wuwu dengan kebutuhan 100 kg dengan
teknik pembuatan sebagai berikut :
1. Alat
dan bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan
penyuluhan pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang
merah dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Alat dan Bahan Kegiatan
Pembuatan Pupuk Organik Kascing
No |
Alat
dan bahan |
Volume/Unit |
Kegunaan |
1 |
Kotak ukuran 100cmx200cmx20cm |
1 unit |
Wadah pembuatan |
2 |
Pacul |
1 unit |
Pencampur bahan |
3 |
Karung |
4 unit |
Penyimpanan pupuk |
4 |
Ember |
2 unit |
Penyiraman bahan |
5 |
Parang |
1 unit |
Pencacah bahan |
6 |
Kotoran sapi |
100 kg |
Bahan pembuatan pupuk |
7 |
Batang pisang |
1 batang |
Sebagai pakan cacing |
8 |
Cacing |
5 kg |
Bahan pembuatan pupuk kascing |
2.
Teknik Pembuatan Pupuk Organik Kascing
Adapun tahapan
pembuatan pupuk kascing yang dilakukan sebagai berikut:
a.
Penyiapan alat dan bahan;
b.
Menyiapkan karung sebagai alas keranjang kayu;
c.
Memasukkan 5 kg cacing
pada keranjang dan media yang berupa tanah
secukupnya atau 10 kg;
d.
Menyimpan kotoran
sapi sebanyak 100 kg di bagian atas tumpukan
lalu diberi cincangan batang pisang dalam keranjang kayu sebagai sumber makanan cacing;
e.
Pemeliharaan dengan cara penyiraman 7 hari sekali.
Apabila kondisi media terlalu kering,
dilakukan pemberian air hanya dengan membasahi/menaburkan pada bagian
atas saja;
f.
Pemeliharaan lainnya
yaitu pemeriksaan secara berkala. Pemeriksaan media agar tidak terlalu kering atau basah dan menghindarkan
semut atau hewan yang dapat
menghambat pengomposan;
g.
Pemberian pakan pada cacing menggunakan kotoran
sapi dan hasil
cincangan batang pisang dilakukan 1 minggu
sekali, dengan melihat kondisi pakan dalam keranjang terlebih dahulu;
h.
Setelah 1 bulan, pupuk kascing siap di panen;
i.
Memisahkan kascing
dengan cacing yang di panen;
j.
Agar pupuk yang dihasilkan halus, maka dilakukan
penyaringan menggunakan
ayakan, guna memisahkan sisa daun kering atau benda lain dari pakan dengan pupuk kascing;
k.
Pupuk
dikemas dalam karung untuk memudahkan penyimpanan dan pupuk kascing
hasil budidaya siap digunakan.
3.
Hasil Pembuatan Pupuk Organik Kascing
Berdasarkan
hasil kaji terap pembuatan pupuk organik kascing bahwa untuk memperoduksi pupuk
organic kascing sebanyak 100 kg dengan jumlah cacing sebanyak 5 kg membutuhkan
waktu 20 hari. Karena kebutuhan pakan cacing adalah sebanyak berat badan
cacing.
4.3.2 Kaji Terap Pupuk Organik Kascing
Pada Tanaman Bawang Merah
Teknologi
aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sesuai dengan
pelaksanaan yang ditetapkan dengan
menggunakan kaji terap yang dilaksanakan di lahan milik bapak Umar sebagai
ketua kelompok tani so wuwu seluas 0.20 ha yang dilahan petani yang
menerapkan teknologi pemupukan organik kascing pada
tanaman bawang merah dan petani yang tidak menerapkan
teknologi pemupukan organic
kascing pada tanaman bawang merah. Kajian meliputi penerapan
teknologi pemupukan organic kascing
pada tanaman bawang merah dibanding cara pemupukan sesuai kebiasaan petani
sebagai kontrol. Penerapan pemupukan organic kascing pada tanaman bawang merah dan petani control masing-masing
dilakukan pada lahan seluas 0,10 ha.
1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan kegiatan kaji terap dapat dilihat
pada Tabel 19.
Tabel 19 Alat dan Bahan Kaji Terap Aplikasi Pupuk
Organik Kascing
No |
Alat dan bahan |
Volume/Unit |
Kegunaan |
1 |
Handtraktor |
1 unit |
Pengolahan tanah |
2 |
Pacul |
1 unit |
Pembuatan bedeng |
3 |
Handsprayer |
1 unit |
Aplikasi pestisida |
4 |
Terpal |
4 unit |
Pengeringan |
5 |
Benih |
200 kg |
Pencacah bahan |
6 |
Pupuk Kascing |
200 kg |
Pupuk |
7 |
Pupuk urea |
100 kg |
Pupuk |
8 |
Pupuk SP36 |
100 kg |
Pupuk |
9 |
Pupuk NPK Phonska |
40 kg |
Pupuk |
10 |
Herbisida |
1 ltr |
Pengendali gulma |
11 |
Insektisida |
2 ltr |
Pengendali hama |
12 |
Fungisida |
2 kg |
Pengendali penyakit |
13 |
PGPR |
2 ltr |
Pupuk cair |
2.
Kegiatan Kaji Terap
Langkah-langkah
meliputi kegiatan pengolahan tanah, aplikasi pemupukan organik kascing, penanaman, pemupukan, pengendalian
OPT, Panen dan pasca panen dengan urutan dan langkah kegiatan pada Tabel 20.
Tabel 20 Langkah Kaji Terap Aplikasi
Pupuk Kascing
No |
Kegiatan |
Teknis
Pelaksanaan |
1 |
Pengolahan
tanah |
Tanah
dibajak 2 kali lalu diratakan |
2 |
Pembuatan
bedeng |
Lebar 1
meter dibuat parit lebar 20cm dalam 20cm |
3 |
Aplikasi kascing |
Bersamaan
pembuatan bedeng |
3 |
Penanaman |
Jarak tanam
10cm x 15cm, ditanam rata dengan permukaan tanah |
4 |
Pemupukan |
Di sebar
merata umur 15 dan 30 hari |
5 |
Penyemprotan
POC |
Bersamaan
waktu pemupukan |
6 |
Penyemprotan
H/P |
Sesuai
kondisi serangan hama |
7 |
Panen |
Umur 60 Hst |
8 |
Pasca panen |
di jemur
selama 7 hari Di ikat masing-masing 5
kg |
4.3.3 Hasil
Kaji Terap Aplikasi Pupuk Organik Kascing
Hasil aplikasi pupuk organik Kascing pada
tanaman bawang merah menunjukkan perbedaan baik dari segi produksi maupun biaya
produksi dan keuntungan ekonomi.
Untuk
mengetahui produksi bawang merah dengan aplikasi pupuk organik kascing
dibanding yang tidak menggunakan pupuk organik kascing dapat dilihat pada Tabel
21:
Tabel 21. Keadaan Tanaman dan Produksi Hasil Kaji
Terap
No |
Keadaan
tanaman |
Aplikasi
Pupuk Kascing |
Tanpa Pupuk
Kascing |
1 |
Tinggi
Tanaman (cm) |
40 |
35 |
2 |
Jumlah
Populasi (Pohon/m²) |
64 |
75 |
3 |
Bobot Umbi
(gram ) |
34 |
27 |
4 |
Produksi
(ton/0.10 Ha) |
1,30 |
1,032 |
Sumber : data diolah 2023
Dari
Tabel 21
diatas menunjukkan perbedaan antara perlakuan kaji terap aplikasi pupuk organic kascing dibanding tanpa aplikasi pupuk organik kascing. Hal ini dipengaruhi
pupuk organik Kascing mengandung unsur hara yang
lengkap, baik unsur makro dan mikro. Menurut Aira dkk,
2006, pupuk organik kascing memiliki Komposisi
kimia
kascing
meliputi nitrogen
(N) 0,63%,
fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%, magnesium (Mg)
0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga
(Cu) 17,58%,
seng (Zn) 0,007%,
manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%, molybdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80
meg/100 mg, kapasitas menyimpan air 41,23%, dan asam
humus 13,88%, memperbaiki struktur perairan, mengubah aktivitas mikroorganisme tanah.
4.3.3 Analisa Ekonomi
1. Biaya Usahatani.
Biaya (cost) merupakan komponen penting yang harus di pertimbangkan dalam
penentuan harga jual suatu produk atas
jasa. Harga jual suatu produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah
semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (usaha tani Bawang Merah)
ditambah dengan keuntungan yang diinginkan.
Biaya produksi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan atau digunakan pada kegiatan
kaji terap aplikasi pupuk organik kascing mulai dari proses penyiapan benih
sampai panen. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya variabel (biaya
sarana produksi, biaya tenaga kerja) dan biaya tetap (Sewa tanah, pajak dan
sewa alat). Biaya Variabel merupakan biaya keseluruhan yang
dikeluarkan petani responden pada usaha tani Bawang Merah, yang besar kecilnya
berpengaruh langsung terhadap hasil produksi. Sedangkan biaya tetap merupakan
biaya yang tidak habis digunakan pada masa produksi dan tidak tergantung pada
besarnya produksi. Rekapitulasi analisa usahatani dapat
dilihat pada Tabel
22 :
Tabel 22.
Biaya Produksi Usahatani Bawang
Merah
Uraian |
Aplikasi Pupuk Kascing |
Tanpa Aplikasi
Kascing |
Penyusutan (Rp) |
1.225.300 |
1.225.300 |
Sarana Produksi (Rp) |
5.323.500 |
7.290.000 |
Tenaga Kerja (Rp) |
3.240.000 |
3.420.000 |
Total Biaya (Rp) |
9.788.800 |
11.935.300 |
Sumber : Data
diolah, 2023.
Tabel 22 menunjukkan bahwa biaya penyusutan alat, biaya sarana produksi dan
biaya tenaga kerja pada kaji terap aplikasi pupuk organik Kascing lebih rendah dibanding kontrol. Tingginya biaya usahatani pada Aplikasi Pupuk
organik Kascing disebabkan tingginya sarana produksi seperti bibit, pupuk dan
pestisida, sedangkan biaya tenaga kerja meliputi biaya penanaman dan biaya
panen.
2. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan
Usahatani Bawang Merah
Pendapatan Usaha tani merupakan
seilisih antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi atau pendapatan bersih yang diperoleh dari sisa pengurangan nilai
produksi dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pada usaha kegiatan
usaha taninya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23:
Tabel 23. Penerimaan, Biaya
Produksi dan Pendapatan
Uraian |
Aplikasi Pupuk
Kascing |
Tanpa Kascing |
Selisih |
|
Total Biaya (Rp) |
9.788.800 |
11.935.300 |
2.146.500 |
|
Produksi bawang kering daun
(Kg) |
1.300 |
1.032 |
268 |
|
Nilai Jual (Rp/Kg) |
22.000 |
20.000 |
2.000 |
|
Jumlah Penerimaan (Rp) |
28.600.000 |
20.640.300 |
7.960.700 |
|
Pendapatan (Rp) |
18.811.200 |
8.704.700 |
10.106.300 |
|
R/C |
2,92 |
1,73 |
1.19 |
Sumber : Data
diolah, 2023
Tabel 23 menunjukkan
bahwa rata – rata pendapatan yang
diperoleh petani kaji terap pada usahatani bawang merah aplikasi pupuk organik
kascing sebesar Rp. 28.600.000,- dengan R/C 2,92 dan pada kontrol sebesar Rp. 20.640.300,- dengan R/C 1,73, sehingga
terjadi selisih pendapatan Rp.7.959.700- dalam luasan 0,10 hektar. Tingginya
tingkat pendapatan petani yang menerapkan aplikasi pupuk organik kascing dipengaruhi
tingginya produksi yang mencapai 1.300 kg pada luas 0,10 Ha serta mutu yang dihasilkan lebih baik sehingga mempunyai nilai jual yang lebih
tinggi.
Menurut
Hadisapoetra (1973), pendapatan petani ditentukan fungsi modal, produksi, mutu
produksi dan nilai produksi yang diterima. Selain itu juga adanya kemajuan
petani Bawang Merah dalam mengelola usaha taninya dengan baik. Faktor pendukung
kemampuan pengolahan tersebut adalah pengetahuan dan keterampilan petani dalam
menerima dan menerapkan inovasi dan atau teknologi baru sehingga dapat
dikatakan pengetahuan dan keterampilan petani responden usahatani Bawang Merah
sangat baik meskipun belum mencapai sempurna.
RANCANGAN / DESAIN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN
5.1 Rancangan / Desain Penyuluhan
Rancangan
/ Desain Penyuluhan merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dipilih
dalam proses pelaksanaan penyuluhan yang didasarkan pada potensi sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia dan permasalahan yang dihadapi sasaran. Rancangan /
desain penyuluhan disusun untuk menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan
kepada sasaran.
5.1.1 Identifikasi Potensi Wilayah.
Identifikasi Potensi Wilayah
dilakukan untuk memperoleh data keadaan wilayah dan agroekosistem meliputi keadaan
fisik wilayah, keadaan sosial, keadaan ekonomi dan potensi pendukung yang diperoleh dari data
primer maupun data sekunder.
1. Tahapan Identifikasi Potensi Wilayah
· Identifikasi potensi wilayah
dilakukan dengan cara mengumpulkan data seluruh data potensi-potensi wilayah
dan agroekosistem yang berasal dari data monografi desa/ kecamatan/ BPP dan lain-lain.
· Identifikasi keadaan kandungan
organik tanah dan wawancara pemanfaatan limbah organik
· Merumuskan dan menetapkan potensi
wilayah dengan menggunakan analisa masalah dan penyebab masalah, penetapan
prioritas dan penetapan faktor penentu.
Hasil identifikasi menggambarkan
keadaan, prioritas masalah dan faktor penyebab masalah, faktor penentu,
kebutuhan penyesuaian masalah dalam bentuk rencana kebutuhan materi penyuluhan.
2. Hail Identifikasi Potensi
Wilayah
Hasil IPW menunjukkan bahwa Desa
Boke memilik luas wilayah 13,33 km²
terdiri dari tanah darat 143 hektar,
tanah tanah sawah irigasi 135 hektar, topografi yang berbukit dengan
ketinggian berkisar antara 90 s/d 175 meter dpl. Wilayah ini termasuk iklim
tropis Type E4 (menurut Smith dan Ferguson, 1951) dimana suhu udara
siang hari berkisar antara 30-330C dan suhu udara pada malam hari
19-200C dengan kelembaban udara rata-rata berkisar 51-81 % pada
musim kemarau rata-rata 62 sampai 97 % pada musim hujan.
Curah Hujan rata-rata Kecamatan
Sape selama lima tahun terakhir 119 mm dengan hari hujan 109 hari, curah hujan
terbanyak terjadi pada bulan
November, Desember, Januari, Pebruari, Maret setiap bulannya dengan
kalsifikasi 5 bulan basah dan 7 bulan kering kedalaman gambut hingga 1 meter dan asal pembentukan tanahnya
dari endapan abu vulkanik.
Tekstur tanah terdiri dari tanah lempung liat hingga lempung berpasir,
PH sangat bervariasi tergantung kondisi tanahnya. pada tanah kebun dan tanah
tegalan kisaran PH tanahnya antara 5 – 6, pada lahan sawah irigasi PH rata-rata
4. Keadalaman solum tanah berkisar 1,5 s/d 3 meter dengan kondisi drainase
kurang baik dan asal pembentukan tanahnya dari endapan abu vulkanik sedangkan
kandungan organik tanah hanya 1,2 % sementara tanah ideal adalah tanah yang
mengandung bahan organik sebesar 5 % hal ini disebabkan karena pola tanam yang
terus-menerus tanpa diberikan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk kompos
atau pupuk organik lainnya.
Komoditi unggulan di Desa Boke
adalah padi, jagung dan bawang merah dengan luas tanam padi 175 ha, jagung 40
Ha, dan bawang merah 78 ha, sedangkan komoditi ternak adalah sapi 137 ekor, kambing 186 ekor dan ayam 863 ekor. Dari
komoditi padi menghasilkan limbah organik berupa jerami 12 ton /ha, sekam 20 %
dari produksi gabah, komoditi jagung menghasilkan brangkasan jagung 50 ton/ha, ternak sapi kambing dan kerbau
menghasilkan feses yang cukup banyak namun belum dimanfaatkan secara optimal
untuk pembuatan pupuk organik.
Berdasarkan permasalahan tersebut
maka salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan limbah
organik seperti jerami, kotoran sapi dan kambing sebagai pupuk kascing.
5.1.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan Pembuatan dan
aplikasi pupuk organik kascing dilaksanakan di Poktan so Wuwu Desa Poke
Kecamatan Sape dengan jadwal sebagai berikut :
Tebel 24
Jadwal Kegiatan Penyuluhan Pemupukan Organik Kascing
No |
Hari
/ tanggal |
Kegiatan |
Lokasi |
1 |
Senen,
30 Januari 2023 |
Demonstrasi
Cara Pembuatan Pupuk Organik Kascing |
Kandang
Sapi Milik bapak Umar |
2 |
1
Pebruari s/d 30 Maret 2023 |
Kaji
Terap |
Lahan
Milik Bapak Umar Poktan so Wuwu |
3 |
30
Maret 2023 |
Temu
Lapang |
Saung
Poktan So Wuwu |
Pemilihan lokasi kegiatan
penyuluhan dengan pertimbangan bahwa untuk Demonstrasi pembuatan pupuk kandang
dilakukan di Kandang sapi karena bahan cukup tersedia, Kegiatan aplikasi pemupukan organik kascing
pada tanaman bawang merah dan temu lapang dilakukan di poktan So Wuwu karena
berada di tempat yang mudah dijangkau dan sering dilalui serta bersamaan dengan
kegiatan penanaman bawang merah
5.1.3
Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan pembuatan dan
aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang merah adalah petani di
Desa Boke Kecamatan Sape yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling ) dari 4 kelompoktani yang melakukan usahatani
bawang merah yaitu sebanyak 25 orang dan belum memiliki pengetahuan dan sikap
terhadap pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang
merah.
5.1.4 Menetapkan Tujuan Penyuluhan.
Tujuan
penyuluhan pada kegiatan penyuluhan agar 65 % petani mengetahui dan mau
menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada
tanaman bawang merah.
Penetapan tujuan penyuluhan
didasarkan pada hasil survei terhadap tingkat pengetahuan petani tentang
Pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani termasuk kategori rendah sebanyak
44 % dan kategori sedang sebanyak 56% sehingga tujuan penyuluhan ditetapkan
untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani dalam berusahatani bawang
merah agar terjadi peningkatan pendapatan
Soedarmanto, 2001, menyatakan bahwa Penyuluhan pertanian ditujukan untuk membantu
petani dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dengan cara-cara baru yang
terbukti lebih baik dari cara lama. Dapat dirumuskan secara jelas, singkat dan
mudah dipahami petani, sehingga petani sebagai sasaran utama dapat mengetahui
hasil akhir yang ingin dicapai. Secara khusus tujuan penyuluhan merupakan
peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motifasinya, meskipun ada
faktor yang sangat berpengaruh yang harus dihadapi dalam pencapaian tujuan ini
adalah faktor pendorong, faktor penghambat, dan faktor penggangu. .
Mardikanto (1991) menyatakan bahwa tujuan
penyuluhan pertanian adalah: (1) perubahan tingkat pengetahuan petani yang
lebih luas dan mendalam terutama mengenai ilmu-ilmu teknis pertanian dan ilmu
pengolahan lahan, (2) perubahan dalam kecakapan dan ketrampilan teknis yang
lebih baik dan kecakapan atau ketrampilan pengolahan usaha yang lebih efisien,
dan (3) perubahan sikap yang lebih progresif serta motivasi tindakan yang lebih
11 rasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian
mempunyai tujuan edukatif, baik yang bersifat edukatif sosiologis seperti
perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, maupun edukatif ekonomis berupa
kenaikan pendapatan dan keuntungan usahatani nya.
5.1.5 Menetapkan Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan yang ditetapkan
pada kegiatan penyuluhan adalah Pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing
pada tanaman bawang merah.
Penetapan materi penyuluhan
berdasarkan pertimbangan penetapan materi penyuluhan dimana pembuatan dan
aplikasi pupuk organik kascing pada
tanaman bawang merah menduduki prioritas utama dari pupuk organik lain seperti
pupuk kompos, pupuk kandang dan pupuk bokashi sedangkan berdasarkan hasil
survei menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani masih pada kategori randah
yaitu 44 % dan kategori sedang 56% sehingga meteri penyuluhan ditetapkan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompoktani dalam berusahatani
bawang merah agar terjadi peningkatan pendapatan.
Materi tersebut dipilih karena
secara teknis memiliki keunggulan komperatif dimana hasil kaji terap aplikasi
pupuk organik kascing dengan produksi 1,32 ton umbi kering dibanding tanpa
aplikasi pupuk organik kascing dengan produksi 1,03 ton umbi kering, sedangkan
berdasarkan analisis ekonomi lebih menguntungkan dengan rata – rata pendapatan
yang diperoleh dilahan kaji terap pada usahatani bawang merah aplikasi pupuk
organik kascing sebesar Rp. 28.600.000,- dengan R/C 2,92 dan pada kontrol sebesar Rp. 20.640.300,- dengan R/C 1,73 dan secara sosial sangat
dibutuhkan oleh petani di Desa Boke Kecamatan Sape karena adanya pembatasan alokasi pupuk
bersubsidi bagi beberapa komoditas seperti bawang merah serta menunjang program
gerakan pertanian pro organik (genta organik) yang dicanangkan pemerintah agar
menjamin kelestarian sumber daya pertanian dengan memanfaatkan potensi yang
ada.
Hal ini sesuai dengan amanat UU SP3K, 2006 Pasal 27
menyatakan bahwa (1)materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan
kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan
kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. (2)Materi
penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal
sosial serta ilmu pengetahuan, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan
pelestarian lingkungan, pendapat Soekartawi
(2008), bahwa materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran
atau petani dengan demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan
termotifasi untuk mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani
adalah tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi,
pendapatan dan tingkat kesejahteraannya
Roger (2003) menyatakan bahwa sifat-sifat inovasi akan
menentukan petani mengadopsi atau tidak
suatu inovasi, yaitu sifat keunggulan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan
dicoba, dan dapat dibedakan dengan yang lama. Sedangkan menurut
Schiffman dan Kanuk (2010), ada lima karakteristik produk/Inovasi tersebut yang
dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi antara lain: 1)
Keuntungan relatif (relative
advantages), 2) Kesesuaian (compability),
3).Kerumitan (Complexity),
4).Kemungkinan untuk dicoba (trialibility),
5).Mudah diamati (observability),
5.1.6 Menetapkan
Metode dan Teknik Penyuluhan
Metode penyuluhan yang ditetapkan
pada penyuluhan pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman
bawang merah adalah metode kaji terap yang dikombinasikan dengan metode temu
lapang dan ceramah sedangkan teknik penyuluhan dilakukan melalui pendekatan
kelompok.
Penetapan metode penyuluhan
berdasarkan kontektualisasi penetapan metode penyuluhan sebagai berikut :
1. Karakteristik sasaran
a) Umur sasaran .
Berdasarkan
tingkat umur rata-rata sasaran penyuluhan memiliki umur antara 25 s/d 60 tahun, namun berdasarkan kategori umur didominasi
umur 25 sampai dengan 53 tahun sebanyak 19 orang atau sebanyak 76%
b) Pendidikan
Berdasarkan
tingkat pendidikan bahwa petani sasaran terbanyak terdapat pada kategori pendidikan SD 32%, SMP 36 % dan SMA 32%. Jumlah petani sasaran
dengan tingkat pendidikan SMP menggambarkan bahwa tingkat pendidikan
masih cenderung rendah. Tingkat pendidikan yang cenderung rendah sangat
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, cara berpikir, penerimaan
serta penerapan inovasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
yang diusahakan.
c) Lama usaha
Berdasarkan hasil identifikasi menunjukkan bahwa jumlah sasaran
terbanyak pada kategori lama usaha 10 s/d 36 tahun sebanyak 18 orang atau 72%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman
usaha menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi
cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya diri yang timbal balik serta
penyesuaian kecakapan dengan situasi baru.
d) Luas lahan
Pemilikan
lahan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Luas pemilikan lahan petani sasaran didominasi lahan kecil sebanyak 64 % dengan luas antara 0,06 s/d 0,21 ha sehingga diperlukan teknologi yang
mampu meningkatkan produksi sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan.
e) Kondisi sosial ekonomi dan
lingkungan
Petani
sasaran khususnya di Kecamatan Sape merupakan etnis yang merupakan campuran
antara suku Bugis dan Makassar dengan penganut agama islam yang memiliki sifat
yang baik dan budaya gotong royong dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000 / bulan, sedangkan kondisi lingkungan fisik merupakan lahan tadah
hujan, lahan berbukit, tekstur tanah lempung, dengan kondisi jalan beraspal
yang mudah dilalui dengan semua jenis kendaraan sehingga memudahkan
transportasi baik barang dan hasil pertanian.
f) Program yang sedang berjalan.
Guna
mendukung program pemerintah yaitu gerakan pertanian pro organik (genta
organik) maka teknologi pupuk organik kascing merupakan salah satu teknologi
baru yang perlu diperlu disampaikan kepada petani sasaran.
Pemilihan metode kaji terap
karena teknologi pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing merupakan salah
satu teknologi baru yang perlu diuji cobakan sebelum disebarluaskan. Metode
temu lapang bertujuan untuk menyampaikan informasi hasil kaji terap yang
dilakukan oleh pelaksana kaji terap dan peneliti kepada petani sasaran pada
saat kegiatan panen dan pengambilan ubinan bawang merah yang diaplikasikan
dengan pupuk organik kascing sedangkan metode ceramah bertujuan agar memberikan
pemahaman secara mendalam tentang pengertian, jenis pupuk organik, keunggulan
serta cara pembuatan dan aplikasi pada tanaman bawang merah.
Wahyuti, 2013 menyatakan bahwa tujuan utama pemilihan
metode penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan
pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel, b) mendorong
sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bisa belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan
kreativitas sasaran bisa meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai
kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi teknologi
pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh dalam pelaksanaan
penyuluhan pertanian.
5.1.7 Penetapan Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang ditetapkan dalam rancangan penyuluhan adalah media brosur dan media sesungguhnya. Pemilihan media Brosur dan media sesungguhnya didasarkan pada analisis penetapan
dan pemilihan media penyuluhan dengan memperhatikan metode penyuluhan,
katrakteristik sasaran, tujuan penyuluhan, kondisi dan tingkat adopsi.
Media brosur untuk memberikan
penjelasan yang mendalam terhadap materi teknologi
pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang serta keuntungan
teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman
bawang
menambah daya tarik karena dilengkapi gambar-gambar serta analisa usahatani bawang merah. Alasan lain adalah bahwa walaupun petani
memiliki tingkat pendidikan yang rendah namun para petani memiliki kemampuan
dalam membaca dan menulis sehingga mempermudah dalam penerimaan materi yang
disampaikan.
Menurut Rustandi dan Warnaen 2019, Media merupakan saluran atau
perantara yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Tujuan penggunaan media
adalah untuk memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran,
perasaan, perhatian dan
kemampuan sasaran. Dengan demikian media berperan penting antara lain dalam memberikan pengalaman
yang kongkrit dan sesuai dengan tujuan penyuluhan. Kemampuan literasi visual
sangat penting dalam bidang pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, khususnya bagi
para guru, dosen, penyuluh, maupun pelatih/fasilitator lainnya karena dengan demikian mereka dapat lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi penyuluhan,
pelajaran/pelatihannya.
5.1.8 Frekwensi
Penyuluhan.
Frekuensi penyuluhan pertanian adalah berapa kali
penyuluhan pertanian dilaksanakan oleh Petugas Penyuluh Lapang dalam suatu
periode waktu tertentu (Mawardi,2004).
Frekwensi penyuluhan yang
dilakukan pada penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing
pada tanaman bawang merah adalah sebanyak 3 (tiga) kali, hal ini dilakukan agar
memberikan pemahaman secara mendalam sehingga terjadi perubahan pengetahuan dan
sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman
bawang merah.
5.1.9 Penyuluh
Pertanian
Penyuluh sebagai change
agent sebenarnya memiliki tugas ganda yakni untuk menyampaikan informasi
dan sekaligus berupaya untuk mengubah perilaku masyarakat sasarannya. (Lionberger dan Gwin dalam Mardikanto,1988).
Penyuluh yang melakukan kegiatan
Penyuluh pertanian tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada
tanaman bawang merah adalah Penyuluh Pertanian Desa Boke Kecamatan Sape.
5.2 Pelaksanaan Penyuluhan
Pelaksanaan
penyuluhan merupakan tahap kedua setelah perencanaan penyuluhan. Pelaksanaan
penyuluhan harus disesuaikan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai
yaitu terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap pembuatan dan
aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Dalam pelaksanaan
penyuluhan terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain :
1.2.1
Persiapan
1. Koordinasi Lokasi Kegiatan
Berdasarkan hasil koordinasi dengan anggota
kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape pelaksanaan penyuluhan tentang Demonstrasi pembuatan pupuk organik kascing dilaksanakan di Kandang Ternak sapi
meilik bapak Umar dengan pertimbangan bahwa alat dan bahan cukup tersdia dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah dilaksanakan di So wuwu dengan pertimbangan bahwa di
kelompoktani So Wuwu berada dekat dengan jalan yang sering dilalui sehingga
petani lain dapat melihat hasil kaji terap.
2. Persiapan
penyusunan LPM dan perbanyakan media penyuluhan brosur.
3.
Langkah Langkah Pelaksanaan Penyuluhan
Langkah-langkah
pelaksanaan penyuluhan tentang teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan
organik kascing pada tanaman bawang merah berdasarkan Lembar persiapan menyuluh
(LPM) sebagai berikut :
a. Pembukaan oleh Ketua kelompok
Dalam sambutannya ketua kelompok
menyampaikan topik dan tujuan kegiatan
penyuluhan serta tata urutan kegiatan, dilanjutkan pembagian Post test kepada
peserta.
b. Penyampaian Materi Penyuluhan
oleh penyuluh. / Peneliti.
Pada kegiatan penyuluhan penyuluh
membagikan brosur untuk dibaca oleh peserta. Penyuluh sebagai komunikator dan
edukator memberikan penyuluhan dengan metode ceramah menjelaskan Pengertian
dan prinsip.keunggulan dan kelemahan pupuk organik kascing, cara pembuatan pupuk organik
kascing. Benih, Pengolahan tanah, teknik aplikasi
pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah, jarak tanam,
pengairan, pemupukan, pengendalian OPT, Panen dan pasca panen analisa ekonomi usaha budidaya bawang merah dengan aplikasi pupuk
organik kascing.
c. Berbagi pengalaman oleh Petani
pelaksana kaji terap.
Pelaksana kaji terap menyampaikan
bahwa dengan pupuk kascing dapat memperbaiki tekstur tanah, memperbaiki
kualitas produksi dan mengurangi penggunaan pupuk urea dan produksinya lebih
tinggi dibandingkan tanpa penggunaan pupuk kascing. Dengan penggunaan pupuk
kascing juga mengurangi serangan penyakit karena memperbaiki drainase.
d. Tanya jawab.
Salah satu peserta temu lapang
diberikan kesempatan untuk bertanya kepada 2 oarang peserta yaitu bapak
Asikin mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik menyebabkan pertumbuhan rumput
sangat cepat sehingga menambah biaya penyiangan dan herbisida. Sedangkan bapak
Alwi mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik membutuhkan pupuk organik yang
banyak sehingga menambah biaya transportasi dan biaya tenaga kerja.
Petani pelaksana menjelaskan bahwa pada penggunaan pupuk organik kascing
tidak ada pertumbuhan rumput yang begitu tinggi, sedangkan penyuluh / peneliti
menjelaskan bahwa penggunaan pupuk kascing berbeda dengan pupuk organik lain.
Karena proses pembuatan yang relatif cepat biasanya pupuk yang belum matang
biji gulma belum mati sehingga pertumbuhan gulma sangat tinggi. Sedangkan
tujuan utama penggunaan pupuk organik kascing untuk menambah bahan organik
tanah dan mengatasi kencala kelangkaan pupuk.
e. Penutup dan
menyimpulkan
5.3 Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi
merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui sejauhmana tujuan penyuluhan tercapai dan untuk melakukan
perbaikan terhadap perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan. Evaluasi yang
dilakukan pada kegiatan penyuluhan yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan
dan sikap petani tentang pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada
tanaman bawang merah.
5.3.1 Evaluasi Pengetahuan
Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui tingkat
pengetahuan sasaran
penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pupuk
organik kascing pada tanaman bawang merah. Evaluasi dilakukan dengan cara
membagikan kuisioner evaluasi pengetahuan kepada 25 orang sasaran penyuluhan pada kegiatan
temu lapang.
Evaluasi terhadap pengetahuan sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 20 pertanyaan. Setiap soal jawaban yang benar nilainya 5 dan salah nilainya 1, sehingga akan diperoleh
interpretasi skor / nilai minimal 1 dan nilai maksimal 100. Dari interpretasi skor minimal dan maksimal maka
tingkat pengetahuan sasaran dapat dikategorikan
seperti
disajikan dalam Tabel 25:
Tabel 25 Kategori Pengetahuan Petani
Berdasarkan Rentang Skor
No |
Kategori
Penilaian |
Skor |
Jumlah Responden |
Total Skore |
Persentase % |
1 |
Rendah |
1-33 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Sedang |
34-66 |
5 |
316 |
20 |
3 |
Tinggi |
67-100 |
20 |
1504 |
80 |
Jumlah |
|
25 |
1820 |
100 |
Sumber
: Data diolah, 2023
Tabel 25 menunjukkan bahwa
hasil evaluasi pengetahuan petani terhadap pemupuk organik kascing pada tanaman bawang merah setelah dilakukan penyuluhan dimana terdapat 20 orang responden atau
80 % termasuk kategori pengetahuan tinggi. Peningkatan pengetahuan petani
sasaran dipengaruhi oleh pelaksanaan penyuluhan yang
dilakukan dengan penerapan metode dan media yang sesuai dengan kondisi wilayah
dan agroekosistem serta kemampuan penyuluh dalam komunikasi penyuluhan. Hal ini
sesuai pendapat Nurhayati (2011),
penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya
didorong oleh perasaan dari dalam
dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan. Kemampuan berkomunikasi penyuluh berhasil dengan baik karena
didukung dengan pendekatan kepada petani
jauh sebelum penyuluh menjadi pemandu lapang SL PTT padi.
Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi
teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani
diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono,
D (2008) dalam Astuti dan
Honorita (2012), menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam
pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu
sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus
mampu mengembangkan teknik - teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk
menggugah kesadaran masyarakat. Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian
yang penting dalam proses adopsi inovasi.
Diharapkan pengembangan berbagai inovasi teknologi yang terkait dengan aplikasi pupuk
organik kascing pada tanaman bawang
merah dapat berkembang
sebagaimana yang diharapkan.
5.3.2 Evaluasi Sikap
Evaluasi terhadap sikap sasaran diukur dengan cara mengajukan sebanyak 10 pernyataan. Evaluasi sikap yang dilakukan menggunakan skala
likert (Azwar (2013), Pengambilan kesimpulan didasarkan pada
nilai skor T, jika total skor responden lebih kecil dari 50 maka responden
tersebut memiliki sikap negative (unfavorable)
dan jika sokre responden lebih besar atau sama dengan 50 maka responden memiliki sikap positif
terhadap pembuatan
dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah.
Tabel 26 Kategori Sikap Petani terhadap
Pupuk Organik kascing
No |
Sikap |
T.Skore |
Jumlah
Responden |
Total
Skore |
Persentase % |
1 |
Negatif |
T< 50 |
8 |
387 |
32 |
2 |
Positif |
T>50 |
17 |
873 |
68 |
Jumlah |
|
25 |
1260 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023
Dari data tersebut
menunjukkan bahwa petani sasaran sebanyak 17 orang atau 68% memiliki sikap positif terhadap teknologi aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sedangkan sebanyak 8 orang peserta 32% yang memiliki sikap negative terhadap teknologi pemupukan organik kascing pada tanaman
bawang merah.
Tingginya sikap
positif petani sasaran tidak terlepas dari beberapa komponen pembentuk sikap
yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif, terbentuknya sikap tersebut
sangat dipengaruhi stimulus yang diberikan melalui penyuluhan yang terus
menerus dan berkelanjutan melalui metode pendekatan kelompok maupun perorangan.
Syafruddin, dkk
(2006) dalam Astuti dan
Honorita (2012), menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan
berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada
individu akan membentuk kepribadian dan orientasi
perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat
jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari
pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan
bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan
dengan tanpa didasari pengetahuan.
5.4. Evaluasi Desain Penyuluhan.
5.4.1 Evaluasi
Kesesuaian Materi Penyuluhan Pertanian
Materi penyuluhan yang
disampaikan pada kegiatan penyuluhan pertanian di Kelompoktani So Wuwu Desa Boke Kecamatan Sape adalah aplikasi pupuk organik
kascing pada tanaman bawang merah, materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan petani
dan dapat memecahkan masalah petani. UU
SP3K, 2006 Pasal 1 dan Pasal 2, menyatakan bahwa materi penyuluhan dibuat
berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan
memperhatikan kemanfaatan dan kelestariaan sumber daya pertanian, perikanan dan
kehutanan. Materi penyuluhan berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan
peningkatan modal sosial serta ilmu pengetahuan.
Untuk mengetahui kesesuaian
materi dengan kebutuhan sasaran dan tujuan penyuluhan maka dapat dilihat pada
Tabel 27 :
Tabel 27 Kesesuaian Materi Dengan Tujuan
Penyuluhan
No |
Kategori |
Bobot |
Responden |
Total skore |
Persentase (%) |
1 |
Sangat sesuai |
100-125 |
25 |
111 |
100 |
2 |
Sesuai |
75-100 |
0 |
0 |
0 |
3 |
Kurang Sesuai |
50-75 |
0 |
0 |
0 |
4 |
Tidak sesuai |
25-50 |
0 |
0 |
0 |
|
Jumlah |
|
25 |
111 |
100 |
Sumber : Data
diolah, 2023.
Dari tabel 27 diatas menunjukkan bahwa total skore dari 25
responden adalah 111 sehingga
materi penyuluhan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah sangat sesuai
dengan kebutuhan sasaran dan tujuan penyuluhan, hal ini sesuai dengan pendapat
Soekartawi (2008), mengatakan bahwa
materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran atau petani dengan
demikian petani akan tertarik perhatiannya dan akan termotifasi untuk
mempraktikkannya. Materi yang menarik perhatian para petani adalah tentunya
segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan
tingkat kesejahteraannya
Selain
itu diharapkan materi yang disampaikan dapat memecahkan masalah petani pada
saat itu, untuk mengetahui kesesuaian materi dengan masalah yang dihadapi dapat
dilihat pada tabel 28
:
Tabel 28. Kesesuaian Materi dengan Masalah yang dihadapi
No |
Kategori |
Bobot |
Responden |
Total skore |
Persentase
(%) |
1 |
Sangat sesuai |
100-125 |
25 |
105 |
100 |
2 |
Sesuai |
75-100 |
0 |
0 |
0 |
3 |
Kurang Sesuai |
50-75 |
0 |
0 |
0 |
4 |
Tidak sesuai |
25-50 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
25 |
105 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023.
Tabel
28 menunjukkan bahwa
materi penyuluhan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau sangat
sesuai dengan total skore 105, hal ini sesuai pendapat Mardikanto (2009), bahwa materi penyuluhan pertanian adalah pesan – pesan
yang ingin disampaikan dalam komunikasi pembangunan, pesan yang diberikan
kepada petani dan dapat memecahkan masalah pokok penyuluhan pertanian yang
mana: (1). Secara teknis dapat diterima
oleh petani, (2). Secara ekonomis dapat
dipertanggungjawabkan, dan (3). Diinginkan
secara sosiologi oleh masyarakat.
5.4.2 Kesesuaian
Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan yang
digunakan pada pelaksanaan penyuluhan tentang pembuatan dan aplikasi pupuk
organik kascing pada tanaman bawang merah adalah menggunakan kombinasi metode Demonstrasi
cara, kaji terap dan Temu lapang
Metode Kaji terap adalah uji coba teknologi
baru sebelum disebarluaskan, Metode demonstrasi adalah menunjukkan suatu cara
atau pembuktian suatu hasil usaha tani yang lebih baik secara bertahap
sedangkan metode Temu lapang adalah pertemuan antara peneliti atau pelaksana
uji coba dengan petani lain untuk menyampaikan hasil teknologi baru.
Untuk mengetahui kesesuaian metode dengan
tujuan penyuluhan dapat dilihat pada tabel 29:
Tabel 29. Kesesuaian Metode Dengan Tujuan
Penyuluhan
No |
Kriteria |
Bobot |
Responden |
Persentase % |
1 |
Sangat Sesuai |
32-40 |
7 |
28 |
2 |
Sesuai |
24-32 |
18 |
72 |
3 |
Kurang Sesuai |
16-24 |
0 |
0 |
4 |
Tidak sesuai |
8-16 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
25 |
100 |
Sumber : Data
diolah, 2023.
Tabel 29 menunjukkan bahwa 7 responden atau 28 % menyatakan bahwa metode yang digunakan sangat sesuai dan 18 responden atau 72 %
menyatakan sesuai dengan tujuan
penyuluhan, hal ini sesuai dengan
pendapat Wahyuti, 2013 yang menyatakan bahwa tujuan utama pemilihan metode
penyuluhan pertanian antara lain untuk a) tercapainya tujuan penyuluhan
pembangunan pertanian secara efektif, efisien dan akuntabel, b) mendorong
sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) agar bisa belajar menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses sumber daya, teknologi, pasar maupun modal, c) mengembangkan
kreativitas sasaran bisa meningkatkan produktivitas usahanya guna mencapai
kesejahteraannya sendiri, d) mempercepat proses adopsi inovasi teknologi
pertanian, e) mempermudah penyampaian materi oleh penyuluh dalam pelaksanaan
penyuluhan pertanian.
5.4.3 Kesesuaian
Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang
merah adalah brosur, peta singkap dan benda sesungguhnya yaitu lahan usahatani serta seperti pupuk kascing dan tanaman bawang merah
yang dipanen.
Untuk mengetahui kesesuain media penyuluhan
dengan tujuan penyuluhan dapat dapat dilihat pada tabel 30 :
Tabel 30 Kesesuaian Media Penyuluhan.
No |
Kriteria |
Bobot |
Responden |
Persentase % |
1 |
Sangat Sesuai |
20-25 |
7 |
28 |
2 |
Sesuai |
15-19 |
13 |
52 |
3 |
Kurang Sesuai |
10-14 |
5 |
20 |
4 |
Tidak sesuai |
5-9 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
25 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2023.
Dari tabel 30 diatas
menunjukkan bahwa media penyuluhan yang digunakan sesuai dengan keadaan sasaran
dan tujuan penyuluhan, hal ini ditunjukkan dengan 7 responden (28%)
menyatakan sangat sesuai, 13 responden (52%) menyatakan sesuai dan 5
responden (20%) menyatakan tidak
sesuai.
Menurut
Wahyuti (2007), Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan media, antara lain: (a) tujuan perubahan yang akan dicapai oleh
sasaran, (b) karakteristik sasaran/peserta didik, (c) strategi komunikasi, (d)
isi pesan, (e) biaya dan karakteristik wilayah.
5.4.4 Kesesuaian Pelaksanaan Penyuluhan
Aspek yang dinilai dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian meliputi
kemampuan penyuluh dalam penyampaian materi, penguasaan materi, penampilan
serta kemampuan penyuluh dalam menjawab pertanyaan peserta pada kegiatan
penyuluhan. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan penyuluhan pada tabel 31.
Tabel 31
Kesesuaian Pelaksanaan Penyuluhan
No |
Kriteria |
Bobot |
Responden |
Persentase % |
1 |
Sangat Sesuai |
18-23 |
6 |
36 |
2 |
Sesuai |
12-17 |
19 |
64 |
3 |
Kurang Sesuai |
6-11 |
0 |
0 |
4 |
Tidak sesuai |
1-5 |
0 |
0 |
Jumlah |
|
25 |
100 |
Tabel 31 menunjukkan sebanyak 36%
responden menyatakan pelaksanaan penyuluhan sangat sesuai sedangkan 64 %
responden menyatakan sesuai dimana penyuluh pertanian memiliki kemampuan
menyampaikan materi, menguasai materi dan mampu memberikan jawaban atas
pertanyaan peserta. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati,
(2011)
Penyuluh yang terampil dalam berkomunikasi tidak akan
mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya didorong oleh perasaan dari
dalam dirinya untuk mengabdi ditempat manapun ditugaskan. Kemampuan
berkomunikasi penyuluh menjadi pemandu lapangan SL PTT padi.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan
tujuan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Rancangan / desain penyuluhan disusun untuk
menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan kepada sasaran berdasarkan hasil
Identifikasi Potensi Wilayah, Aplikasi pemupukan organik kascing
pada tanaman bawang merah dan temu lapang dilakukan di poktan So Wuwu karena
berada di tempat yang sering dilalui. Sasaran penyuluhan adalah petani bawang merah di Desa Boke sebanyak
25 orang dan belum memiliki pengetahuan dan sikap terhadap pembuatan dan
aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Tujuan penyuluhan adalah agar 65 % petani
mengetahui dan mau menerapkan teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik
kascing pada tanaman bawang. Materi penyuluhan adalah Pembuatan dan
aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Metode penyuluhan
adalah metode kaji terap yang dikombinasikan dengan metode temu lapang dan
ceramah sedangkan teknik penyuluhan dilakukan melalui pendekatan kelompok. Media penyuluhan dalam rancangan penyuluhan adalah media brosur dan media sesungguhnya.
2
Pelaksanaan penyuluhan merupakan tahap kedua
setelah perencanaan penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan disesuaikan perencanaan materi hasil evaluasi kaji terap
karena secara teknis materi penyuluhan memiliki keunggulan komperatif, secara
ekonomi menguntungkan, secara sosial tidak bertentangan dengan norma yang
berlaku dan memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan yaitu
terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sasaran terhadap pembuatan dan
aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah. Meliputi persiapan
dengan melakukan koordinasi baik dengan anggota kelompok maupun pihak lain
tantang lokasi dan jadwal kegiatan, Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan tentang
teknologi pembuatan dan aplikasi pemupukan organik kascing pada tanaman bawang
merah berdasarkan Lembar persiapan menyuluh (LPM) meliputi Pembukaan oleh Ketua kelompok, Penyampaian Materi Penyuluhan
oleh penyuluh / peneliti. Berbagi pengalaman oleh Petani pelaksana kaji terap.
Melakukan Tanya jawab, Penutup
dan menyimpulkan
3
Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan
pengetahuan 20 % katergori pengetahuan sedang dan 80% kategori pengetahuan
tinggi sedangkan hasil evaluasi sikap menunjukkan 68% petani
memiliki sikap positif dan 32 % petani yang memiliki sikap negatif terhadap
pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang merah.
Berdasarkan hasil evaluasi desain penyuluhan bahwa materi penyuluhan sangat
sesuai dengan tujuan dan pemecahan masalah, sedangkan metode dan media berada
pada kategori sesuai.
4.2. Saran
1.
Kiranya
teknologi pembuatan dan aplikasi pupuk organik kascing pada tanaman bawang
merah dapat dijadikan informasi bagi petani dalam kegiatan usahataninya untuk mencari alternatif pengganti pupuk kimia
yang sedang langka, serta bisa menjadi peluang
agribisnis untuk dapat
dikembangkan
2.
Kepada
para penyuluh dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dalam menyusun programa penyuluhan pertanian lebih mengarah pada
pengembangan pertanian organik.
3.
Kepada
pemerintah kiranya dapat melakukan pengembangan gerakan pertanian yang lebih
luas melalui stimulus baik melalui bantuan sarana prasaran benih pupuk dan
pelatihan maupun demonstrasi farmer dan demonstrasi area sehingga dapat
mensukseskan gerakan pertanian organik
DAFTAR PUSTAKA
Abri1,
Aylee CAS,, Sanusi.
2021. Penerapan Teknologi
Vermicomposting Dalam
Pengelolaan Limbah Pertanian Di Desa Massila
Kabupaten Bone Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 644-653, September - Desember
2021
Ahmadi, 2009.
Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta
Arikunto, 2006.
Metodologi Penelitian. Bina Aksara,
Yogyakarta.
Arsyad, 2003. Petunjuk Penyuluhan Pertanian (dalam teori dan Praktik) Usaha Nasional. Bhinekha, Surabaya.
Azwar, 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
2011. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
BPP Sape,
2021. Laporan Demplot Bawang merah. BPP Sape Kabupaten Bima
BPP Sape, 2022, Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sape
Tahun 2023.
BPS, 2011. Kabupaten Bima Dalam Angka
Tahun 2021.
Elvan, 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap
Pemilihan Metode
Kontrasepsi Implan. (File: htpp//elvanamdkep.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html diakses pada tanggal16 maret 2014)
Erwin, 2012.
Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level Supervisor.
Kartasapoetra A.G, 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Mahmudah, 2010.
Psikologi Sosial. UIN Maliki Press. Malang
Maisura, Ainol Mardhiah, Nur Hafni, 2019. Pemberdayaan
Masyarakat
Kelompok Tani melalui Teknologi Pembuatan Pupuk Kascing.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 1, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2685-113x
pISSN 2685-0303 114
Mardikanto
T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas
Maret University Press,
Surakarta
,2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press Surakarta.
Munandar, 2003. Pengembangan SDM Pertanian untuk Pembangunan Pertanian
Sistem
dan Usaha
Agribisnis dalam Era
Otonomi Daerah. Jakarta
Nazir M, 2008. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metoda Penyuluhan Pertanian.
Permentan No 10 Tahun2022 tentang Alokasi Pupuk bersubsidi Tahun 2022
Salikin A.K, 2003.
SistemPertanian Berkelanjutan, Penerbit Kanisius Yogyakarta
Setiana, 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Gahlia Indonesia.
Bogor.
Samsudin, 1989.
Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian dan Modernsiasi Pertanian. Penerbit: Bina Cipta.
Bandung
Silalahi U, 2012.
Metode Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama,
Bandung. Soedarmanto, 1992. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang
Soekartawi,
2008. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara,. Jakarta.
Soekanto
S, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..Alfabeta. Bandung.
UU RI No.16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan.Yayasan pengembangan Sinar
Tani,
Jakarta
Walgito B, 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Andi offset, Yogyakarta.
Wirartha I. M, 2005. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit: Andi.Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar