BUDIDAYA BAWANG MERAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur Patu kita panjatkan kehadirat Tuhan
yang Maha Kuasa, karena berkat kekuatan yag diberikan kepada kami sehingga
penulisan brosur yang berjudul Budidaya tanaman Bawang Merah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana.
Semoga tulisan ini dapat membantu petani dan
masyarakat Pertanian dalam memecahkan masalah dalam usaha tani bawang merah.
Pada kesempatan ini kami tak lupa menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membatu sehingga
penulisan brosur ini.
Dalam penulisan brosur ini tenyu masih banyak
kekurangan-keurangannya, oleh karena demikian saran dan masukan sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penulisan ini.
Malang, Januari 2013.
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
2. Morfologi Taaman Bawang Merah
3. Syarat
Tumbuh Bawang Merah
4. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah :
4.1.
Bibit
4.2.
Mutu bibit
4.3.
Lama penyimpanan bibit bawang merah
4.4.
Penggunaan Pupuk
4.5.
Pengendalian organisme Pengganggu Tanaman
.
II. BUDIDAYA BAWANG MERAH
1. Pola Tanam
2. Pemilihan
BibitPengolahan Tanah.
a. Pemanfaatan
lahan berat (struktur liat)
b. Pemanfaatan
lahan ringan (struktur berpasir)
3. Penanaman
a.
Pembuatan lubang tanam
b.
Pembenaman
c.
Perlakuan bibit.
4. Pemupukan
5. Perawatan
a.
Penyiangan
b. Pendangiran
c.
Pengairan
III. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN
A. Hama
Penting Pada Tanaman Bawang Merah
1. Ulat Bawang (Spodoptera exigua
atau S. litura)
2. Ulat tanah
3. Thrips
4.. Pengorok
daun (Liriomyza, Spp)
B..Penyakit
Penting Pada Tanaman Bawang Merah.
1. Layu ( Jamur Fusarium oxysporum)
2. Trotol
atau bercak ungu (Jamur Altemaria porii)
3.Antraknose
atau otomatis (Jamur Collectotricum gloesporiodes)
4.Virus
5. Busuk umbi
C. Musuh
Alami Hama Bawang Merah
IV, PANEN
1.. Teknologi pengeringan Penyimpanan Bawang Merah
2. Instore drying (Bangunan pengering)
3..Prosessing benih.
4..Lama Penyimpanan Umbi Bibit Bawang Merah
DAFTAR
PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Bawang
merah adalah merupakan sayuran penting di Indonesia, selain untuk bumbu masak,
bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat-obatan. Dengan
banyaknya penggunaan bawang merah menjadikan bawang pasar bawang merah sangat
terbuka luas, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Kecamatan Belo merupakan salah satu
sentra Pengembangan usaha tani Bawang Merah di Kabupaten Bima karena didukung
oleh iklim yang kering, angin sepoi-sepoi dan ketersedian sumber air tanah yang
cukup.
Penanaman Bawang Merah di Kecamatan Belo setiap tahun
mulai dilakukan menjelang berakhir musim hujan atau setelah panen padi ( April)
yang berlangsung 2 kali berturut –turut selama musim kering. Luas penanaman
setiap tahun 1041 hektar dengan Produktivitas rata- rata antara 15 Ton /hektar.
Rata-rata
produksi bawang merah ini masih tergolong rendah, jika dibandingkan dengan potensi
hasil, sebagai contoh produksi rata-rata bawang merah ex. Philipina sedangkan
potesi hasil adalah 20 ton/ha – 25 ton/ha. Oleh karena itu berbaikan sistim
budidaya adalah sangatlah penting.
2. Morfologi Tanaman
Bawang Merah
Morfologi
bawang merah adalah : tanaman berakar serabut, berbatang sejati dengan bentuk pipih dan
batang semu dengan bentuk pelepah daun, daun berbentuk bulat berlubang dan
umbi berwarna merah. Tanaman bawang merah adalah merupakan salah
satu tanaman sayuran berumur pendek, dan dapat hidup didataran rendah
dengan ketinggian 10 s/d 250 dpl, namun demikian tanaman bawang merah dapat
diusahakan pada dataran tinggi dengan ketinggian 800 s/d 1.200 dpl.
Dengan
morfologi diatas tanaman bawang merah tergolong tanaman yang rentan
terhadap hama dan penyakit, dan mempunyai karakter peka terhadap
hama dan penyakit. Sehingga keberhasilan petani dalam budidaya bawang merah
adalah tergantung pada produksi dan harga produk. Dengan perilaku harga yang
sangat fluktuatif serta daya simpan yang pendek, maka perlu
dilakukan pengamatan produktifitas serta permintaan pasar yang tepat.
Secara
umum produksi bawang merah dipengaruhi : bibit yang unggul dan
berkualiatas, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian
hama dan penyakit, pemeliharaan dan penanganan pasca panen. Agar diperoleh
produksi yang tinggi, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dalam
berbudidaya bawang merah, sehingga diperoleh bawang merah yang bermutu baik.
3.
Syarat Tumbuh Bawang Merah
Beberapa syarat tumbuh bawang merah :
1.
Tanah lempung berpasir atau berdebu , tanah alluvial atau latosol berpasir dengan
struktur bergumpal.
2. Tanah banyak mengandung bahan
organik dan subur.
3. Drainase baik dan PH tanah netral antara 5,5
s/d 6,5
4. Suhu udara baik antara 25oC
– 32oC, kelembapan rendah, hari panjang (lama penyinaran >12
jam)
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah :
4.1. Bibit
Terdapat
beberapa macam varietas bawang merah diantaranya adalah : Thailand, Philip dan
bauji, berikut beberapa karakter masing-masing varietas ;
No
|
Varietas
|
Anakan
|
Besar
umbi
|
Ketahanan
OPT
|
Curah
hujan
|
Daya
simpan
|
Produksi
ton/ha
|
1.
|
Philips
|
20 umbi
|
+ - 5 cm
|
-
|
Kurang
tahan
|
6
bulan
|
25
|
2.
|
Thailand
|
25 umbi
|
+ - 5 cm
|
Agak
tahan
|
Agak
tahan
|
6 bulan
|
20 ton/ha
|
3.
|
Bauji
|
10 umbi
|
+ - 5 cm
|
Agak
tahan
|
Cukup
tahan
|
3 bulan
|
10
ton/ha
|
4.2.
Mutu bibit
Bibit
yang bermutu adalah bibit yang seragam, murni dan sehat, berikut cirri-ciri
bibit yang baik :
a.
Masa dormanse yang tepat
b.
Bila ditekan terasa keras/tidak gembos
c.
Bakal tunas tidak rusak
d.
Batang sejati tidak rusak
e.
Tidak terserang penyakit
f.
Tidak membawa penyakit
g.
Berasal dari tanaman sehat
h.
Pertumbuhan serempak.
4.3. Lama penyimpanan bibit bawang merah
Lama
penyimpanan bibit bawang merah adalah waktu yang diperlukan untuk menyimpan
benih sampai bibit siap tanam atau masa dormanse,menurut Wibowo (1987), bibit
bawang merah yang baik adalah pada penyimpanan 4 – 8 bulan dan jika sudah
dicirikan : bila bibit dibelah sudah tumbuh tunah yang berwarna hijau yang
panjangnya setengah panjang umbi.
4.4. Penggunaan Pupuk
Penggunaan
pupuk pada tanaman adalah sebagai upaya penambahan unsure hara tanah/bahan
makanan bagi tanaman, sehingga tanaman terpenuhi kebutuhan makannya dan pada
akhirnya dapat berproduksi maksimal. Terdapat beberapa macam pupuk
diantaranya adalah : pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk hayati.
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang berasal dari sintesa kimiawi yang pada umumnya
merupakan pupuk tunggal, contoh Urea, ZA, Superphost, KCl dll
Pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik, baik limbah ternak
maupun limbah pertanian. Keuntungan penggunaan pupuk organik adalah dapat
penambah unsure hara, kandungan unsure hara lebih lengkap (hara makro dan
mikro), dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah/tanah menjadi gembur dan
meningkatkan daya ikat air
Pupuk
hayati adalah merupakan pemanfaatan bikroba yang bermanfaat bagi tanaman,
dengan penggunaan mikroba tersebut akan dapat membantu tanaman dalam menyerap
unsure hara yang berasal dari tanah dan udara serta akan menetralisir sisa
metabolisme akar, sehingga tanaman menjadi lebih sehat dan pertumbuhan menjadi
optimal (contoh adalah penggunaan PGPR)
4.5. Pengendalian organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)
Hama dan
penyakit adalah sangat berperan dalam keberhasilan budidaya bawang merah,
dan sering merupakan faktor utama turunnya produksi, bahkan pada tingkat
tertentu dapat menjadikan gagal panen, untuk akan dilakukan pembahasan khusus.
II.
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Budidaya
bawang merah merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan sekaligus mengandung
resiko tinggi terhadap kerugian. Kegagalan dalam budidaya bawang merah
dapat terjadi pada : pola tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman,
pemupukan, perawatan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemanenan dan
penanganan pasca panen. Rata-rata produksi bawang merah di pulau jawa
adalah 7,42 – 9,94 ton/ha, hal ini masih dibawah rata-rata potensi hasil bawang
merah (Deptan, 2004). Untuk itu penanganan yang terintegrasi pada masing-masing
tahap adalah sangat menentukan keberhasilan petani bawang merah.
1.
Pola Tanam
Pola
tanam bawang merah disesuaikan dengan tujuan penanaman, yaitu bawang merah
konsumsi dan bawang merah bibit.
Rotasi
tanam sangatlah penting serta pengelolaaan tanam secara serempak
akan menjamin kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Produktifitas
lahan yang tinggi perlu diupayakan dengan menjaga tanah tidak boleh dibiarkan
memiliki salinitas tinggi dan drainase jelek.
Contoh
pergiliran tanaman :
No.
|
Bulan
|
Tanaman
|
Tujuan
|
1.
|
Desember
– Maret
|
Padi
|
Tanaman
pangan
|
2.
|
Maret –
Mei
|
Padi/Jagung
|
Tanaman
pangan
|
3.
|
Juni –
Agustus
|
Bawang
merah
|
Konsumsi
|
4.
|
September
– Nopember
|
Bawang
merah
|
Bibit
|
2.
Pemilihan Bibit
Pada umumnya bawang merah bawang
merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit
merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi
bawang merah. Umbi bibit yang baik adalah harus diperoleh dari tanaman
yang sudah cukup tua umurnya, yaiti sekitar 70 – 80 hari setelah tanam.
Umbi bibit sebaiknya berukuran sedang (5 – 10 gram/umbi). Penampilan umbi
harus segar dan sehat (padat dan tidak keriput) dan warnanya cerah (tidak
kusam). Umbi bibit siap ditanam jika sudah disimpan selama 2 – 4 bulan setelah
panen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi
bibit yang baik adalah dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau
disimpan di gudang khusus dengan menggunakan pengasapan.
Faktor
yang cukup menentukan kualitas umbi bibit bawang merah adalah ukuran
umbi. Berdasarkan ukuran umbi dapat digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu
:
·
Umbi
ukuran besar ; Diamater > 1,8 cm atau > 10 gram
·
Umbi
ukuran sedang : Diameter 1,5 – 1,8 cm atau 5 – 10 gram
·
Umbi
ukuran kecil : Diameter < 1,5 cm atau
< 5 gram
Secara
umum umbi yang baik adalah yang berukuran sedang. Umbi berukuran sedang
adalah merupakan umbi ganda dengan rata-rata terdiri dari 2 siung umbi,
sedang umbi besar rata-rata memiliki 3 siung umbi.
Banyaknya
umbi bibit yang diperlukan dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tanam dan
berat umbi bibit. Kebutuhan umbi bibit tiap hektarnya berkisar 600 –
1.200 kg.
3.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah pada umumnya
dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya
bawang merah .
a. Pemanfaatan lahan berat (struktur
liat)
Tanah
liat memiliki daya pegang yang kuat terhadap air, maka pembuatan got/saluran
drainase memegang peranan penting bagi pertumbuhan bawang merah.
Pembuatan got keliling, got antar bedengan , kedalaman got dan lebar bedengan
harus mampu menjamin kelembaban tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang
merah. Pada umumnya pengolahan tanah pada tanah liat adalah dengan menggunakan
sistim cemplong dengan pengolahan sebagai berikut :
o Tanah dicangkul atau dibajak tipis
·
Pembuatan got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman
90-100 cm.
·
Cemplong (got) jarak antar bedengan 60 cm dan dalam 30
– 40 cm dan tanah dinaikkan ke atas petak. Sedangkan lebar bedengan 2900 cm.
·
Cecel (kecrik) pada tanah yang telah dinaikkan dari
tanah hasil cemplong yng telah dikeingkan.
·
Cecel II (kecrik II) pada tanah yang telah dikecrik I
sehingga diperoleh gumpalan tanah yang lebih kecil.
·
Perataan tanah dengan cangkul sehingga diperoleh hasil tanah
yang bertekstur remah.
·
Sosrok, membuat jarak tanam yang disesuaikan dengan diameter
umbi bibit, makin besar umbi bibit maka makin jarang jarak tanam.
b.
Pemanfaatan
lahan ringan (struktur berpasir)
Tanah ringan memiliki sifat kemampuan
ikat pada air lebih kecil, maka pemanfaatan lah dapat menggunakan sistim bedeng
dengan kedalaman saluran drainase yang lebih dangkal dan lebar saluran drainase
yang lebih sempit, namun pembuatan got keliling harus lebih dalam dari pada
saluran drainase antar bedengan guna menampung lapisan tanah atas yang ikut
larut selama pengairan lahan tanaman bawang merah.
a. Tanah
dicangkul/dibajak sedalam 30 cm, dan dipetak-petak
b. Bedengan
dibuat dengan ukuran 1 – 2 m dan panjang disesuaikan.
c. Dibuat
parit tepi (saluran drainase) disekeliling petak dengan ukuran lebar 60
cm dan kedalaman 50 cm.
d. Got
(saluran air) dalam petak, lebar 50 cm dan dalam 40 cm.
e. Tanah
diratakan dan dibuat bagian tengan agak tinggi (geger welut)
f. Membuat jarak
tanam disesuaikan dengan diameter bibit, makin besar bibit maka lebih besar
jarak tanam.
4.
Penanaman
Sebelum
dilakukan penanaman maka perlu dilakukan perlakuan pemotongan ujung umbi.
Pemotongan ujung umbi bibit ini ini dimaksudkan untuk membuang penghambat
tumbuh tunas umbi yang berada pada ujung umbi. Pemotongan ujung
umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan bibit atau masa dormance.
Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas dan lama penyimpanan,
semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit pemotongan ujung umbinya.
Benih
yang telah mengalami penyimpanan ± 3 bulan atau bila dipotong 1/3 bagian umbi
tampak titik tumbuh berwarna hijau, potong 1/3 bagian umbi dan jika terpaksa
menggunakan benih yang mengalami penyimpanan selama sebulan atau benih yang baru dipanen maka
pemotongan umbi dilakukan dengan cara dipotong setengah dari pangkal dan
setelah dipotong diberi abu dapur yang telah dicampur fungisida.
a..Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam dengan
menggunakan sosrok dengan kedalaman disesuiakan dengan panjang bibit, semakin
panjang ukuran bibit maka semakin dalam pembuatan lubang, demikian sebaliknya,
b..Pembenaman
Pembenaman umbi diupayakan sampai ¾
bagian umbi masuk kedalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Jarak tanam
pada musim kemarau 15 x 15 cm dan pada musim hujan 15 x
20 cm.
c..Perlakuan bibit.
Sebelum umbi dibenamkan dapat
dilakukan pencampuran dengan PGPR, 2 jam sebelum tanam bibit bawang
merah yang siap ditanam disemprot merata dengan larutan PGPR dengan dosis
10 cc/ltr air. Hal ini digunakan sebagai perangsang tumbuh juga untuk
mengendalikan penyakit akar dan moler.
5..Pemupukan
Dosis
pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat, jika kelebihan Urea
atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan
terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan K juga dapat menyebabkan
ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan
dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali
pupuk susulan :
Pemberian pupuk dasar dilakuan sehari sebelum tanam atau
bersamaan dengan waktu tanam dengan dosis 100 kg Sp36 dan 100kg NPK
serta penyemprotan Mikro organisme Lokal.
Pemupukan
susulan Pertama segera dilakukan setelah penyiangan pada umur 20 HST dengan
Urea 100kg/Ha dan 100 Kg NPK Phonska sedangkan Pemupukan susulan kedua
dilakukan pada umur 35 Hari setelah tanam dengan dosis 100 kg urea dan 100kg
NPK. Pemupukan dilakukan dengan cara ditebar merata lalu diberi pengairan
secukupnya agar pupuk dapat larut.
Penyemprotan PPC Bio Chems /ZPT Gibgro 20 T dan MOL dapat
dilakukan sehari setelah pemupukan pertama dan kedua, sedangkan pada umur 40,
47, 54, dan 61 HST dilakukan penyemprotan ZPT N Balancer untuk menekan
pertumbuhan Vegetatif dan mempercepat proses perkembangan Umbi.
6..Perawatan
Perawatan
meliputi pembenahan bibit, penyiangan, pendangiran, pengairan dan
pemberantasan OPT.
a..Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan jika
terdapat tumbuhan pengganggu. Hal ini agar tanaman agar tanaman terlindungi
dari gangguan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman bawanng
merah :
Gulma/rumput
dapat menganggu tanaman utama karena :
·
Terganggunya perakaran tanaman
·
Terganggunya penyerapan unsure hara/persaingan makan
·
Terganggunga ekologi mikro (sinar matahari terganggu dan
kelembapan tinggi)
·
Dapat menjadi inang hama dan penyakit bawang merah
b..Pendangiran
Pendangiran
dilakukan dengan tujuan agar tanah disekitar pertanaman tetap gembur sehingga
penetrasi akar menjadi mudah, mengatur kelembaban tanah dan mempertiinggi
jumlah pori-pori tanah sehingga udara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan
pernafasan bawang merah.
Pendangiran
sebaiknya dilakukan pada fase pertumbuhan batang, yaitu setelah umur 20 hari
setelah tanam, yaitu dengan cara 2 s/d 3 sebelum dan sesudah pendangiran
pemberian air dihentikan. Dan pendangiran tersebut dapat dilakukan bersamaan
dengan pemberian pupuk susulan ke II, agar pupuk terbenam kedalam tanah.
Dalam
melakukan pendangiran perlu dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak
terungkit keluar atau tanaman menjadi layu, dan diupayakan kedalaman cukup
serta tanah hasil pendangiran dibumbunkan dipangkal batang tanaman bawang
merah, agar batang berubah menjadi besar dalam bentuk umbi.
c..Pengairan
Penyiraman
dengan menggunakan alat penyiraman local Bima(Bhoru) dilakukan sejak tanam
sampai tanaman berumur 4 minggu setiap hari pagi atau sore sesuai kebutuhan
tanaman. Setelah umur 4 minggu mulai diberikan secara Leb (Owa-Bima) yang
dipompa dari sumur dangkal atau dari air pengairan sekali dalam 5 hari atau 7
hari diselingi penyiraman sampai menjelang panen.
III.
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) adalah faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia
baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Organisme pengganggu tanaman
secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.
Hama dapat menimbulkan gangguan pada tanaman secara fisik, dapat disebabkan
oleh serangga, tungau, vertebrata dan moluska. Sedangkan penyakit
menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan,
bakteri, fitoplasma dan virus. Perkembangan hama dan penyakit sangat
dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran jika pada
musim penghujan dunia pertanian sangat disibukkan oleh masalah penyakit
tanaman.
A. Hama Penting Pada Tanaman Bawang
Merah
1. Ulat Bawang (Spodoptera exigua atau
S. litura)
Telur
diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, telur
dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Telur akan menetas dalam waktu 5 –
7 hari pada kondisi normal. Telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya
diambil dan dimusnahkan. Biasanya tanaman bawang merah sering terserang ulat
grayak jenis spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam diperut/kalung
hitam di leher. Larva akan tinggal didalam daun dan memakan dari dalam. Dimulai
dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam, sehingga yang
tertinggal hanya jaringan epidermisnya saja. Daun berwarna kecoklatan dan
pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Pupa
(kepompong) ulat grayak
§ Pupa (kepompong) dijumpai didalam
tanah
§ Pupa berwarna coklat dan panjangnya
+- 2 cm
§ Lama masa pupa bervariasi tergantung
dari kondisi lingkungan.
Imago (serangga
dewasa)
-
Imago mempunyai panjang 1,5 cm
-
Sayap imago mempunyai panjang +-2,5
cm
-
Warna tubuh dan sayap adalah abu-abu
keperakan atau abu-abu kecoklatan.
- Sayap
depan mempunyai bercak ditengahnya. Sayap belakang lebih pucat dengan tepi berwarna
lebih gelap.
Cara pengendalian adalah dengan
memetik daun bawang merah yang terserang (petan). Dan jika populasi sudah
diatas ambang dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida Hostathion 40 EC,
Buldog, Lanet dll, dengan dosis 2 cc/ltr air.
Atau
dengan Curacron 500 EC, 2 ml/ltr air bergantian Proclaim 5 SG 2 g/ltr air atau
Match 50 EC 1 ml/ltr air
Cara pengendalian ramah lingkungan :
Pengendalian
ini dengan menggunakan lampu perangkap yang dipasang disawah, dengan jarak 20
cm X 20 cm, sehingga dalam satu hektar diperlukan 25 s/d 30 lampu.
Pemasangan perangkap lampu ini diletakkan tidak lebih 40 cm diatas permukaan
bedengan.
2. Ulat tanah
Ulat ini
berwarna coklat hitam. Pada bagian pucuk/titik tumbuhnya atau tangkai kelihatan
rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja atau malam hari .
jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang menjadi sarangnya.
3. Thrips
Thrips
biasanya hidup disela-sela daun, serangga betina dapat meletakkan telur sekitar
80 buah yang akan menetas dalam waktu 5 – 10 hari. Siklus hidupnya berkisar
antara 7 – 21 hari tergantung dengan kondisi lingkungan. Ukuran serangga dewasa
adalah 1 – 2 mm.
Thrips mulai menyerang pada
pertanaman umur 30 hari setelah tanam, karena kelembaban disekitar tanaman relative
tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang merah yang
terserang berwarna putih mengkilat seperti perak, serangan yang parah daun
menjadi layu. Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan
kelembaban diatas 70 %. Jika ditemukan serangan penyiraman dikalukan pada siang
hari, amati predator berupa kumbang macan.
Semprotkan
curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/ltr air
4.. Pengorok daun (Liriomyza, Spp)
Belatung hama pengorok daun tinggal
dan makan dari dalam jaringan daun, sehingga berbentuk korokan atau guratan
pada daun. Siklus hidup berkisar 2 minggu. Serangan yang parah akan menyebabkan
seluruh jaringan daun mati dan akhirnya tanaman juga mati.
Pengendalian
menggunakan Trigard 75 WP 2 gram/ltr air dan bergantian dengan agrimec 18 EC
0,5 cc/ltr.
B..Penyakit Penting Pada
Tanaman Bawang Merah.
1. Layu ( Jamur Fusarium
oxysporum)
Penyakit
yang perlu diwaspadai pada saat awal pertumbuhan adalah layu fusarium.
Gejala awal dari penyakit ini adalah ditandai dengan menguningnya daun bawang
merah, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (ngoler). Tanaman yang terserang
dicabut dan dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.
Pengendalian
dengan menggunakan agens hayati PGPR
Dari hasil
penelitian (santoso, 2007), bahwa pemakaian PGPR dapat mengendalikan penyakit
ngoler dan mampu meningkatkan produksi bawang merah. Bakteri Pseudomonas
fluorescens yang terdapat pada PGPR mampu menghasilkan zat perangsang
pertumbuhan tanaman dan juga mampu menekan pertumbuhan pathogen, sehingga dapat
berfungsi ganda, yaitu meningkatkan produksi dan mengendalikan penyakit.
Cara
pemakaian :
Perlakuan
bibit : Semprot bibit saat akan ditanam setelah dipotong ujungnya dengan
larutan PGPR dengan dosis 10 cc PGPR/liter air.
Semprot :
Dengan dosis 10 cc PGPR/liter air, pada tanaman umur 10, 20 dan 30 hari setelah
tanam, dengan volume semprot 500 ltr larutan/ha.
2. Trotol atau bercak ungu (Jamur
Altemaria porii)
Penyebaran
penyakit ini melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan
ditandai dengan terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau
putih kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mengering ujung-ujungnya. Serangan pada
umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning
hingga merah kecoklatan. Setelah 3 – 4 minggu dari timbulnya gejala awal daun
akan roboh dan jaringan daun akan mati. Langkah preventif jika ada hujan
rintik-rintik segera lakukan penyiraman.
Pengendalian secara preventif :
Dengan
menggunakan agens hayati Trichoderma, Spp. Dengan dikocorkan atau disemprotkan
pada pangkal batang dengan konsentrasi 10 ml/ltr air. Aplikasi dilakukan pada
tanaman berumur 10, 20, 30 dan 40 hari setelah tanam.
3. Antraknose atau otomatis (Jamur
Collectotricum gloesporiodes)
Gejala
serangannya adalah ditandai ditandai terbentuknya bercak putih pada daun,
selanjutnya terbentuk lekukan yang menyebabkan patahnya daun secara
serentak/otomatis. Serangan pada umbi adalah berupa bercak berwarna hijau
tua atau hitam. Serangan pada umbi akan menyebabkan daun menjadi berkelok-kelok
tumbuhnya, sehingga tidak lurus ke atas seperti seharusnya. Penyakit menyebar
melalui angina tau percikan air. Jika terdapat serangan segera tanaman dicabut
dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.
Pengendalian
:
-
Memperbaiki aerasi dan drainase, agar pada lingkungan
pertanaman tidak ada air yang tergenang dan kelembaban tidak terlalu
tinggi sehingga cendawan tidak dapat berkembang dengan baik.
-
Memperlebar jarak tanam terutama pada musim hujan
-
Rotasi dengan tanaman lain.
4..Virus
Gejala pertumbuhan
kerdil, daun menguning, melengkung kesegala arah dan terkulai serta anakannya
sedikit. Usahakan memakai tanaman bebas virus serta pergiliran tanaman selain
golongan bawang-bawangan. Virus ini ditularkan oleh hama golongan penusuk
penghisap.
Pengendalian
:
Belum ada
produk yang direkomendasikan untuk pengendalian virus. Oleh sebab itu
dikendalikan vektornya.
Pengendalian
kutu vektor:
Pengendalian
dilakukan dengan Agens hayati Verticillium, Sp dengan konsentrasi 5 – 10 cc/ltr
air. Dan penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, menjelang matahari
terbenam.
5..Busuk umbi
Umbi yang
terserang menjadi busuk dan berbau, biasanya menyerang pada tanah yang becek,
drainase jelek.
C. Musuh Alami Hama Bawang
Merah
1..Kumbang
koksi
Kumbang
koksi adalah musuh alami dari thrips dan kutu daun
2..Kumbang
paedarus
Kumbang
paedarus adalah juga musuh alami dari thrips dan kutu daun
3..Laba-laba
Laba-laba
adalah predator ulat grayak, ulat bawang dan kutu daun
IV, PANEN
Bawang
merah dapat dipanen pada umur 55 hari untuk bawang merah konsumsi dan umur 60 –
80 hari untuk bawang merah bibit. Ciri-ciri bawang merah yang siap
dipanen adalah pangkal daun menipis, daun tampak menguning, lebih 60 % daun
rebah dan buah tampak mengambang dengan warna merah dan keras.
Cara
pemanenan bawang merah terdapat beberpa hal yang perlu diperhatikan :
-
Penyiraman dihentikan 4 – 5 hari sebelum panen
-
Pencabutan dilakukan dengan hati-hati agar daun tidak banyak
yang putus
-
Dipanen setelah daun-daun berwarna kuning dan telah rebah.
-
Umur tanaman antara 72 – 80 hari setelah tanam
-
Bila disimpan maka perlu dilakukan
pengeringan dan diunting (diikat)
1.. Teknologi pengeringan
Penyimpanan Bawang Merah
Pada panen raya dimana produksi
sangat melimpah harga jual yang diterima petani sangatlah rendah, bahkan tidak
seimbang dengan biaya panen. Bawang merah merupakan salah satu komoditas
pertanian yang mudah rusak. Kerusakan pasca panen yang sering terjadi pada
bawang merah adalah tumbuhnya tunas, pelunakan umbi , tumbuhnya akar dan busuk
serta munculnya jamur berwarna gelap akibat kapang. Kerusakan ini berakibat
menurunnya daya simpan serta mutu bawang merah. Untuk menangani ini diperlukan
penanganan pasca panen yang tepat.
Titik
kritis penanganan pasca panen bawang merah adalah apabila panen pada saat musim
hujan adalah pada saat pengeringan atau pelayuan daun dan umbi. Kegagalan
proses pelayuan daun dapat mengakibatkan infeksi bakteri pembusuk. Sedangkan
kegagalan pengeringan umbi dapat menyebabkan turunnya daya simpan , umbi cepat
busuk, bertunas dan tumbuh akar. Kehilangan akibat kerysakan ini dapat
mencapai 20 – 40 %. Selama ini pengeringan yang dilakukan petani adalah
dengan menggunakan sinar matahari, hal ini dapat dilakukan selama 7 - 9
hari. Pada saat udara cerah pengeringan dapat dilakukan lebih cepat,
namun pada saat mendung bahkan hujan pengeringan tidak dapa dilakukan sama
sekali, sehingga bawang merah menjadi cepat busuk.
2. Instore drying (Bangunan
pengering)
Bangunan
ini terbuat dari atap dari fiber glass dilengkapi dengan aerasi udara (Ball
window), dinding terbuat dari fibre glass, rak pengering penyimpanan berupa rak
gantung terbuat dari bambu. Bangunan dengan ukuran 6 m x 6 m dengan
tinggi 3 m, dapat digunakan untuk menyimpan/mengeringkan bawang merah sebanyak
5 – 10 ton. Kerusakan penyimpanan dengan bangunan ini mencapai 0,24 %,
sedangkan pengeringan dengan sinar matahari pada cuaca cerah mencapai 1,68 %.
3..Prosessing benih.
-
Pengeringan umbi dilakukan dengan dijajar berbaris selebar
bedengan dengan umbi bawang merah ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan
dikeringkan selama 4 – 5 hari.
-
Pengeringan dihentikan jika umbi kelihatan mengkilap, lebih
merah, leher umbi tampak keras dan apabila terkena sentuhan terdengar
gemersik.
-
Sortasi dilakukan setelah dilakukan pengeringan
-
Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan
atau digantung dengan kadar air 80 – 85 %.
-
Ruang penyimpanan harus bersih, cukup ventilasi dan tidak
dicampur dengan komoditas lain, dengan suhu ruangan 30 – 33oCn dan kelembaban
55 – 75 %
-
Setelah 1 – 1,5 bulan penyimpanan, dilakukan sortasi
terhadap umbi bawang merah yang keropos/busuk.
-
Diberi fungisida/insektisida, ditaburkan dibagian diantara
umbi dan ikatan dalam.
-
Benih bawang merah jika disimpan dengan baik, dapat bertahan
lama didalam ruang penyimpanan.
4..Lama Penyimpanan Umbi
Bibit Bawang Merah
Lama
penyimpanan umbi bibit bawang merah adalah, masa atau waktu yang digunakan
untuk menyimpan benih, yang untuk selanjutnya disebut dengan masa dormasi.
Selanjutnya menurut Wibowo (1987) bahwa umbi bawang merah yang siap di tanam
paling tidak telah disimpan (masa dormance 4 – 8 bulan) pada saat tersebut
apabila umbi bawang dibelah telah mulai tumbuh tunasnya yang berwarna hijau
yang panjangnya sekitar separoh panjang umbi sampai dengan ujung umbi, hal ini
tergantung dari varietas bawang merah, sebab untuk masing-masing varietas
bawang merah memiliki masa dormance yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan
criteria pokok untuk dapat menilai apakah umbi siap digunakan bibit atau
belum., yang juga untuk menentukan perlakuan berikutnya, apakah umbi bibit
perlu dipotong ujungnya apa tidak pada saat penanaman. Pemotongan ujung umbi
didasarkan pada lama masa dormance dari bibit.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad
Hidayat, budidaya Bawang Merah, Balai Penelitian Tanaman sayuran, Jakarta
Agus
Nurawan, 2009, Peluang Pengembangan
Feromon Seks Dalam Pengendalian Hama Ulat Bawang Merah, Journal Litbang pertanian, Bogor
Anonimous,
2009, Budidaya Bawang merah,
Journal Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous,
2009, Bawang Merah, Journal
Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous,
2003, Perbenihan Bawang Merah,
Journal Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous,
2005, Penyimpanan Benih dan Pembibitan,
IPB, Bogor
Edy
Suprapto, 2007, Penekanan Hayati
Penyakit moler Pada Bawang merah Dengan PGPR, Journal litbang Pertanian,
Jakarta
Karno, 2009, Buku Petunjuk Penggunaan Agens
Hayati Pada Tanaman Hortikultura, Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan
Plemahan, Kediri
Surojo G, 2006, Pemupukan dan Pemeliharaan Bawang
Merah, Dipertabun, Nganjuk
Surojo G, 2006, Penggunaan Benih dan
Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk
Surojo G, 2006, Pengelolaan Lahan dan Penyiapan Lahan Media Tanam
Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk
Komentar
Posting Komentar